MAHASISWA
Eric Hobsbawm*
Dalam percaturan politik dalam sebuah negara, mahasiswa memiliki makna khusus yang ditopang oleh dua alasan, yang pertama sebagai pembawa keputusan dan menjadi kekuatan "pendorong" dalam pemerintahan negara, bahkan apa yang terjadi di Perancis dan Meksiko lebih sistematis. Yang kedua konon aksi gerakan mahasiswa bisa meruntuhkan kekuasaan sebuah rejim. Dan belum lama ini, sebuah gerakan mahasiswa telah menjatuhkan sebuah rejim yang telah berkuasa di Indonesia selama 32 tahun diatas hampir 200 juta penduduk. Sebelumnya, 10 tahun yang lalu mahasiswa telah memainkan perannya pula dalam samtenen revolution di Cekoslovakia. Dan saya diingatkan juga pada peristiwa dramatis yang sempat menegangkan dunia pada th 1968 dan 1969, dimana sempat karir presiden Amerika dan Prancis terhenti dan menyebabkan terjadinya pergolakan peta politik di banyak negara. Meskipun demikian, gerakan mahasiswa ini masih dalam dataran yang wajar belum sampai pada makna essensialnya, walaupun pada th 1848 telah menimbulkan sebuah revolusi massal. Peristiwa pada th 1969 itu sendiri sebenarnya lebih banyak mencerminkan pada makna perluasan gerakan mahasiswa yang semakin mengglobal. Sehingga gerakan ini meluas melewati batas-batas ozean, nasional ataupun batas-batas ideologi itu sendiri. Dia telah menggonjangkan Amerika, Meksiko, Prancis, Italia, Polandia, Cekoslovakia dan juga Yugoslavia. Kewajaran peran mereka disebabkan pada satu sisi mereka tidak bisa lepas dari dukungan komponen masyarakat lain dan pada sisi lain, apa yang telah mereka perankan selama ini sebenarnya terbatas sebagai penyulut tumpukan masalah sosial ataupun boom politik sehingga meledak. Namun, kadang-kadang mahasiswa mengalami sebuah moment dimana mereka mengalami interest terhadap permasalahan Politik yang rendah, meskipun demikian, masa ini tidak akan bertahan lama disebabkan keterbatasan mereka dalam memerankan posisinya sebagai mahasiswa dan banyak alasan psikologis lainnya.
Alasan apa saja sebenarnya sehingga mahasiswa bisa memposisikan dirinya dalam peran penting bagi percaturan politik modern? Alasan psikologis itu menjawab bahwa mahasiswa sebagian besar muda, independen, dan sedikit banyak lepas dari tanggung jawab keluarga dan urusan yag menyangkut dirinya jika dihadapkan pada resiko politik yang mnghadangnya. Anak muda identik dengan energi yang penuh, semangat yang menyala, keberuntungan, percaya diri, penuh harapan dan idealisme yang tinggi. Mahasiswa hidup dan bekerja secara kolektif, dan sejak tahun 50-an bergerak melalui institusi-institusi. Setelah hampir setengah abad saya mengajar di Universitas, saya melihat bahwa mahasiswa memiliki waktu luang yang banyak untuk berkumpul, berdiskusi, melakukan kegiatan non-akademis semacam demonstrasi dan juga melakukan misi kemanusiaan lainnya. Meskipun secara bersamaan dia juga dituntut untuk menyelesaiaan ujian akademiknya. Dan jika dia bekerja sampingan di sebuah pabrik atau biro, dia mau tidak mau harus bisa membagi waktunya sedemikian rupa. Pada posisi ini, mahasiswa menjadi sebuah komunitas masyarakat yang paling mudah termobilisasi pada abad 20 ini. Dan pada penghujung abad ini, mahasiswa semakin menunjukkan dirinya sebagai satu-satunya komunitas kecil masyarakat yang selalu berada digaris depan melawan pemerintahan otoriter dan pemimpin diktator. Mahasiswa selalu menunjukkan inisiatif politiknya. Seperti yang pernah terjadi pada tahun 1968 dan 1989, demonstrasi para pekerja berasal dari inisiatif para mahasiswa. Dan juga mungkin jika sejarah di Cina tidak dilumuri oleh perjuangan mahasiswa di Tiananmen, maka ada kemungkinan kecil tidak akan terjadi perubahan dan perkembangan disana seperti sekarang ini.
Uraian diatas mengindikasikan bahwa gerakan mahasiwa semakin kritis terhadap semua kebijakan sebuah pemerintahan. Dan fenomena ini hampir dapat ditemukan di universitas-universitas besar dunia, perkecualian di Washington. Selain itu, Universitas tidak hanya mendidik calon-calon kandidat pemimpin bangsa, namun juga secara menyeluruh menspesialisasikan pembinanaan terhadap para calon elit negara baik itu calon menteri, maupun dari lingkaran militer ataupun para ekonom (konglomerat). Hal ini memberikan kenyataan penting bahwa universitas dan mahasiswa harus memiliki kebebasan yang lepas dari kooptasi kepentingan penguasa. Atau dalam istilah Graham Greenes Roman : " Mahasiswa bukanlah milik kelas penguasa, dan seseorang tidak dapat sekalipun menguasainya, jika tidak itu akan menjadi boomerang baginya ". Meskipun demikian ada perkecualian dari kenyataan pada tahun 70-an dan 80-an ketika kekuasaan militer di Argentina memimpin, dan juga sama halnya ketika pemerintahan Stalin di Rusia dan Mao di Cina.
Seandainya ada orang yang meragukan peran mahasiswa diatas, dia bisa mengajukan keberatan. Namun saya setuju dan berharap hal diatas memiliki kebenaran realitas tersendiri. Sejarah 40 tahun terakhir telah menunjukkan bahwa Mahasiswa memang memiliki peran penting dalam menegakkan sistem demokrasi yang kuat dan stabil. Dan sekaligus memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam sebuah negara. Kini, mahasiswa telah menempatkan dirinya dalam hakekat sebenarnya dari bagian komunitas masyarakat yang luas daripada sebelum generasi 60-an. Jika kita tanpa sadar mengamati korban pengangguran yang dialami sebagian orang dewasa saat ini, dan pada sisi lain juga kita lihat adanya keretakan hubungan sosial antara anak muda yang skeptis dengan kedua orang tuanya, maka pada posisi ini mahasiswa merupakan reservoir yang potensial bagi sebuah harapan dan idealisme, baik sebagai tujuan bersama maupun harapan yang dapat menimbulkan kearah perekonomian yang lebih baik. Atas dasar dan landasan positif bahwa mahasiswa sudah seharusnya dan selalu berporos pada pencarian kebenaran dengan menggunakan riset rasional dan membangun kran keterbukaan dalam silang pendapat serta menjunjung toleransi dan mendukung perbaikan terhadap conditio humana, yang tidak terfokus pada pemikiran yang sempit dan bersifat kepentingan individual namun sebaliknya untuk semua manusia maka kita akan temukan tunas-tunas Elit berbaju Idealis dalam Universitas Modern yang akan menjadi harapan kita semua. Kita berharap mahasiswa setidaknya bisa belajar dan merenungi makna diatas. ( Penerjemah: Luthfi Kamil, dari Tulisan Die Rolle der Studierende ( LETTRE,44 1,5J/99, Europas Kulturzeitung ).
*
Salah satu pemikir dunia, khususnya sejarah ekonomi dunia. Lahir 1917 di Alexandria. Karya terkenalnya tentang sejarah dunia abad 20. Saat ini mengajar di Universitas London.