SUARA PEMBARUAN DAILY, 19 Januari 2007
Masyarakat Poso Terus Dihantui Bom
[PALU] Situasi keamanan di Poso hingga Jumat (19/1) pagi masih dihantui ancaman
ledakan bom yang menimbulkan ketakutan dan trauma mendalam bagi masyarakat.
Kamis malam pada pukul 21.00 Wita, sebuah ledakan cukup keras yang diduga bom
meledak lagi di Pasar Sentral Poso, Poso Kota, yang berjarak hanya sekitar 300
meter dari Polres Poso.
Dalam waktu hampir bersamaan, ledakan bom juga terdengar di kawasan Poso
Pesisir. Tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu, juga di Pasar Sentral Poso tidak
ada kerusakan berarti akibat ledakan.
Bom yang meledak diduga hanya bom hampa, sementara ledakan bom yang terjadi
di Poso Pesisir, hingga Jumat pagi masih dicari tahu lokasinya. Diduga diledakkan di
daerah tak berpenghuni dengan tujuan hanya untuk meneror dan membuat takut
masyarakat.
Kabid Humad Polda Sulteng AKBP Moh Kilat mengatakan, bom yang meledak di
Pasar Sentral Poso, Kamis malam, hanya bom hampa. "Pelakunya diduga menaruh
bom di pasar itu hanya untuk meneror agar warga menjadi takut beraktivitas di Pasar
Sentral Poso," ujar Kilat kepada Pembaruan, Jumat pagi.
Sebelumnya pada Kamis siang sekitar pukul 17.50 Wita, ledakan bom juga terjadi di
belakang Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Jemaat Eklesia Poso, di Jalan
Pulau Aru Kelurahan Gebang Rejo Poso Kota. Bom meledak di pinggir jalan di antara
bangunan Gereja Eklesia dan SMU Negeri 3 Poso.
Polisi yang memeriksa lokasi kejadian, menduga bom dilemparkan pelaku ke arah
gereja, namun hanya sampai di pinggir jalan dan meledak. Walaupun bunyi ledakan
sangat keras, tetapi tak ada korban ataupun kerusakan berarti dalam peristiwa
tersebut.
Sementara pihak kepolisian sejauh ini tetap melakukan penjagaan ketat di berbagai
tempat di Poso. Namun, berdasarkan pemantauan Pembaruan, aktivitas
penangkapan 19 DPO yang belum tertangkap sampai saat ini masih belum dilakukan
lagi oleh pihak kepolisian setempat.
Tim Independen
Persoalan Poso tidak akan pernah terselesaikan bila akar masalah sebenarnya tidak
pernah terungkap. Karena itu, dibutuhkan kemauan politik untuk menegakkan hukum
di atas kepentingan politik. Sudah selayaknya pemerintah membentuk tim
independen yang diberi kuasa untuk mengungkapkan pelaku sebenarnya dan
membangun budaya damai di tanah Poso dengan menciptakan kepercayaan yang
kuat di antara anggota masyarakat.
Demikian dikatakan Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan,
Benny Susetyo Pr menanggapi konflik Poso yang tidak pernah selesai, di Jakarta,
Jumat (18/1). "Tim independen yang bertugas mencari fakta dan menciptakan
perdamaian sejati di Poso akan memberikan banyak rekomendasi bagi kondisi
normalisasi Poso. Pemerintah dan aparat keamanan harus dapat menghentikan teror
serta mematikan jaringan mata rantai pemasok senjata gelap yang menyebabkan
konflik tidak pernah selesai," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin,
menyatakan bahwa penanganan pelaku kekerasan di Poso yang dilakukan aparat
keamanan harus secara persuasif dan dialogis, serta jangan menggunakan tindak
kekerasan.
"Pasalnya, pendekatan kekerasan itu semata-mata belum tentu bisa menyelesaikan
permasalahan yang ada," katanya seusai acara Tausyiah Tahun Baru Hijriah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PP Muhammadiyah, di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi, mengatakan bahwa kunci
penyelesaian permasalahan Poso itu adalah, bagaimana para ekstremis itu
dipisahkan dari komunitas masyarakat biasa yang baik-baik, agar mereka tidak
menjadi korban teror aparat keamanan. [128/E-5]
Last modified: 19/1/07
|