The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Vox Populi


Radio Vox Populi [Ambon], 09-Jun-2006

Seribu Perempuan Kei Protes Aksi Anarki Polisi

Rudi Fofid - Ambon

SEKITAR seribu perempuan Kei melakukan aksi long march di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman Tual ke ke Kantor Polres Malra, Rabu. Mereka juga berjalan kaki ke gedung DPRD.

Aksi ini untuk memprotes tindakan anarkis yang mereka beberkan, dilakukan aparat polres setempat dan Brimob BKO Kelapa Dua Jakarta di Desa Letvual, April lalu. Selain menyebabkan korban luka parah, aparat juga menembak gedung gereja yang sama sekali tidak ada sangkut-paut dengan masalah perkelahian antar warga.

Massa perempuan Kei ini berasal dari kampung-kampung di pesisir barat Kei Kecil. Mereka dikawal tokoh-tokoh adat, agama, Jaringan Baileo Maluku, dan beberapa kepala desa termasuk Kades Namar Wilhelmina Sitwutubun Ohoiwutun.

Sebagian besar massa adalah warga Katolik, namun mereka disuport para da tokoh-tokoh muda Muslim yang aktif di LSM. Di tengah massa, terlihat juga sejumlah perempuan yang mengenakan jilbab.

Massa mulai berdatangan dari desa-desa sejak pagi hari. Mereka berkumpul di Unio Projo Langgur yakni biara pastor-pastor praja. Di tempat ini, massa sempat mendapat pengarahan dari Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Puspaswil Kei Kecil Keuskupan Amboina RD Lucky Kelwulan Pr dan Sekretarisnya Albertha Ohoiwutun SH. Kepala Puspaswil setempat Pastor Bas Kollo MSC juga meminta massa untuk melakukan aksi secara damai dan menghindari segala aksi yang mengarah pada tindakan anarkis.

Massa kemudian berjalan menuju Mapolres. Namun ketika sampai di Watdek, diperoleh kabar bahwa Muspida Malra hendak ke Desa Disuk sehingga dikhawatirkan aksi mereka di Polres bakal tidak direspon kapolres. Akibatnya, massa memutuskan berhenti di pertigaan Kantor Camat Kei Kecil. Mereka memblokir lokasi itu untuk menunggu rombongan Muspida yang akan melintas di sana. Sambil menunggu, mereka melakukan orasi memprotes tindak kekerasan oleh aparat negara yang disebutkan sangat bertentangan dengan HAM, dan melanggar konvensi internasional anti penyiksaan.

Ketika massa berorasi, sempat diperoleh kabar bahwa Muspida hendak menggunakan angkutan aut supaya menghindari massa. Tapi belakangan Kapolres Malra AKBP J.A. Timisella bersedia menerima massa. Sebab itu, massa melanjutkan perjalanan ke Mapolres. Di sana, ternyata Bupati Herman Koedoeboen SH sudah datang bergabung dengan kapolres.

Massa lantas membacakan tuntutannya di hadapan kedua pejabat dan para stafnya. Naskah pernyataan sikap juga disampaikan kepada kapolres. Kapolres Timisela menyatakan, pihaknya merespons sikap warga. Sebagian tuntutan sudah dilaksanakan pihak kepolisian yakni melakukan pengusutan atas kasus tersebut. Bupati juga menyatakan, beberapa upaya sudah dilakukan sebagaimana dikehendaki warga.

Dari Polres, massa kemudian bergerak di Gedung DPRD Malra. Di sana mereka diterima Ketua DPRD Malra Drs M.M. Tamher dan sejumlah anggota dewan. Tamher berjanji dalam waktu dekat akan memanggil bupati dan kapolres untuk meminta penjelasan sejauh mana penanganan kasus ini.

Ketegangan warga dan aparat dipicu oleh rentetan ketegangan warga Desa Letvuan dan Dian Darat. Pada bulan April lalu, kedua desa bersitegang karena perkelahian antar anak-anak kedua desa yang menyebabkan seorang anak di Letvuan meninggal. Kematian si anak menyebabkan kedua desa makin tegang. Sebab itulah, pada 25 Mei lalu, masyarakat Letvuan menyelenggarakan upacara adat pemulihan kampung, dihadiri kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda. Tradisi ini sering dilakukan di Kei, misalnya wurik woma, sama dengan cuci negeri. Ketika sosialisasi sedang berlangsung, tiba-tiba datang seorang anggota polisi yang mengumpulkan informasi kegiatan tersebut.

Lima menit setelah polisi bernama Badri itu pergi bersama kawannya, datanglah rombongan anggota Polres Malra dan Brimob Kelapa Dua. Aparat lantas melepas tembakan secara membabi buta ke arah warga masyarakat, rumah ibadah dan rumah penduduk. Aksi inilah yang kini sedang diprotes warga, terutama perempuan dan anak-anak. Alasannya, dalam kasus ini justru perempuan dan anak-anak yang paling dikorbankan.(VP)

Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/batoegajah
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044