KOMPAS, Sabtu, 18 November 2006
Momentum Reformasi Jilid Dua
Tamrin Amal Tomagola
Nyaris hampir sebulan penuh dihabiskan oleh para politisi Golkar--old kids maupun
new kids--yang bergelantungan di pucuk-pucuk elite "Beringin Lama" ingar-bingar
berakrobat menghadang--dan bila mungkin-- membekukan Unit Kerja Presiden untuk
Pengelolaan Program dan Reformasi atau UKP3R bentukan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Di bawah dirigen Jusuf Kalla (JK), sang Ketua Umum, mereka mengerahkan seluruh
jurus politik simpanan yang pernah ditekuni da! n dipraktikkan secara efektif di bawah
naungan "Beringin Lama". Berbagai cara-- mulai dari forum "seusai shalat Jumat"
sampai dengan "menitipkan" pesan politik lewat tokoh organisasi agama--dengan
beragam rumusan bahasa, sudah maksimal diupayakan. Namun gagal total. Di
penghujung minggu lalu, kubu "Golkar lama" akhirnya "melempar handuk".
Presiden SBY sebaliknya, secara mengejutkan, tampil tegas, berperspektif, mantap
memegang kendali konstitusional, serta paham betul apa yang sedang dipertaruhkan.
Taruhan strategis UKP3R
Paling-kurang ada tiga taruhan strategis. Pertama, konsistensi penuntasan agenda
Reformasi. Selama periode Reformasi Jilid Satu--1998-2006--sebagian besar agenda
reformasi yang dicanangkan oleh rakyat dan mahasiswa saat itu masih sangat
terbengkalai. Reformasi seakan mati muda. Agendanya sudah sewindu nyaris
terlupakan, terbenam dan hanyut dalam pusaran arus kepentingan pragmatis.
Kalaupun ada yang terwujud, agenda-agenda itu tetap saja masih jauh dari rampung,
apalagi memuaskan. Reformasi TNI terus bergulir tetapi terjebak dalam jemari gurita
teritorial yang terus dilematis. Langkah reformasi TNI juga tersandung kegiatan
proteksi bisnis dan bisnis proteksi bersenjata. Birokrasi sipil warisan Orde Baru
ludes-habis dikapling para baron mafia birokrat. Pemerintahan menjadi keropos dan
lumpuh tidak mampu melaksanakan berbagai program yang hanya indah di atas
kertas. Jaringan benalu korupsi malah melebar dari kalangan eksekutif dan bisnis ke
wilayah para wakil rakyat.
Pembentukan UKP3R yang dipercayakan kepada tiga pentolan Reformasi kembali
menyingsingkan harapan para demokrat-reformis dan sekaligus merupakan
langkah-perdana pemancangan tonggak Reformasi Jilid Dua. Kesungguhan, kecintaan
pada bangsa dan Tanah Air, penguasaan masalah dan integritas, adalah citra
menonjol di tiga pentolan Reformasi ini.
Marsilam Simandjuntak diharapkan secara penuh dapat membantu lembaga
kepresidenan-- Presiden dan Wakil Presiden-- dalam peningkatan kinerja
pemberantasan kapling-kapling ko- rupsi ekonomi biaya tinggi; pemberantasan illegal
logging dan perusakan lingkungan alam lainnya, serta penuntasan kasus-kasus
pelanggaran HAM berat. Jenderal Agus Widjojo akan sangat komprehensif dalam
membantu lembaga kepresidenan dalam program-program terobosan reformasi TNI
dan pembangunan kepolisian RI. Berbagai program terobosan seperti community
policing akan dapat dibuatkan plan of action-nya oleh prajurit cerdas-reformis ini.
Edwin Gerungan juga tak kalah memukau rekam jejak kinerjanya.
Nilai strategis kedua yang dipertaruhkan lewat UKP3R ini adalah pemenuhan janji
kampanye pasangan SBY-JK. Walaupun para politisi di mana pun biasa dianggap
lumrah bila mengingkari janji mereka kepada rakyat, SBY-JK tentu saja tidak ingin
disejajarkan dengan politisi biasa pada umumnya. Politisi luar biasa, apalagi yang
mendaku diri sebagai negarawan, akan berupaya sehabis-habisnya untuk menepati
janji-janji kampanye presidensial mereka.
Lima program strategis
Tema perubahan nasib Indonesia, khususnya wong cilik, harus mampu diwujudkan
dalam gebrakan dua setengah tahun terakhir masa jabatan SBY-JK. Untuk
pemenuhan janji kampanye ini--tidak seperti yang didesakkan para politisi "Beringin
Lama" --bahwa pilihan politik penataan organisasional kabinet hanya tersisa antara
perombakan kabinet di satu pihak atau pembentukan UKP3R di ujung yang lain.
Tidak sama sekali.
Penajaman daya kerja manajerial pemerintahan justru dapat diupayakan dalam urutan
berikut: segera setelah langkah pembentukan UKP3R ini langsung diikuti dengan
penajaman dan peningkatan program-program antardepartemen teknis dan atau
kementerian yang langsung atau tidak langsung memengaruhi the timing and speed
of effective delivery dalam bidang-bidang: (1) pemberantasan korupsi, (2) penuntasan
pelanggaran HAM, (3) perbaikan iklim usaha ekonomi khususnya untuk UKM, (4)
perbaikan hubungan perburuhan, serta (5) penuntasan reformasi TNI dan
pembangunan kepolisian bermartabat.
Maju kena, mundur kena
Sungguh dilematis bagi Golkar, khususnya JK. Ia terjepit antara keteguhan SBY
dalam hal UKP3R serta keengganan SBY merombak kabinet di satu pihak dan di lain
pihak, JK terus didesak 20-an DPD Golkar untuk segera mencabut dukungan
terhadap SBY apabila kabinet tidak dirombak dan UKP3R tetap jalan.
Setelah "melempar handuk" dalam polemik tentang kehadiran UKP3R, JK harus
mempertanggungjawabkan berbagai akrobat kepemimpinan politiknya sejauh ini
dalam forum nasional Golkar minggu ini di Jakarta. Tiga hal hampir pasti akan digugat
elite Golkar.
Pertama, mengapa ia berani mendahului pleno nasional Golkar saat dia "melempar
handuk" dalam hal UKP3R. Kedua, apakah dengan memutuskan tetap menemani
SBY, JK akan mampu mendesakkan perombakan kabinet; serta akhirnya, bila ya,
para aspiran menteri dari Golkar mana saja yang dapat digolkan? Semuanya masalah
berat.
Ada dua pihak yang dapat mengancam posisinya, yaitu pertama, Ketua Harian
Golkar yang juga Ketua DPR, Agung Laksono (AL) dan kedua, sekitar 20-an DPD
Golkar yang mengancam menarik dukungannya terhadap pemerintahan SBY. Tiap
pihak ini bisa saja bergerak sendiri-sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan AL, who
has been waiting on the wing, sudah siap-siap mengincar posisi ketua umum,
menggalang 20-an DPD untuk menghabisi JK dan dengan itu membuka peluangnya
untuk menjadi kandidat duet SBY dalam Pemilu 2009. Sebagai tokoh pinggiran--baik
dari segi geografis maupun kedigdayaan di DPP Golkar --JK pasti akan cukup
kewalahan menghadapi serangan gabungan ini.
Jelas beban dilematis itu sekarang ada di pundak JK, bukan di SBY. Tetap berduet
dengan SBY dan apalagi gagal mendesakkan perombakan kabinet, JK akan
menghadapi ancaman pemberontakan dari dalam Golkar. Memperturutkan tuntutan
daerah untuk mencabut dukungan terhadap SBY, JK dan para aspiran menteri
"Beringin Lama"-- yang syahwat kekuasaan mereka terbukti tidak pernah terpuaskan
--akan kehilangan momentum untuk 2009. Dann dengan itu JK akan masuk lipatan
sejarah.
Tamrin Amal Tomagola Sosiolog
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|