SINAR HARAPAN, Rabu, 17 Januari 2007
Poso Mencekam, Sekolah dan Pasar Tutup
Oleh Erna Dwi Lidiawati/Maya Handhini
Palu – Baku tembak yang masih berlangsung hingga Selasa (16/1) malam membuat
warga Kota Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) ketakutan. Bahkan, sejumlah sekolah
dan pasar di kota itu dilaporkan ditutup.
Warga lebih memilih berdiam diri di rumah karena khawatir terkena peluru nyasar.
Sementara itu, petugas kepolisian bersenjata lengkap dan menggunakan rompi
antipeluru berjaga-jaga di beberapa titik rawan di dalam Kota Poso.
Kepala Sekolah Dasar Negeri No 17 Poso, Haeriah Tanua yang dihubungi SH dari
Palu menyatakan, pihaknya terpaksa meliburkan siswa atas permintaan orang tua.
Mereka khawatir anak-anaknya terkena peluru nyasar, baik dari Kelompok Mujahiddin
Kayamanya maupun polisi.
"Orang tua takut anaknya menjadi korban salah tembak atau apa. Makanya mereka
meminta sekolah diliburkan sampai mereka merasa aman," kata Haeriah Tanua.
Selasa siang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Poso menggelar rapat dengar
pendapat dengan Kapolres Poso AKBP Rudi Sufahriadi serta Bupati Poso Piet
Ingkiriwang. Mereka meminta untuk sementara operasi polisi dihentikan agar tidak
ada lagi korban jiwa yang jatuh. Namun, Kapolres Poso menyatakan bahwa yang
mereka lakukan adalah penegakan hukum. Targetnya adalah para tersangka Daftar
Pencarian Orang (DPO) kasus teror di Poso.
Tembak di Tempat
Sementara itu, Kapolda Sulteng Brigjen Badrodin Haiti kepada SH, Selasa siang
menegaskan, pihaknya telah mengeluarkan perintah tembak di tempat bagi warga
Poso yang memiliki senjata tanpa kewenangan.
Dia mengatakan, langkah itu sebagai upaya menekan penggunaan senjata api,
amunisi dan bahan peledak yang masih banyak dimiliki secara ilegal oleh warga.
Selain itu, perintah tembak di tempat itu dimaksudkan untuk memperkecil aksi
kekerasan di Poso dan juga memperkecil ruang gerak para tersangka DPO kasus
teror Poso yang hingga kini belum menyerahkan diri. Pihak kepolisian mengetahui
selama ini warga Poso memiliki senjata api rakitan dan organik dari berbagai jenis,
semisal M-16, SKS, Senapan Serbu dan US Thompson.
"Dari penyelusuran intelijen jalur masuknya senjata-senjata ilegal itu ke Poso selain
dari dalam negeri juga didapat dari Filipina. Diduga senjata-senjata itu dipasok oleh
militan Moro didistribusikan ke Poso melalui Sangihe Talaud, Bitung, Manado di
Sulawesi Utara lalu melalui jalur Pantai Utara Parigi Moutong hingga ke Poso,
Sulawesi Tengah," katanya.
Di Jakarta, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Sisno Adiwinoto
menguatkan penegasan Kapolda Sulteng Brigjen Badrodin Haiti terkait perintah
tembak di tempat bagi tersangka DPO kasus teror Poso, serta warga yang
menyerang petugas yang bertugas di daerah konflik tersebut. n
Copyright © Sinar Harapan 2003
|