SUARA PEMBARUAN DAILY, 11 Oktober 2006
Kepala BIN: Tidak Benar TNI Terlibat Kasus Poso
[PALU] Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Syamsir Siregar membantah adanya
tudingan oknum TNI terlibat dalam beberapa letupan Poso khususnya yang terjadi
dalam dua pekan terakhir.
"Tidak benar itu, tidak benar," katanya usai pertemuan tertutup dengan Gubernur
Sulteng HB Paliudju, Selasa (10/10) petang di Palu.
Sebelumnya aktivis Poso Center yang juga direktur Lembaga Penguatan Masyarakat
Sipil Poso, Iskandar Lamuka dalam wawancara dengan wartawan di Poso
menyatakan adanya indikasi keterlibatan oknum TNI di Poso yang memprovokasi
masyarakat sehingga memicu terjadinya amuk massa.
"Yang terjadi di Poso saat ini sesungguhnya adalah provokasi yang sistematis
dilakukan secara tertutup untuk mengobarkan kembali sentimen agama warga agar
konflik terulang," katanya.
Menyusul pernyataan Iskandar tersebut, Pangdam VII Wirabuana Arief Budi
Sampurna balik menuding Iskandar sebagai otak provokator amuk massa di Poso
khususnya yang terjadi dalam dua pekan terakhir (pasca eksekusi Tibo Cs tanggal 22
September).
Karena itu pula Pangdam melalui pihak Kodim Poso mengadukan Iskandar ke Polres
Poso dengan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik institusi TNI.
Menurut Syamsir, pihaknya Rabu ini turun ke Poso untuk melihat langsung situasi
terakhir yang terjadi di sana.
"Saya ingin mengecek sampai dimana aparat keamanan menangani masalah maupun
situasi di Poso, baik oleh aparat TNI, Polri, aparat pemda maupun masyarakat,"
katanya.
Ia juga membantah adannya indikasi pengalihan konflik dari konflik horisontal (antara
masyarakat) ke konflik vertikal (masyarakat dan aparat keamanan) di Poso. "Itu juga
tidak benar, tidak ada pengalihan konflik seperti itu di Poso," katanya.
Menurutnya pihaknya sudah memberikan petunjuk pada aparat keamanan di Poso
agar dalam melaksanakan tugas jangan sampai bersitegang dengan masyarakat.
Tapi aparat keamanan harus dapat membina hubungan yang baik dengan masyarakat
sehingga jika terjadi masalah-masalah yang hendak mengganggu situasi kamtibmas
di Poso, masyarakat juga dengan mudah dan cepat melaporkannya pada aparat
keamanan," tandasnya.
Syamsir mengeritik pemberitaan pers yang dinilainya terlalu membesar-besarkan
kejadian Poso. "Banyak sekali berita yang sampai ke tingkat pusat (Jakarta) yang
tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi di Poso. Pers terlalu
membesar-besarkan keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian terjadi," katanya.
Ditanya seperti apa tindakan pers yang terlalu membesar-besarkan pemberitaan
tentang Poso, Syamsir menyebutkan contoh terjadi ledakan granat di Poso, tanpa
menyelidiki secara seksama pers langsung membesar-besarkan beritanya di media
sehingga menimbulkan kesan membahayakan.
"Padahal yang meledak itu adalah granat tua yang sudah karatan, yang usianya
sudah bertahun-tahun tapi pers membesar-besarkannya," tekannya berulang-ulang.
Sementara itu Kapolda Sulteng Badrodin Haiti mengatakan pihaknya masih terus
mengusut keterlibatan 14 tersangka pelaku pembunuhan dua warga Masamba, Sulsel
Arham Badaruddin dan Rendy Rahman di Desa Ponggee, Taripa, Kecamatan
Pamona Timur Poso pada 26 September lalu.
"Masih terus kita kembangkan kasusnya, dan masih ada beberapa tersangka pelaku
yang kita cari," katanya.
Ditegaskan pula bahwa dari 14 tersangka pelaku itu ada diantaranya yang terlibat
dalam aksi pembakaran kantor Polsek Pamona Timur pada 29 September di Taripa.
[128]
Last modified: 11/10/06
|