HarianKomentar.Com, 06 November 2006
DPO Poso Diduga Kabur ke Sulut
Ini bisa jadi tanda awas bagi Manado dan Sulut pada umumnya. Sebuah informasi
yang cukup terpercaya diperoleh koran ini menyebutkan, sejumlah DPO Poso yang
dituding sebagai pelaku teror di wilayah tersebut, kini tidak lagi berada di wilayah
Sulteng. Mereka diduga melarikan diri ke Sulut.
"Tidak tertutup kemungki-nan mereka sudah berada di wilayah Sulut, sebab
satu-sa-tunya jalan yang aman bagi mereka adalah ke Sulut un-tuk kemudian lari ke
Filipina," ungkap sumber yang me-wanti-wanti namanya tidak dikorankan kepada
Komentar, tadi (05/11) malam.
Oleh sebab itu, diingatkan agar warga bisa mewaspadai kelompok DPO Poso
tersebut. Pasalnya, mereka sangat ber-bahaya. "Dan kemungkinan be-sar mereka
membawa senjata," kata sumber. Lagian senjata para DPO ini, bisa dilipat-lipat
menjadi pendek sehingga tidak gampang dideteksi.
Sumber menyarankan, se-baiknya di daerah perbatasan masuk Sulut, dilakukan
penga-wasan ketat dengan cara men-sweeping kendaraan yang masuk, terutama
memperha-tikan di bagasi mobil. "Senjata mereka bisa dilipat dan dapat disisipi
dalam bagasi," ung-kapnya.
Sementara itu, di atas wilayah Manado sendiri, dalam bebera-pa hari terakhir ini,
terdengar helikopter mondar-mandir. Sabtu (04/11) malam, sebagai-mana
pemantauan koran ini, ada sebuah helikopter yang la-lu-lalang. Ditengarai, heli ini
dipakai orang penting Polri menuju Manado dari suatu tempat di Sulteng.
Sebelumnya, sebagaimana in-formasi yang diperoleh Ko-mentar, Jumat lalu Kapolda
Sulut Brigjen Jacky Uly sempat menjamu sejumlah jenderal dari Mabes Polri di
sebuah restoran di Mapanget. Disebut-sebut salah satunya adalah Irjen Goris Mere
yang menjabat Wakabareskrim Mabes Polri. Diduga helikopter tadi me-ngangkut para
jenderal yang ditugaskan khusus Kapolri untuk kasus Poso.
Sedangkan Komandan Den-sus 88 Anti-teror Polda Sulut, AKBP Drs Adeni Muhan
ketika dihubungi mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus mela-kukan
pengawasan ketat di perbatasan masuk Sulut, ter-kait upaya antisipasi larinya para
DPO Poso yang diburu Mabes Polri. "Kalau ada infor-masi dari masyarakat, tolong
disampaikan kepada kami," ka-tanya.
Pada bagian lain, di Sangihe, Polres setempat terlihat mela-kukan pengawasan ketat,
khu-susnya di tempat-tempat tran-sit yang dianggap rawan ma-suk-keluarnya orang
asing. Pengawasan ketat ini diakui Kapolres Sangihe, AKBP Hen-dra Supriatna SH
dalam meng-antisipasi larinya DPO Poso, terutama mereka yang menco-ba
menyeberang ke Filipina.
"Kami telah mengawasi seca-ra ketat pelabuhan, Bandara Naha Tabukan Utara
dengan mengerahkan puluhan petugas pengamanan di tempat-tempat strategis untuk
mengantisipasi lolosnya para tersangka teroris di Poso," ungkap Supriatna.
Pihak asing
Pada bagian lain, aksi para perusuh Poso yang diidentifi-kasi Polri bahwa
tersangkanya berjumlah 28 orang, bukan hanya melibatkan orang lokal saja. Diduga
kuat ada pihak asing yang ikut bermain dalam menciptakan teror di Poso. Hal ini
disampaikan Anggota DPR RI, Jeffrey Johanes Massie (JJM) dalam pertemuannya
dengan para pemimpin media massa di Manado, bertempat di RM Nelayan, Kalasey
(05/11).
"Aksi di Poso tidak hanya orang lokal saja, tapi ada pihak asing dari Timur Tengah
yang ikut bermain, dan informasi ini saya dapatkan dari sumber yang cukup akurat,
yakni dari pemaparan Kepala BIN," ungkap legislator asal Sulut yang baru saja
kembali dari Inggris dan Jerman ini. Dije-laskannya, pihak asing itu diketahui dari
Timur Tengah, berdasarkan foto yang ditun-jukkan Kepala BIN.
"Dalam pemaparan itu di-sertai foto, dan jelas sekali ter-lihat pihak yang ikut bermain
itu menggunakan atribut dari Timur Tengah," katanya seraya menambahkan,
informasi ke-terlibatan pihak asing di Poso juga, diketahuinya dari sumber mitranya di
luar negeri.
JJM menambahkan, sebagai-mana informasi dari sumber tersebut, Poso dijadikan
sema-cam 'headquarter' karena wi-layah di Sulteng tersebut dinilai cukup strategis.
Salah satu in-dikasinya, dalam peta Indo-nesia, Poso berada persis di tengah.
JJM cukup yakin akan informasi ini, karena dirinya menilai, jika teror di Poso hanya
dimainkan orang lokal, mana mungkin polisi tidak bisa me-ngungkapnya dengan
segera. "Kalau mereka hanya orang lokal, apa mereka lebih hebat dari Polri yang
di-back up TNI?"(rik/oan)
|