Indopos, Selasa, 23 Jan 2007
Poso Kembali Berdarah
Gerebek 19 DPO, Polisi Tewaskan 9 Warga Sipil
[PHOTO: KEJAR Perusuh: Anggota polisi mengintai sasaran dalam operasi
penggerebekan buron DPO di Poso kemarin.]
POSO - Darah kembali menetes di Poso, Sulawesi Tengah. Sepanjang hari kemarin,
baku tembak terjadi antara pasukan gabungan Densus 88 dan Brimob Polda Sulteng
dengan kelompok sipil bersenjata saat penggerebekan 19 DPO (daftar pencarian
orang) tersangka kasus kekerasan dan pembunuhan bernuansa SARA. Akibatnya,
seorang anggota Brimob dan sembilan warga sipil tewas.
Selain itu, tiga polisi dan 18 warga sipil lainnya terluka tembak. Namun, belum bisa
dipastikan apakah warga sipil yang tewas dan terluka tersebut termasuk dalam daftar
DPO yang diburu. "B! aru dua jenazah yang bisa diidentifikasi, yaitu Firman dan
Kumaa. Tujuh orang lainnya masih dalam proses identifikasi," kata Kapolda Sulteng
Badrodin Haiti dalam jumpa pers di Mapolres Poso kemarin. Dari pihak Polri, korban
tewas adalah Bripda Roni Iskandar. Sedangkan yang luka-luka yaitu Bripda I Wayan
Pande, Bripda Masdikan, dan Brigadir Kosmos.
Dari informasi yang dihimpun Radar Sulteng (Grup Jawa Pos), penggerebekan dimulai
pukul 08.00 Wita. Seratusan personel Brimob dan Densus 88 mengepung seputar
Jalan Pulau Irian Jaya, Pulau Seram, Pulau Madura, Pulau Jawa I dan II, serta
perbukitan Tanah Runtuh dan Kayamanya. Wilayah-wilayah itu diduga kuat sebagai
persembunyian ke-19 DPO. Namun, operasi polisi itu mendapat perlawanan dari
warga yang trauma dengan penggerebekan brutal pada Kamis (11/1) dua pekan lalu.
"Polisi yang mulai masuk wilayah tersebut dilawan dengan lemparan batu. Bukan
hanya itu. Sekelompok orang juga melepaskan tembakan. Dari situlah akhirnya
terjadi baku tembak," kata Kapolda seraya membantah polisi yang membuka
tembakan ke warga.
Selain menembak mati sembilan warga sipil dan melukai 18 lainnya, polisi menyita
ribuan amunisi dan puluhan bom plus detonator. "Amunisi, senjata, dan handak yang
disita jumlahnya sangat banyak. Belum sempat dihitung jumlah dan jenisnya. Ada
yang organik, ada juga yang rakitan. Lihat sendiri saja itu...," beber Badrodin, sambil
menunjuk ke barang bukti yang tergelar di ruang tunggu Kapolres Poso. Total yang
disita adalah 1.362 amunisi dan bahan peledak serta 175 detonator aktif.
Badrodin mengatakan, pasca penggerebekan sebelumnya, DPO yang belum
tertangkap berhasil memobilisasi sejumlah orang. Mereka rata-rata dari luar Poso.
"Ada yang dari Palu, Parigi, Ampana, Malino, dan sebagian dari Jawa," katanya.
Warga Mengungsi
Baku tembak antara polisi dan kelompok bersenjata masih terdengar hingga tadi
malam. Kota Poso semakin mencekam. Saat kontak senjata terjadi sepanjang siang
hari, kondisi Poso benar-benar lengang. Aktivitas masyarakat lumpuh total. Kantor,
sekolah, dan pasar plus tempat perbelanjaan tutup. Sekolah-sekolah yang sempat
buka akhirnya meliburkan siswanya.
"Kacau. Bagaimana ini anak-anak? Kami tidak tahu kalau mau ribut begini. Jadi,
sekolah tidak diliburkan," kata seorang wali kelas yang bingung melihat muridnya
ketakutan mendengar letusan senjata.
Hal serupa terjadi di kantor dan pasar sentral Poso. Banyak pegawai dan masyarakat
tunggang langgang meninggalkan aktivitas mereka. "Saya tidak mau kena tembak.
Lebih baik pulang saja," sebut Marni, yang terlihat bergegas meninggalkan pasar
dengan wajah pucat pasi.
Walau baku tembak tadi malam tidak sesering pagi atau siang sebelumnya, warga
Kelurahan Gebangrejo, tak jauh dari lokasi penggerebekan, memilih mengungsi.
Umumnya, warga yang ketakutan itu eksodus ke desa tetangga. Mereka mengungsi
ke Bonesompe, Lawanga, dan beberapa desa di wilayah Kecamatan Poso Pesisir,
seperti Desa Toini dan Tambarana.
"Ya Allah, kenapa Poso sudah jadi begini. Kapan hidup kami ini bisa aman dan
nyaman..," keluh seorang ibu dengan meneteskan air mata.
Komnas HAM Prihatin
Kendati telah melakukan serangkaian penggerebekan, Mabes Polri belum menjamin
keamanan Bumi Sintuwu Maroso itu. Sejumlah pelaku baru diduga sudah menyusup
ke sana.
"Semoga situasi tambah bagus. Tapi, bisa jadi ada penjahat-penjahat baru. Kami
belum bisa memastikan situasi akan aman," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sisno
Adiwinoto dalam jumpa pers di Mabes Polri kemarin sore.
Jenderal bintang dua itu juga belum bisa mengonfirmasi apakah mereka yang
tertangkap adalah bagian dari DPO yang selama ini dicari. "Yang jelas, mereka
adalah kelompok kriminal bersenjata," katanya.
Peristiwa di Poso juga mendapat perhatian Komnas HAM. Kepala Kantor Komisi
Daerah Komnas HAM Sulteng Dedy Askari tadi malam meluncur ke Poso dari Palu
setelah berkoordinasi dengan Komnas HAM pusat.
"Kami menyayangkan peristiwa ini. Sebenarnya masih ada langkah persuasif ataupun
tindakan lain untuk melumpuhkan pelaku," ujarnya.
Untuk sementara Komnas HAM mengategorikan adanya dugaan pelanggaran HAM
dalam penembakan sembilan warga sipil itu.
Tapi, menurut polisi mereka melawan? Dedy menjawab, "Itu bukan justifikasi untuk
membunuh masyarakat. Dalam situasi perang sekalipun, sipil harus aman."
Penembakan itu diyakini membuat situasi Poso semakin kompleks di belakang hari.
"Ada mekanisme pelumpuhan. Misalnya, tembak di lengan atau kaki," lanjutnya. Dia
akan menuju rumah sakit untuk melihat kondisi jenazah.
Dihubungi secara terpisah Wakil Ketua Komnas HAM yang juga ketua tim pemantau
Poso Zumrotin K. Susilo mengatakan, bila dalam pantauan tim Komnas di lapangan
terbukti adanya unsur pelanggaran HAM, tindakan itu bisa dikategorikan pelanggaran
berat HAM.
"Tapi, kami juga akan objektif dengan melihat apa yang dilakukan warga terhadap
polisi. Tindakan pengeroyokan itu juga tidak benar," lanjutnya.
Yang dimaksud Zumrotin adalah pengeroyokan terhadap Brigadir Dua Dedi pada 11
Januari silam hingga tewas. Dedi dikeroyok massa yang marah usai menguburkan
Rian yang tewas dalam penggerebekan polisi. (naz) (tim jpnn)
©Copyright 2006, Indo Pos Online colo'CBN. |