SUARA PEMBARUAN DAILY, 12 Juni 2006
Depsos Kirim Beras ke Sikka
[JAKARTA] Departemen Sosial akan kembali mengirimkan bantuan beras untuk
menanggulangi kelaparan di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Sementara itu, Perum Bulog mengatakan, siap mengirimkan beras ke Sikka
jika diterima permintaan.
Sekretaris Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial,
Purnomo Sidik, ketika dihubungi Pembaruan di Jakarta, Senin (12/6), mengatakan,
kasus kelaparan di NTT selalu berulang setiap tahun.
"Sebelumnya kita sudah mengirim 5.000 ton beras dan dalam waktu dekat akan kita
kirim lagi dalam jumlah yang sama. Kami sudah mengirim perintah logistik untuk
mengeluarkan cadangan beras Depsos di Dolog provinsi," katanya.
Sebenarnya, menurut Purnomo, berapa pun kebutuhan beras yang diperlukan
masyarakat NTT Depsos bisa menyediakan. Persoalannya, setiap tahun NTT selalu
menghadapi kasus yang sama, sehingga menjadi pertanyaan bagaimana proses
pembangunan di sana.
Dikemukakan, harus dicari akar persoalan agar kejadian ini tidak berulang. NTT
memang daerah kering sehingga untuk membuat waduk sulit. Mungkin kita harus
mencari alternatif bahan makanan pokok di luar beras yang sesuai dengan kondisi
daerah. "Mengirim beras sebaiknya menjadi upaya terakhir untuk menangani
persoalan kelaparan," katanya.
Menurut dia, sebaiknya persoalan di NTT diselesaikan sama dengan persoalan di
Yahukimo, Papua. Antardepartemen bekerja sama menyelesaikan persoalan mulai
dari mengatasi persoalan pertanian hingga membuka isolasi daerah.
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Perum Bulog Fatah Yasin mengatakan, Bulog
siap memasok beras jika diterima permintaan dari pemda setempat.
Dikatakan, Bulog memiliki stok beras di gudang-gudang di daerah, termasuk di Pulau
Flores, yang siap digunakan jika ada permintaan dari gubernur, bupati/wali kota untuk
keadaan darurat seperti bencana alam dan rawan pangan. Stok juga digunakan untuk
program raskin (beras untuk masyarakat miskin) yang diatur oleh pemda setempat.
Dua Desa
Penduduk Desa Wolomotong dan Rubit, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka,
paling menderita karena kehabisan bahan makanan. Padahal, kedua desa tersebut
tergolong sentra produksi kakao. Akibatnya, ada warga yang terpaksa mencuri bahan
pangan milik warga lainnya. Demikian diungkapkan Wakil Bupati Sikka Yos Ansar
Rera kepada Pembaruan lewat telepon di Maumere, Senin pagi.
Wakil Bupati menjelaskan, kelaparan terjadi karena tanaman kakao yang menjadi
andalan utama gagal panen akibat angin kencang serta serangan hama. Petani di dua
desa tersebut tidak memiliki lahan tanaman pangan lain, seperti jagung atau padi.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila sejak awal Mei lalu penduduk di dua desa
itu terpaksa masuk-keluar hutan untuk mencari umbi hutan. Beberapa warga terpaksa
menebang pohon enau dan mengambil bagian dalamnya untuk dimakan.
Dikemukakan, dalam sebulan terakhir Pemerintah Kabupaten Sikka telah melibatkan
masyarakat dalam berbagai proyek padat karya. Melalui proyek itu kepada
masyarakat diberi upah kerja berupa dua kg beras per keluarga per hari.
Di Jakarta, Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan, belum mendapat
laporan mengenai kelaparan di Sikka. ''Secepatnya kami mengumpulkan data dan
menindaklanjuti," katanya, Senin pagi.
Tunggu Bantuan
Yuvenalis dan Kornelis Soge, warga Maumere, Kabupaten Sikka, mengatakan, kasus
kelaparan ini disebabkan minimnya persediaan tanaman pangan dan gagalnya panen
tanaman perdagangan, seperti kakao, dalam beberapa bulan terakhir.
Dijelaskan, sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah terutama untuk
menanggulangi kelaparan beberapa keluarga yang sudah dalam tahap krisis.
Anggota DPRD Kabupaten Sikka Sivlan Angi mengakui sejauh ini belum ada bantuan
yang diberikan kepada warga. Menurut dia, kelangkaan bahan pangan dan lambatnya
bantuan menunjukkan aparat pemerintah masih kaku dan birokratis dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. [S-26/A-22/120/H-12]
Last modified: 12/6/06
|