SUARA PEMBARUAN DAILY, 22 Januari 2007
Ketua Umum PGI: Rasa Kebangsaan Merosot Tajam
[MANADO] Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Andreas
Yewangoe menegaskan, rasa kebangsaan akhir-akhir ini merosot tajam. Hal itu
disebabkan antara lain oleh penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (UU Pemda) yang akhirnya membuat masih-masing daerah
menampilkan kedaerahan. Salah satu dampak negatifnya, banyak daerah yang
menerbitkan peraturan-peraturan daerah yang bersifat syariah dan mencemaskan
banyak pihak.
Yewangoe menegaskan hal itu dalam sambutannya saat! pembukaan sidang Majelis
Pekerja Lengkap PGI di Manado, Senin (22/1). Acara tersebut secara resmi dibuka
Wakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf Kalla.
Dalam acara pembukaan itu hadir sejumlah tokoh agama lain baik dari Katolik (Uskup
Manado Mgr Joseph Suwatan), Islam, Hindu, Budha, dan Kong Hucu serta Gubernur
Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.
Yewangoe menjelaskan, yang dimaksudnya dengan rasa kebangsaan adalah rasa
senasib sepenanggungan sebagai sesama anak bangsa. Hal itu dirasakan hilang
dalam beberapa waktu belakangan ini. Karena itu pemerintah serta semua elemen
masyarakat diminta untuk bersama-sama menbangun kembali komitmen kebangsaan
tersebut dengan tidak menampilkan dan menonjolkan kepentingan daerah dan
kelompok sendiri-sendiri, tetapi harus sungguh-sunggu memb! angun kepentingan
semua anak bangsa.
Atas dasar itu, PGI dalam sidang tersebut mengambil tema "Berubahlah oleh
Pembaharuan Budimu (Roma 12:2b).
Sehubungan dengan itu dia menegaskan bahwa gereja-gereja di Indonesia
menegaskan ulang komitmennya untuk membangun kembali kebangsaan itu dan
akan tetap mempertahankan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Karena gereja dengan umat Kristen Indonesia adalah bagian integral dari
bangsa ini yang akan terus mempertahankan itu dan mengamalkannya secara
dinamis.
"Orang-orang Kristen Indonesia berkomitmen untuk mengamalkan dan menjalankan
Pancasila," tegas Yewangoe.
Sementara terkait dengan sidang itu sendiri, Yewangoe menginformasikan bahwa
sidang tahunan itu dihadiri oleh 82 gereja anggota PGI. Dan merupakan sidang
terbesar kedua setelah sidang raya yang bertugas mengevaluasi dan menetapkan
program kerja PGI dalam setahun ke depan.
Sementara itu Wapres Muhammad Jusuf Kalla menegaskan, bila bangsa ini mau
maju maka setiap pihak harus berubah. Kalau mau maju secara ekonomi, politik,
sosial, budaya, dan dalam banyak hal lainnya maka siapa pun harus berubah. Itu
sebabnya dia sangat sepakat dengan tema sidang tersebut.
"Tidak ada kemajuan dan tidak ada kebaikan tanpa perubahan. Kalau kita mau maju
secara ekonomi, masalah sosial, dan politik, maka harus ber! ubah," tegas Kalla.
Dan itu merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk para pemimpin agama.
Para pemimpin agama, kata Kalla, jangan hanya berupaya meningkatkan keimanan,
tetapi juga harus meningkatkan kesejahteraan umatnya masing-masing. Sehubungan
dengan itu dia sangat menghargai upaya gereja yang juga meningkatkan pendidikan
masyarakat dan berkarya dalam bidang kesehatan. Karena bangsa ini tidak akan
maju kalau tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik.
Pada bagian lain, Kalla mengingatkan bahwa semua agama mengajarkan umatnya
untuk mencintai lingkungan, tidak hanya mencintai sesama manusia. Kerusakan
lingkungan oleh ulah manusia hanya mendatangkan kekeringan dan banjir serta tanah
longsor pada musim hujan. "Kalau kita mencintai lingukungan maka lingkungan ju! ga
mencintai kita," imbuhnya.
Sedangkan terkait dengan perbedaan agama, Kalla menegaskan bahwa pada
prinsipnya semua agama mengajarkan hal yang sama. Yang berbeda hanyalah cara
mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa itu. Karena itu, dia menghimbau supaya
semua kelompok agama harus membangun kebersamaan dan jangan
melebih-lebihkan perbedaan. Karena perbedaan hanyalah bagian dari persamaan itu.
[A-21]
Last modified: 22/1/07
|