SUARA PEMBARUAN DAILY, 15 Februari 2007
Selatan Daya Maluku Krisis Pangan
Krisis pangan yang rutin melanda daerah selatan Provinsi Maluku menjelang Maret
perlahan mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku.
Namun, sejumlah aktivis Persatuan Mahasiswa Selatan Daya (Pemasda) Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (MTB) menyesalkan tindakan Pemprov yang hanya
menyalurkan bantuan 50 ton pangan kepada warga Leti, Moa, Lakor (Lemola).
Padahal krisis pangan yang paling parah justru terjadi di Pulau Sermata Kecamatan
Ndona yang di dalamnya terdapat 9 desa dan 2 dusun.
Pada saat musim kemarau biasanya desa-desa ini terancam kelaparan akibat
rusaknya tanaman perkebunan mereka oleh hama belalang. Jagung adalah makanan
pokok masyarakat Selatan Daya.
Juru Bicara Pemasda, Obaja Helnia, kepada Pembaruan di Ambon, Rabu (14/2),
menanggapi tidak adanya perhatian Pemprov Maluku. Selain jagung, tidak ada lagi
tanaman potensial yang bisa dikembangbiakkan karena struktur tanahnya berbatu
dan berkarang.
Diungkapkan Obaja, mayoritas penduduk yang berprofesi nelayan ini
menggantungkan makanan pokoknya pada jagung dari Pulau Sermata dan
sekitarnya. Ini karena pasokan pangan dari desa-desa disekitarnya putus total akibat
gelombang laut yang tinggi. [VL/W-8]
Last modified: 15/2/07
|