Indopos, Rabu, 24 Jan 2007
12 Tewas Bukan DPO
Mabes Polri Tambah 2 SSK Brimob ke Poso
POSO - Jumlah warga sipil yang tewas dalam operasi penggerebekan para DPO
(daftar pencarian orang) kasus kerusuhan Poso Senin (22/1) lalu menjadi 13 orang.
Tiga korban luka-luka yang sempat dirawat di RSUD Poso kemarin meninggal dunia
karena luka tembak yang cukup parah.
Sayang, di antara 13 korban tewas itu, ternyata hanya satu orang yang masuk dalam
DPO, yaitu Tengku Firsan alias Icang. Sedangkan 12 orang lainnya, menurut polisi,
adalah para tersangka berbagai kasus kriminal, seperti pembuatan bom dan senjata
api, ikut menyembunyikan DPO, sert! a kasus intimidasi dan teror kepada
masyarakat.
Kabid Humas Polda Sulteng AKBP M. Kilat mengatakan, semua korban tewas dalam
dua kali operasi telah memiliki bukti-bukti kuat bahwa mereka memang terlibat kasus
kriminal di wilayah Sulteng, terutama di Palu dan Poso. Dalam operasi Senin lalu,
selain 13 korban meninggal, polisi menangkap 25 orang. Di antara 25 orang itu, hanya
dua orang yang masuk DPO, yaitu Wiwin Kalahe dan Tugiran.
Dari penyidikan sementara terhadap dua DPO tersebut, terungkap beberapa kasus
kriminal yang melibatkan mereka. Antara lain, kasus penembakan terhadap Ivon dan
Siti pada 2005, penembakan Ny Helmi Tombulung pada 2005, dan penembakan
seorang warga di kebun cokelat Kelurahan Sayo pada 2005 juga.
Menurut Kilat, dari Wiwin diperoleh juga keterangan tentang penembakan dosen
Universitas Tadulako Puji dengan pelaku Umang dan Kana, penembakan Briptu Agus
Sulaiman pada 2005 oleh Enal Tao, dan penembakan Sugito oleh Enal Tao pada
2005.
"Kami optimistis, tertangkapnya beberapa DPO itu akan dapat mengungkap semua
kasus kriminal yang terjadi selama konflik di daerah Poso dan Palu," kata Kilat.
Sebelumnya, pada penggerebekan Kamis (11/1) dua pekan lalu, polisi menembak
mati satu DPO, yaitu Dedi Parsan (terlibat penembakan jaksa Feri di Palu pada
2003). Selain itu, polisi menangkap dua DPO lain, yaitu Anang Muftadin alias Papa
Enal (terlibat penembakan pendeta Susianti di Palu pada 2005) dan Paiman alias
Sarjono (terlibat peledakan bom di GOR Poso pada 2004).
Sedangkan korban dari pihak polisi, ternyata tujuh orang, bukan tiga orang seperti
berita sebelumnya. Ketujuh polisi yang menjadi korban baku tembak dengan warga
itu adalah Bripda Rony Iskandar (meninggal), Ipda Maslikan (luka tembak di paha
kanan), Bripda I Wayan Pande (luka tembak di pantat), Bripda Abd. Wahid (memar di
dada), Brigadir Kosmos (luka tembak di tangan kanan), Aipda Arnol (patah tangan
kiri), dan Bripda Dudung Hardi (terkena serpihan bom).
Situasi di Poso kini mulai tenang. Meski demikian, Mabes Polri tetap meningkatkan
pengamanan di kota itu dan sekitarnya. Kemarin, dua Satuan Setingkat Kompi (SSK)
Sat Brimob Pelopor III Kelapa Dua Jakarta tiba di Bandara Mutiara Palu. Dua SSK
atau sekitar 200 personel Brimob itu menumpang pesawat Hercules milik TNI-AU.
Setiba di Bandara Mutiara, pasukan diterima Wakapolda Sulteng Kombespol I
Nyoman Sindra.
Sebelum diberangkatkan ke Poso via darat, pasukan Brimob tersebut mendapat
wejangan dari Wakapolda sekaligus berdoa bersama. Sekitar pukul 14.00 Wita,
personel Brimob yang dilengkapi berbagai persenjataan tempur meninggalkan
Bandara Mutiara Palu menuju Poso dengan lama perjalanan 4-5 jam.
"Pengiriman pasukan ini untuk menggantikan pasukan yang bertugas sebelumnya,"
kata Nyoman Sindra.
Di Poso, kata Sindra, meski kondisinya mulai relatif aman dan terkendali, aparat
tetap disebar di beberapa titik yang dianggap rawan. "Untuk memberikan rasa aman,"
ujarnya.
Dikubur Masal
Delapan korban tewas di tangan polisi dalam operasi penggerebekan DPO Senin
(22/1) lalu dimakamkan secara masal di pekuburan umum Jalan Pulau Tarakan,
Kelurahan Cebangrejo, Poso, kemarin. Ratusan warga menyertai prosesi penguburan
delapan pemuda tersebut.
Suasana penuh haru mewarnai proses pemakaman yang berlangsung mulai pukul
10.00. Semula ratusan orang terlihat tegar. Tapi, isak tangis keluarga dan kerabat
mulai terdengar saat satu per satu jenazah diturunkan dari dua ambulans. Kendaraan
jenis Kijang itu bolak-balik mengangkut jenazah hingga genap delapan. Dengan
iringan takbir, satu per satu jenazah dimasukkan ke liang lahat dalam satu lubang
besar berukuran 4 x 10 meter.
Walau pihak kepolisian tetap menuding bahwa korban tewas adalah kelompok
bersenjata (teroris) yang selama ini meresahkan masyarakat, dan melawan saat
penggerebekan DPO, sejumlah warga menolaknya. Yasin, 50, orang tua Afrianto,
salah satu korban sipil yang tewas, membantah anaknya dituding sebagai kelompok
teroris atau mendukung DPO.
"Anak saya tidak bersenjata. Tidak melawan. Dia bukan DPO atau pendukungnya,
namun dia diberondong tembakan hingga tewas," cerita Yasin dengan meneteskan air
mata.
"Saat kejadian, anak saya yang dibonceng sepeda motor oleh temannya melintas di
Jalan Pulau Jawa dari Pulau Madura. Melihat ada pasukan Brimob, temannya gugup,
lalu berbalik arah untuk pergi. Tiba-tiba anak saya ditembaki dadanya hingga tewas.
Saya minta keadilan hukum," tegas Yasin.
Kepada wartawan di lokasi penguburan, warga terlihat sangat kesal dengan ulah polisi
selama ini. "Katanya yang diburu DPO. Mengapa yang bukan DPO dibunuh dan
ditangkap juga. Lihat, semua yang dikubur ini bukanlah DPO," keluh warga
beramai-ramai.
Delapan jenazah yang dimakamkam secara masal itu adalah Afrianto, Yusuf, Huma,
Totok, Hiban, Idrus, Yasin, dan Sudar. Sebelumnya, empat korban dimakamkan di
tiga tempat berbeda. Firmansyah dan Firzan dimakamkan di Kel. Kayamanya, Muh.
Syafri alias Andrias dimakamkan di Kel. Lawanga, dan Nurgam alias Om Gam
dimakamkan di kampung halamannya di Ampana Kab. Tojo Unauna Poso.
Sementara itu, jenazah Bripda Rony Iskandar yang tewas dalam baku tembak dengan
kelompok bersenjata di Poso kemarin pagi diterbangkan ke kampung halaman di
Bogor. Pelepasan jenazah anggota Brimob dari Satpor III Jakarta itu dipimpin
Wakapolda Sulteng Kombespol I Nyoman Sindra dari Mapolda Sulteng hingga di
Bandara Mutiara Palu. Dua perwira Polda Sulteng, Kombespol I Nyoman Rubrata
(Karo Personalia) dan AKP P. Wolor (Kasi Ops Satbrimobda Sulteng) dipercaya
mendampingi jenazah Bripda Roni hingga di kampung halaman. (tim jpnn)
©Copyright 2006, Indo Pos Online colo'CBN. |