SUARA PEMBARUAN DAILY, 23 Oktober 2006
Polisi dan Warga Bentrok di Poso, 2 Tewas
[PALU] Situasi keamanan Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) memanas, Minggu
(22/10) malam. Situasi dipicu oleh aksi bentrokan aparat polisi dan warga setempat.
Sedikitnya dua warga tewas dan satu lainnya terluka parah karena tertembak peluru
petugas.
Warga yang tewas bernama Udin (22), dan satu korban belum diketahui identitasnya.
Yang terluka parah Muh Rizki Maku alias Kiki (29), kini sedang dirawat di RSU Poso.
Bentrokan terjadi di kawasan Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota
sekitar pukul 21.15 Wita Minggu malam.
Keterangan yang dihimpun menyebutkan, sekitar pukul 21.15 Wita, terdengar bunyi
rentetan tembakan di sekitar lokasi kejadian. Pada saat yang bersamaan terlihat api
membara di udara dan diketahui satu pos polisi masyarakat di sekitar Tanah Runtuh
dibakar massa.
Sementara itu aparat mengepung daerah di sekitar kompleks Pesantren Amanah
Poso atau juga selama ini dikenal dengan kompleks Tanah Runtuh.
Tak lama kemudian terdengar teriakan histeris warga minta tolong. Menurut saksi
mata, te- riakan histeris dari warga yang menyaksikan korban yang tertembak peluru
aparat yakni Udin dan Kiki. Situasi menjadi semakin panas dan tegang, di tengah
kege- lapan malam ratusan massa balik menyerang aparat Brimob. Serang
menyerang antar warga dan aparat tak terhindarkan.
Kendati aparat melepaskan tembakan berulang-ulang tapi tak dihiraukan warga.
Karena terdesak, puluhan aparat Brimob mundur dan melarikan ke markas komando
(Mako) Brimob di kompleks Polres Poso sekitar 4 km dari lokasi kejadian.
Massa yang diliputi emosi kemudian membakar satu truk dan 2 sepeda motor milik
Brimob Polres Poso serta 2 sepeda motor milik warga setempat.
Uztad Adnan Arsyal, Pemimpin Pondok Pesantren Amanah Poso yang juga Ketua
Forum Silahturahim Perjuangan Umat Islam Poso (FSPUI) yang berhasil dihubungi
Senin (23/10) pagi, mengatakan, aparat yang menyerang duluan ke pesentren untuk
mencari pelaku yang diduga menembak Pdt Irianto Kongkoli MTh.
"Kami minta tarik saja semua aparat Brimob dari Jawa yang di BKO-kan di Poso,"
tegasnya.
Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Moh Kilat yang dikonfirmasi Senin (23/10) pagi,
membenarkan kejadian tersebut yang mengakibatkan satu warga tewas.
Ia membantah aparat menyerang warga di Tanah Runtuh. Menurut kejadian berawal
dari aparat Brimob yang hendak melakukan razia senjata api (senpi) dan senjata
tajam (sajam) di wilayah Kayamanya/Tanah Runtuh.
Provokasi
Namun saat polisi sedang merazia, tiba-tiba ada oknum yang memprovokasi warga
yang menyatakan aparat mau menyerang warga di sekitarnya.
"Spontan saja massa bergerak dan menyerang aparat yang sedang bertugas.
Beberapa pos polisi masyarakat di kompleks Tanah Runtuh juga dibakar massa," ujar
Kilat.
Untuk mempertahankan diri, lanjutnya, polisi mengeluarkan tembakan peringatan
namun karena tidak didengar akhirnya mengenai Udin hingga tewas dan Kiki terluka
parah.
Saat berita ini diturunkan, situasi di Poso khususnya di se- kitar Tanah Runtuh
mencekam. Masih terjadi konsentrasi massa di lokasi kejadian dan massa masih
diliputi emosi atas kejadi- an tersebut. Sementara korban Udin, dimakamkan pagi ini
juga di Poso.
Hingga pukul 10.45 Wita masih berlangsung aksi tembak-menembak antara aparat
keamanan dengan kelompok massa di Poso. Aksi tembak-menembak itu ter- jadi di
depan Lembaga Pemasya-rakatan Poso.
Menurut warga, kelompok massa tidak senang dengan tindakan aparat Brimob yang
melakukan razia ke kompleks pesantren Amanah Poso di Kelurahan Gebang Rejo,
Poso Kota, Minggu (22/10) malam yang mengakibatkan bentrokan dengan warga dan
menewaskan satu warga yakni Udin anggota pesantren tersebut.
Akibat kejadian tersebut, kelompok massa di Poso itu dipi- cu oleh emosi hingga
Senin siang ini melakukan penyerangan ke kawasan-kawasan tertentu di Poso,
namun dihalangi oleh aparat kepolisian setempat. Akibatnya, bentrokan antara aparat
dan kelompok massa itu tidak dapat dihindari.
Keterangan yang diperoleh dari Poso menyebutkan, dua warga kembali terkena
tembakan petugas dan saat ini sudah dilarikan ke RSU Poso.
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Badrodin Haiti yang berusaha dihubungi Senin siang
sangat sulit. Telepon selulernya yang dihubungi ada nada masuk, tapi tidak
diangkat-angkat, selanjutnya terdengar suara di mailbox menyebutkan "selamat
siang, silahkan tinggalkan pesan, nanti saya hubungi lagi".
Deputi Sekretaris Wakil Presiden (Seswapres) Bidang Politik, Djohermansyah Djohan
mengatakan, ada komunikasi yang tidak jalan antara aparat kepolisian dengan pihak
pesantren dalam peristiwa baku tembak yang menimbulkan korban jiwa di Poso.
Untuk itu, perlu dibangun budaya dialog yang komunikatif antara pemerintah, aparat
keamanan, dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama Kristen dan Islam di wilayah
itu.
Sehingga tidak terjadi lagi salah paham yang menimbulkan korban jiwa dan akhirnya
bisa menimbulkan konflik yang berkepanjangan.
Kalau benar polisi melakukan razia senpi dan sajam di pesantren pada malam hari,
itu sesuatu yang tidak lazim.
Apalagi razia itu dilakukan di sebuah pesantren dan di penghujung bulan Ramadan
ini.
Biasanya razia itu dilakukan pada siang hari. Dan polisi seharusnya bisa
mengantisipasi razia itu jangan sampai menimbulkan korban jiwa.
Karena itu, polisi juga harus jujur apakah aksi mereka itu sebagai razia senpi dan
sajam ataukah untuk menangkap pelaku penembakan Pdt Irianto Kongkoli yang
diduga bersembunyi di pesantren tersebut. [128/A-21]
Last modified: 23/10/06
|