MalukuProv.go.id, Senin, 13 Nopember 06
Latupati 'mengamuk'
Perintahkan Nakhoda Bukit Siguntang Putar Haluan
Lebih dari 50-an raja yang tergabung dalam Latupati Maluku, kemarin 'mengamuk'
diatas Kapal Motor (KM) Bukit Siguntang. Para raja ini mengecam lambannya
pelayanan nakhoda kapal itu, yang menyebabkan mereka gagal bertemu Menteri
Sosial Bachtiar Chamsyah di Banda, Kabupaten Maluku Tengah.
Para raja yang tergabung dalam Latupati Maluku ini, kemarin berencana akan
bertolak ke Pulau Banda. Kedatangan mereka ke Banda untuk menghadiri
pelaksanaan Musyawarah Latupati Maluku bertajuk: "Menata Kembali Masa Depan
Maluku" yang diprakarsai Institute Titian Perdamaian (Peace Building Institute).
Kegiatan ini direncanakan berlangsung pada, Sabtu (11/11) hingga Selasa (14/11).
Kedatangan mereka ke Banda, seklaigus ingin bertemu dengan Menteri Sosial.
Namun, karena lambannya KM Bukit Siguntang melakukan transit di pelabuhan Yos
Sudarso, Ambon, akhirnya niat para latupati itu tidak terkabul.
Kejadian itu berawal saat Kapten KM Bukit Siguntang Nunung Wisnu menunda
keberangkatan hingga pukul 07.00 Wit, Minggu (12/11), pagi kemarin. Padahal,
sesuai jadwal kapal tersebut telah merapat sejak pukul 02.00 Wit dini hari. Dengan
demikian terjadi selisih lima jam dari biasanya yang hanya dua jam.
Khawatir tidak berhasil melakukan pertemuan dengan Mensos RI, sekitar sembilan
raja yang tergabung dalam Latupati Maluku menemui Kapten Kapal, mereka antara
lain Junus Pariama (Raja Kamarian), Awad Ternate (Raja Batumerah), Fahry Sangadji
(Raja Rohomody), Hans Suitella (Raja Suli), Albert Tanalessy (Raja Tuhaha), Pieter
Huliselan (Raja Noloth), Nyong Tuhuleru (Raja Tawiri), Noce Hentihu (Raja Leisela)
dan Wim Parinussa (Raja Ameth).
Dalam pertemuan itu sempat terjadi perang mulut yang alot diantara para raja dan
Kapten KM Bukit Siguntang. Menyadari kian meningginya emosi para raja tersebut,
Nunung kemudian memutar balik haluan kapal ke dalam Teluk Ambon. Sebelumnya,
kapal tersebut sudah melaju enam hingga tujuh mil laut dari Pelabuhan Yos Sudarso
Ambon sebelum dipertintahkan kembali untuk menurunkan para raja di Pelabuhan
Yos Sudarso.
Pengumuman pun akhirnya dilakukan petugas informasi kapal sebagai pemberitahuan
agar para raja tersebut harus segera turun sesuai kesepakatan yang telah dilakukan.
Pengumuman itu pun belum menyelesaikan masalah karena masih terjadi perang
mulut antara para raja dengan Ketua Panpel Musyawarah Latupati Maluku Pieter G
Manoppo.
Dia mengemukakan kepergian para latupati ke banda didasarkan pada dua tujuan
yakni merupakan sebuah pendekatan budaya bagi resolusi konflik Maluku yang
merupakan sebuah pendekatan yang jarang terjadi di dunia, serta untuk proses
pengembalian pengungsi ke Banda.
Namun, penjelasan Panpel tersebut tidak membuat para raja menerimanya begitu
saja. Bagi mereka, mubazir kalau ke Banda tanpa melakukan pertemuan dengan
Mensos RI tersebut. Pieter akhirnya menyetujuinya, kemudian meminta anggotanya
Hilda Rolobessy untuk menjelaskan bahwa pelaksanaan musyawarah latupati maluku
dipindahkan ke Hotel Amans, Kawasan Mardika, Kota Ambon mulai kemarin hingga
14 November besok.
Setelah terjadi kesepakatan dengan Panpel, para raja akhirnya memilih turun.
Namun, nunung hanya melabuhkan KM Bukit Siguntang di tengah laut sekitar satu
mil dari Pelabuhan Yos Sudarso seraya memerintahkan para raja untuk segera turun.
Mengikuti kesepakatan itu dan demi harga diri, maka menenteng tas maupun bawaan
lain masing-masing raja, panpel serta pers terpakpsa turun melalui tangga dan
kemudian diangkut dengan empat speedboat ke Pelabuhan Yos Sudarso.
Atas kesepakatan panitia, pertemuan antara Latupati Maluku dengan Mensos
Bachtiar Chamsyah akhirnya dilakukan di ruang pertemuan di Bandara Internasional
Pattimura, Laha, Kecamatan Baguala, Minggu (12/11) siang.
malukuprov.go.id © 2006, Dinas Informasi Dan Komunikasi - Pemerintah
Provinsi Maluku
|