KOMPAS, Selasa, 27 Februari 2007
Petani Kakao Buru Keluhkan Serangan Hama
Namlea, Kompas - Petani kakao di sepanjang pantai utara Kabupaten Buru, Maluku,
mengeluhkan serangan hama kupu-kupu yang merusak buah cokelat. Hama tersebut
menyebabkan daging buah mengeras dan berwarna hitam. Produksi kakao pun
akhirnya turun hingga 50 persen.
Serangan hama tersebut mulai terjadi sekitar tahun 2004 dengan persebaran terbesar
di perkebunan kakao sekitar pantai utara, seperti Desa Wamlana, Waemangi, dan !
Waepure. Di daerah pegunungan, seperti di Waedanga, Wasi, Waremang, Kaktuan,
dan daerah di sekitar Danau Rana, buah kakao tumbuh bagus.
"Hama mirip kupu-kupu kecil itu menyerang buah yang masih muda maupun yang
hampir masak. Kupu-kupu berwarna putih itu biasanya menempel di tangkai buah,
sehari kemudian kulit buah yang harusnya hijau mulai menguning dan ada
bercak-bercak hitam," ujar John Waemesi, petani kakao di Dusun Balubalu,
Wamlana, Air Buaya.
Buah yang telah terserang hama, lanjut John, sebagian busuk dan sebagian lagi tetap
tumbuh besar, tetapi isinya kering. Daging buah yang harusnya lembut dan berwarna
putih menjadi keras dan berwarna kehitaman. Setelah dijemur, cokelat tidak berwarna
merah, tetapi hitam sehingga tidak laku dijual.
"Akibat hama ini, banyak petani yang malas mengurus kebun karena h! asilnya
sedikit. Saya sendiri sekarang hanya bisa panen 200 kilogram cokelat kering. Kalau
buah bagus semua, hasilnya bisa mencapai 600 kg. Buah yang rusak bila dikalikan
dengan harga cokelat yang Rp 7.000 per kg, saya sudah rugi Rp 2,8 juta tiap panen.
Padahal, setahun bisa dua kali panen besar," ujar John.
Jerry Tomhisa, petani kakao di Dusun Waenibe, Wamlana, mengatakan, petani
biasanya mengatasi hama dengan pengasapan. Namun, cara tradisional itu ternyata
tidak mampu lagi mengatasi hama tersebut karena serangannya sangat cepat.
Masalah ini, menurut petani, belum mendapat perhatian pemerintah setempat.
Padahal, daerah pantai utara termasuk sentra penghasil buah kakao. "Sekarang ini
petani tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak tahu obatnya apa," ujar Jerry. (ANG)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|