FKM News Network, 22 April 2003
Penguasa NKRI (Neo Kolonialis Republik Indonesia) Melakukan
Tindakan Ofensif Terhadap Markas FKM Di Kudamati Ambon
Sekitar satu peleton pasukan TNI batalion 743 dibawah pimpinan Letnan dua
Chandra, melakukan penyerangan mendadak ke Markas FKM di Kudamati Ambon.
Saat penyerangan terjadi, anggota dan simpatisan FKM sementara menikmati makan
siang dan mereka sama sekali tidak menyadari akan terjadi penyerangan mendadak
dari TNI, akibatnya anggota dan simpatisan FKM tersebut jadi bulan-bulanan popor
senapan dan tendangan sepatu boot TNI.
Makanan yang terhidang di dalam paparisa (pos pengamanan), di depan markas FKM
dan sementara dinikmati oleh anggota dan simpatisan FKM diobrak abrik
(ditumpahkan) piring-piring makan dibanting, gelas-gelas dilempar berhamburan dan
pecah berantakan, benar-benar perbuatan manusia-manusia biadab dan tidak
mengerti Hak-Hak Asasi Manusia.
Pimpinan dan anggota FKM yang ada di Markas FKM tidak dapat berbuat banyak,
karena tidak mungkin menghadapi kebrutalan TNI yang sementara berlangsung itu
dengan hanya mengandalkan kata-kata, Pasukan TNI tersebut sepertinya telah
diperintahkan untuk melakukan tindakan represif, sehingga sangat sulit untuk diajak
dialog, bahkan ketika beberapa pimpinan FKM mencoba berdialog dengan Letnan dua
TNI Chandra (Komandan Peleton yon 743), anak buahnya sudah langsung menghajar
anggota dan simpatisan FKM yang ada disekitar Markas FKM tersebut.
Insiden penyerangan oleh pasukan TNI ini dimulai pukul 13.35 Waktu Maluku dan
kemudian sekitar pukul 14.15 datang beberapa truck TNI membawa tambahan
pasukan yang melakukan pembokaran terhadap bangunan pos pengamanan di depan
markas FKM dan walang alif'uru (tempat istirahat), beberapa saat kemudian datang
pula beberapa anggota Polisi yang berpakaian dinas maupun preman yang langsung
memantau lokasi kejadian, sampai berita ini dibuat pukul 16.00 TNI sedang berusaha
merobohkan dua buah tiang bendera didepan Markas FKM yang dipersiapkan untuk
pelaksanaan upacara tanggal 25 April 2003, sementara TNI beraksi Polisi hanya
berdiri menyaksikannya.
Tindakan Penguasa NKRI (Neo Kolonialis Republik Indonesia) ini sangat bertentangan
dengan tekad FKM untuk berjuang dengan moral dan demokrasi, anti kekerasan dan
anti anarkhis, sepertinya penguasa NKRI tidak sanggup berhadapan secara moral
dengan FKM, akibatnya muncul karakteristik asli dari penguasa NKRI, sebagai
penguasa totaliter atau pemerintah premanisme.
TNI yang menjadi kekuatan penguasa (NKRI) Neo Kolonialis Republik Indonesia ini,
hanya berani berhadapan dengan masyarakat sipil yang tidak bersenjata, bagaimana
kalau yang mereka hadapi itu adalah pasukan interfet dari Australia misalnya,
kenyataan membuktikan di Timor Leste dan Batalion 743 ini merupakan salah satu
batalion yang pernah lari terbirit-birit dari Timor Leste akibat ketakutan menghadapi
pasukan interfet.
Apa yang dilakukan oleh penguasa NKRI ini adalah dalam rangka menghancurkan
semua persiapan FKM untuk melakukan upacara memperingati 53 tahun Proklamasi
Kemerdekaan RMS, 25 April 2003 dan menghalangi semangat anak bangsa Maluku /
Alif'uru untuk menuntut hak Kedaulatan dan Kemerdekaannya yang telah dirampas /
dianeksasi oleh NKRI.
TNI dengan kekerasan boleh menang saat ini, tetapi itu bukan berarti sebuah
kemenangan bagi mereka,
FKM dengan moral boleh dikalahkan saat ini, tetapi itu bukan berarti kekalahan, bagi
FKM.
Moral lebih mulia dari kekerasan, sebab itu "Kebenaran" yang diyakini oleh FKM dan
sedang diperjuangkan melalui perjuangan moral, boleh ditutupi, disembunyikan,
dimanipulasi, diputar balikkan, dikhianati, tetapi FKM tetap yakin bahwa "Kebenaran"
adalah "Kebenaran", pada saatnya "Kebenaran" itu akan muncul sebagai pemenang.
Amboina, 22 April 2003.
Mena Muria!
"Undure, undure apa datang dari muka jang undureeee !!!" [Thomas Matulessy]
|