Wawancara bersama Vice-Presiden Iran
Mrs. Massaomeh Ebtekar
Berliner Morgenpost (BM): Mrs. Ebtekar, sejak dua setengah tahun ini anda menjadi Vize-Presiden. Bagaimana mungkin seorang perempuan di dalam pemerintahan Islam mendapatkan posisi eksekutif yang tinggi?..
Massaomeh Ebtekar (ME): Maha Benar Allah swt, bahwa seorang perempuan dapat memangku jabatan merupakan hasil murni dari Revolusi Iran th 1979. Dengan peristiwa tersebut, akhirnya perempuan dapat mencapai tempat terhormat merepresentasikan diri sebagai wakil-wakil rakyat.Tujuan dari Ideologi dan pemimpin Revolusi Imam Khomeini sendiri salah satunya tak lain adalah menjunjung tinggi martabat perempuan. Untuk itu, presiden Khatami mem-percayakan saya untuk ikut serta dalam kabinetnya khususnya bertanggungjawab dalam Departemen Lingkungan. Tentu saja terdapat relevansi kuat keputusan tersebut dengan adanya harapan di dalam masyarakat Iran untuk memposisikan perempuan dilembaga-lembaga pemerintahan.
BM: Pada tahun 1997 terjadi sensasi dimana anda diangkat sebagai vize-Presiden. sedangkan selama kurun waktu 18 tahun tak satupun perempuan yang difungsikan dalam posisi tinggi Negara. Apa komentar anda dengan fenomena ini?
ME: Terdapat dua alasan sebenarnya atas pengangkatan saya, Pertama terjadinya proses perkembangan pemahaman yang lebih baik dalam masyarakat kami terhadap posisi perempuan. Yang kedua, Presiden Khatami turut membantu proses peng-embangan potensi perempuan ke depan. Titik tolak waktu dari langkah ini sendiri tidak penting. Tapi yang menentukan sebenarnya bagaimana perempuan bisa meraih proses ini dengan baik. Apa yang telah dilakukan Presiden Khatami sendiri bukan bersifat politis, namun lebih banyak dilandasi atas legitimasi yang dalam dan tuntutan perkembangan yang serius di dalam masyarakat Iran. Sebab kontribusi perempuan selama ini terhadap kedua hal diatas sudah jauh berjalan sehingga posisi perempuan selama ini dipertanyakan. Karena untuk berapa lama sebelumnya, posisi perempuan hanya menjadi komoditas sandiwara politik semata.
BM: Pemilih dari kalangan perempuan telah berjasa membantu Khatami ke tampuk kekuasaan. Apakah bisa dikatakan bahwa tujuan dari kalangan perempuan telah tercapai sepenuhnya?
ME: Ya . Di dalam proses pemilihan tentunya ada hubungannya dengan sebuah harapan. Dan itu terwujud dengan pegangkatan 15 perempuan di parlemen.
BM: Apa tanggapan anda tentang gerakan feminisme Barat?
ME: Jika kita berbicara tentang feminisme, maka pemahaman dalam kacamata Barat selama ini merupakan usaha untuk mensejajarkan wanita terhadap laki-laki. Dalam lingkup ini ada tanda-tanda keberhasilan. Namun pada sisi lain ternyata hal tersebut menimbulkan masalah yang serius juga. Oleh karena itu, Iran mengambil prinsip Islam sebagai rujukan. Apa yang selama ini kami kembangkan dengan prinsip ini mencapai keberhasilan sehingga memungkinkan negara lain meniru model kami.
BM: Di Jerman belum lama ini terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang guru beragama Islam. Dia membunuh sebuah keluarga dikarenakan kekecewaannya atas ditolaknya keinginannya untuk menjadikan perempuan 17 tahun menjadi istri keduanya. Bisakah aturan sebuah keluarga islami ditranformasikan ke dalam masyarakat non-muslim? Bagaimana bisa berfungsi, dalam sebuah negara seperti Jerman, seorang suami memiliki dua istri?
ME: Keluarga islami merupakan sebuah system yang berlandaskan atas hukum dan moral, dimana kesemuanya didasarkan untuk melindungi dan sekaligus membantu perempuan secara ekonomis. Untuk itu semua harus bertujuan bahwa sebuah pernikahan dilandasi atas usaha saling memahami satu sama lainnya dan juga memberikan kepuasan keduanya. Sayangnya, sering terjadi di dunia Islam atau belahan negara lainnya bahwa pernikahan tidak didasari atas prinsip diatas. Kemudian seringkali terjadi pula kesalahpahaman terhadap apa yang diajarkan dalam Islam dengan praktek dilapangan. Karena itu banyak sekali orang yang salah menginterpretasikan Islam yang sebenarnya. Cerita diatas yang telah anda singgung tidak dapat digeneralisasikan, sebab itu tidak ada relevansinya dengan Islam itu sendiri.
BM: "Newsweek" sebuah majalah Amerika memberitakan bahwa Pemerintah Iran berada dibalik Teror-bom terhadap lembaga Amerika di Arab Saudi.
ME: Saya cuman bisa mengulangi kembali pernyataan resmi pemerintah Iran, bahwa Iran tidak sedikitpun memiliki keterkaitan masalah ini. Kami terpaksa menandaskan bahwa selalu sebuah tudingan dilancarkan untuk dikonfrontasikan kepada negara merdeka seperti Iran.
BM: Apa tujuan sebenarnya embargo Amerika terhadap Iran?
ME: Salah satu alasan jika bukan sebagai alasan utama adalah karena politik Luar Negeri kami tidak mau dikendalikan oleh USA. Kami tidak akan tunduk kepada USA meskipun tekanan selalu dilancarkan. Namun secara bersamaan, kami tertarik untuk membangun sebuah hubungan secara Internasional di semua wilayah.
BM: Apa komentar anda mengenai diskusi antar budaya atau peradapan?
ME: Masyarakat Internasional berkembang sendiri menuju pemahaman yang lebih baik dan juga terhadap perbedaaan budaya. Oleh karena itu, apa yang dilakukan USA dengan embargonya akan ber-singgungan dengan pemahaman perkembangan universal ini baik di Eropa maupun di dunia Timur. Sampai detik ini, semua usaha yang dilakukan USA mengalami kegagalan, baik usaha untuk memonopoli wilayah politik dunia, ekonomi maupun kebudayaan. Tujuan ini juga akan mengalami kegagalan dimasa depan. Negara-negara merdeka dengan budayanya masing-masing memiliki sebuah nilai tersendiri sekaligus bisa mandiri dari hegemoni yang lain.
BM: Seorang warga Jerman Helmut Hofer ditangkap di Iran. Belum lama ini dia dikeluarkan, namun kemudian masuk penjara lagi. Seorang politiker Jerman mengatakan bahwa dia sebagai "sandera negara". Kapan Hofer dilepaskan?
ME: Setiap negara memiliki hukum sendiri dan kekuasaan dibedakan tersendiri. Hal itu juga berlaku bagi Iran: hakim kami independen, dan apa yang dilakukan lepas dari kekuasaan. Selain itu terdapat hukum, dimana semua orang harus memperhatikannya. Secara keseluruhan saya tandaskan bahwa hubungan Jerman-Iran tidak boleh rusak hanya disebabkan masalah seperti ini. Kita harus bisa bekerjasama lebih baik dimasa depan. Dan Hofer tidak boleh dijadikan rintangan untuk itu.
(Diterjemahkan dari koran harian Berliner Morgenpost, 25 Nov 1999 oleh Luthfi Kamil).