KOMPAS, Jumat, 27 Oktober 2006
TIMOR LESTE
Kerusuhan Antarpemuda di Dili Sulit Diatasi
Kupang, Kompas - Kerusuhan antarapemuda di Timor Leste sejak Mei 2006 sulit
diatasi. Siapa pun yang menjabat sebagai presiden di negara baru itu diperkirakan
tidak akan mampu mengatasi konflik antarapemuda.
Sebab, konflik tersebut berakar dari persoalan yang ditaburkan tahun 1970-an dan kini
mencuat kembali di kalangan generasi muda di dua wilayah yang disebut Loro Sae
dan Loro Monu. Kondisi ini diperparah dengan kondisi perekonomian yang buruk.
Mantan Ketua DPRD Timor Timur (1994-1999) Armindo Soares yang kini menjadi
anggota DPRD Nusa Tenggara Timur di Kupang, Kamis (26/10), menilai, konflik
antara pemuda di bagian Timor Loro Sae (bagian timur) dan Loro Monu (bagian barat)
itu sudah memakan korban dari kedua pihak.
"Luka lama tahun 1970-an menganga lagi. Negara itu sangat lemah dalam segala hal
karena lahir prematur, masyarakat belum siap, sumber daya alam tidak ada, dan
sumber daya manusia belum terbangun secara merata," kata putra asli Timor Leste
ini.
Mantan Uskup Dili, Carlos Filipe Ximenes Belo, lanjut Armindo, hampir satu bulan
telah tiba di Dili. Namun, Belo pun tidak mampu mengatasi kondisi kekacauan yang
ada.
Ia hanya bisa menenangkan situasi di Dili selama satu pekan, setelah itu kerusuhan
antarpemuda secara sporadis muncul di mana-mana, terutama di Dili.
Armindo menilai, suatu ketika akan terjadi chaos di Timor Leste jika Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) tidak mengambil sikap tegas atas kejadian itu. PBB tidak
perlu lagi mendatangkan pasukan perdamaian ke Timor Leste karena upaya itu tidak
akan bisa menyelesaikan masalah.
Meski saat ini Armindo telah masuk sebagai warga negara Indonesia dan menetap di
Kota Kupang, ia mengaku terus mengikuti perkembangan di Timor Leste. Ia usul agar
PBB meninjau kembali hasil jajak pendapat 30 Agustus 1999. Jajak pendapat perlu
dilakukan ulang karena terjadi sejumlah kecurangan pada masa itu.
Kerusuhan di Dili meletus Mei 2006 saat 600 tentara Timor Leste dipecat oleh
Panglima Perang, Taur Matan Ruak. Meski pasukan perdamaian yang dipimpin
tentara Australia telah diberi kewenangan menjaga keamanan di negara itu, tetapi
mereka belum mampu mengendalikan keamanan secara tuntas.
Perkelahian antarpemuda dari kelompok Loro Sae dan Lor Monu terus terjadi. Minggu
(22/10), dua pemuda dari kelompok Loro Monu ditemukan tewas dengan kondisi
mengenaskan.
Kota Dili makin mencekam. Kedua kelompok pemuda didukung sejumlah masyarakat
terus mengobarkan kerusuhan melalui berbagai aksi brutal yang sulit dikendalikan
aparat keamanan. Bandara Comoro, Dili, sejak Selasa (24/10) dinyatakan ditutup
menyusul meluasnya kekerasan.
Konflik di Dili belum mengganggu situasi keamanan di wilayah perbatasan RI-Timor
Leste. Arus penyeberangan warga Timor Leste ke Atambua, Belu, Nusa Tenggara
Timur (NTT), masih normal, sekitar 30 orang keluar-masuk secara resmi. (KOR)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|