KOMPAS, Jumat, 12 Januari 2007
Badan Pesawat Masih Dicari
Sampai Kamis Malam Serpihan Pesawat AdamAir Terus Ditemukan
Makassar, Kompas - Menyusul ditemukannya serpihan-serpihan badan dan bagian
pesawat AdamAir di perairan Pare-pare, Rabu hingga Kamis sore kemarin, hari Jumat
(11/1) ini tim pencari ini akan terus mencari badan pesawat dan para korban.
Fokusnya adalah di sekiitar perairan Selat Makassar, terutama di Kabupaten Majene,
Mamuju, dan Parepare.
Menurut Ketua Tim Pencarian Pesawat AdamAir yang juga Komandan Pangkalan
Udara TNI AU Hassanudin, Marsekal Pertama Eddy Suyanto, untuk menemukan
badan pesawat, tim pencari sedang menganalisa kemungkinan lokasi jatuhnya
pesawat.
"Kami masih menganalisa dengan melihat lokasi penemuan serpihan, arah dan
kecepatan arus sejak pesawat hilang,," katanya.
Ketua Tim Investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Frans
Wenas menyatakan, penemuan serpihan-serpihan badan pesawat itu baru permulaan
dari upaya menemukan pesawat dan korban. Selanjutnya, KNKT bersama tim
investigasi AS akan berupaya merekonstruksi bagian pesawat. Ia juga berharap agar
badan pesawat bisa ditemukan, terutama untuk mendapatkan kotak hitam.
"Kami tidak akan bisa mengungkap penyebab jatuhnya pesawat tanpa rekaman data
penerbangan yang berada di kotak hitam dan rekaman suara di kokpit pesawat.
Karena itu, kotak hitam dan rekaman di kokpit harus ditemukan," kata Frans.
Serpihan terus ditemukan
Hingga Kamis sore kemarin, penemuan serpihan bagian dan perlengkapan pesawat
AdamAir terus ditemukan. Serpihan yang pertama kali ditemukan adalah elevator trim
bagian dari horizontal stabilizer sebelah kanan ekor pesawat.
Benda itu ditemukan oleh seorang nelayan bernama Bakri pada Selasa sore.
Lokasinya 300 meter dari Pantai Lojie, Kecamatan Mallusetasi, atau perbatasan
Barru dan Parepare, sekitar 148 kilometer arah utara Makassar.
"Saya sedang memeriksa jaring saat melihat benda itu tersangkut di jaring. Saya
tidak berpikir benda itu bagian dari pesawat yang sedang dicari. Saya bawa pulang
karena bentuknya lain dan ukurannya lebih besar," kata M Bakri. Selanjutnya, benda
itu diserahkan ke Markas Kepolisian Wilayah Parepare, yang kemudian meneruskan
ke posko pencarian di Pangkalan Udara TNI AU Hasanuddin Makassar pada Kamis
(11/1) dini hari.
Dalam jumpa pers Kamis pagi, Eddy menegaskan bahwa benda yang ditemukan itu
sudah pasti bagian dari pesawat Boeing 737-400 nomor KI 574 AdamAir yang hilang
11 hari lalu.
Hampir bersamaan dengan ditemukannya ekor pesawat itu, di Pelabuhan Pare-pare
juga ditemukan sesosok mayat yang awalnya diduga sebagai penumpang AdamAir
naas itu. Namun dalam penelusuran selanjutnya, orang yang diduga korban itu
ternyata masih hidup.
Dalam pencarian selanjutnya di sekitar perairan dan bibir pantai Parepare, tim pencari
dari Komando Distrik Militer 1405 Parepare dan Kepolisian Resor Barru maupun
warga menemukan beberapa serpihan. Di antaranya enam tatakan meja, dua
sobekan sayap, satu cover pesawat, jaket pelampung, rompi, gabus tempat duduk
dan serpihan papan fiber.
Hingga Kamis malam sudah ditemukan lagi ban pesawat yang sudah pecah atau
robek, jok kursi, tas hitam merek Unity Classy, tabung freon refrigerant 22, lampu,
monitor televisi kode N17-90, potongan sejenis spanduk berbahan karet, pelampung,
meja lipat, tempat makan, sejenis senter warna merah kuring tertulis pains wessex
safety systems, dan serpihan pesawat yang jumlahnya lebih dari 10 buah.
Benda-benda itu ditemukan di pesisir Pantai Mallawa dan Kuppa.
Seluruh benda yang ditemukan itu dibawa ke Markas Koramil 1405/05 Mallawa.
Hingga malam kantor tersebut terus didatangi warga yang ingin melihat benda-benda
tersebut. Pesisir pantai juga terus ramai. Benda-benda itu diduga terbawa arus dan
ombak ke pesisir seperti serpihan ekor pesawat yang menyangkut di jaring Bakri.
Atas penemuan serpihan itu, sejumlah keluarga korban umumnya menyambut
gembira, meskipun tetap diliputi ketidakpastian nasib keluarganya. Sebagian di
antara mereka kembali terbang ke Makassar untuk mencari informasi selanjutnya.
(DOE/REN/SSD/OTW/AMR/ COK/WAD/ARN/NIC)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|