SINAR HARAPAN, Selasa, 19 Februari 2007
Tersangka Kasus Poso Mengaku Dipaksa Beraksi
Jakarta–Mabes Polri kembali memamerkan tersangka Poso; Wiwin Kalahe, seteleh
sebelumnya melakukan langkah sama terhadap Basri dan Tugiran Serta Aat dan
Ridwan, Senin (19/2). Di hadapan wartawan, Wiwin mengaku mendapat pelatihan dan
indoktrinasi yang sama dengan Basri CS oleh ustadz Hasanuddin.
Tersangka yang mantan tukang ojek ini meminta kepada Polisi untuk diberikan
keringanan hukuman. Ia mengaku, semua kejahatannya adalah kehendak ulama yang
mengajarnya, bukan dirinya.
“Saya awalnya hanya ingin belajar mengaji sama seperti teman-teman saya,namun oleh
ustad Hasanuddin saya malah diajarkan bagaimana memegang senjata api jenis
revolver. Dan diberi ceramah untuk membenci kaum kafir dan pemerintah. Dengan
membenci kaum kafir, kita dapat pahala,” ungkapnya dengan wajah penuh keringat,
di ruang serba guna Bareksrim Mabes Polri.
Wiwin yang didampingi oleh tersangka Basri, mengaku ditunjuk sebagai eksekutor
oleh Ustaz Hasanuddin dalam berbagai kasus kerusuhan Poso. Dengan mata kosong
dan menerawang, tersangka lebih banyak menceritakan berbagai peristiwa kekerasan
di sana.
Ia mulai belajar mengaji dengan beberapa ustaz yang berada di salah satu pesantren
di Poso. Namun niat baik, itu menjadi bumerang bagi Wiwin dan beberapa
teman-temannya. Tersangka Hasanuddin juga menunjuk langsung Wiwin sebagai
eksekutor di lapangan untuk teman-temannya. Ini dibuktikan Wiwin dengan
meletakkan bom termos di Desa Tangkura tahun 2005, serta ikut mengeroyok hingga
mati Bripda Deddy di Lawanga 11 Januari 2007 silam.
Sementara itu, tersangka Aat dan Ridwan yang terlibat kasus bom Tentena 28 Mei
2005, mengaku diberikan senjata api jenis MM 16 yang sudah diisi enam magazin
saat melakukan aksi perampokan toko emas di Pasar Tua, Palu, dan pencurian
motor dengan plat merah. Keduanya juga diberi bekal 60 butir magazin. (maya
handhini)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|