Ambon Rekayasa Gulingkan Pemerintah
Pernah saya menjadi seorang rasis 2 tahun pertama
saya tinggal di Amerika. Sebab untuk tinggal di Los
Angeles sangat mustahil menghindari interaksi dengan
manusia imigran yang nampak rendahan seperti orang
Mexico,Guatemala,El Savador yang rata rata adalah
imigran gelap pelompat border yang bekerja menjadi
kuli dan jabatan rendah lainnya sebagai usaha mereka
melepaskan diri dari jeratan hidup miskin di tanah air.
Mereka ini jumlahnya jutaan di California,
kosentrasi terbesar tentu di kota mega Cosmopolitan
seperti Los Angeles,Houston dan San Diego yang
kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari perbatasan
Mexico. Selebihnya menyebar ke ranch dan farm
seperti di San Joaquin Valley ,Central Arkansas
Texas dan Missisipi yang selalu membutuhkan pekerja
kasar di peternakan dan kebun kebun mereka yang besar.
Alasan saya membenci para Latinos itu adalah karena
selain mereka nampak tidak terdidik, banyak yang
berkelompok menjadi gang gang kriminal,ada kecenderungan
bahwa mereka pemalas dan jorok. Di pojokan Wishire boulevard
dan Alvarado Street misalnya. Bila anda berkendaraan dari
arah Santa Monica sampai di tempat orang latinos berkumpul
dan mendirikan pusat perdagangan diantara mereka, anda
akan melihat kontradiksi yang jelas. Santa Monica yang
nampak begitu bersih sepanjang puluhan miles sebelum
memergoki Alvarado street. Yup, disana anda akan melihat
sampah bertebaran dimana mana, manusia dari selatan
nampak miskin dan tidak perdulian dengan kebersihan.
Musik el marachi mengudara dengan suara terompetnya
yang memekakan telinga. Disini, anda akan sulit membedakan
antara Los Angeles dengan Pasar Jatinegara.
Alasan lainnya saya tidak menyukai para latinos ini
adalah, setiap kali saya tinggal di apartemen yg bertetangga
an dengan mereka, selalu, ya selalu apartement ini riuh
pikuk lagi lagi oleh musik mariachi yang menggetarkan
dinding apartement saya, di bumbui oleh suara tangisan
dan dampratan para anak kecil dan senor dan senorita
yang berbahasa hispanic cepat dan penuh sumpah serapah.
Bahwa mereka pekerja keras, semua orang sudah tahu.
Di bandingkan dengan para negro yang pemalas yang
juga bermiskinan di distrik distrik kumuh dan membuat
gang yg terkenal ganas di South Central, para Chikano
dari belahan selatan ini memang lebih nampak akrab
dan mau membuka diri dengan etnis di luar mereka.
( ada sebuah kiasan tentang orang negro disini,
Bila menemui seorang negro naik mobil mewah
dan nampak begitu kaya dan elit. cuma ada 2 kemungkinan,
jika dia bukan sport superstar atau movie star, dia pasti
drug dealer ) Sedang orang kulit hitam bila mereka miskin
jarang mau membuka diri dengan etnis lain.
Selama 2 tahun itu saya memang rasialis dan antipati
dengan orang latinos sampai pada suatu malam saya
dan Setiawan, adik saya mengendarai sepulang kursus
komputer melintas di pemukiman orang orang Mexico,
mobil honda civic tahun 84 yang setiap kali dibelokan
stir, mesin mobilnya batuk batuk seperti orang terkena
TBC itu mati mendadak. Ya mesin mobil mati di depan
sekumpulan pemuda latinos yang kita benci.
Kami membuka kap mobil, dan mengetahui bahwa
aki mobil kami yang ternyata sekarat. Mobil tidak
bisa di stater, dan kita tidak mempunyai jumper cable.
Seorang pemuda latinos meninggali teman teman
tongkrongannya, dia menyapa " Que Pasa Amigo ?"
atau apa kabar atau ada apa " Problema? " sapanya lagi.
"Yess Yess " , kami menjawab dalam bahasa Inggris sambil
rada ngeri takut dia todong. Setelah meneliti mesin dan
baterai aki kami, dia menerikan sesuatu pada teman temannya.
3 Orang datang dan membantu mendorong mobil agar mesinnya
dapat dihidupkan. Ketika mobil tetap gagal start on, dia meneriakan
seuatu pada seorang seorang konconya. Secepat itu seorang latino
lainnya berlari ke halaman belakang apartement mereka yg kumuh,
semenit kemudian dia datang dengan mobil yang lebih renta dan
murahan, dia memarkirkan mobilnya berhadapan dengan mobil
kami, membuka kap dan mengeluarkan jumper cable, lalu
dengan sigap menyambung kabel itu dari aki mobil dia ke aki
mobil kami. Lalu Woopsss...2 menit kemudian mobil kami kembali
hidup dan mesinnya berguncangan seperti biasanya.
Ironisnya etnis yang saya tidak sukai ini menolong 2 kali.
Yang kedua adalah ketika mobil Parlaungan yang saya
pinjam dengan Tony untuk date dengan pramugari, mati
mendadak di Freeway 101. Betapa paniknya kami ketika
mobil kami berhenti di Freeway terpadat du dunia itu
tanpa ada alternative untuk bisa memperbaikinya .
Ribuan mobil berluncuran disisi kami dengan cepatnya.
Jutaan orang sibuk dengan urusannya sendiri, sampai
sebuah mobil berhenti di belakang kami, seorang latinos
keluar dari mobil bututnya, dia tidak bisa berbahasa
Inggris, tapi mengerti mekanik, dia buka air filter ,buka
slang bensin didekat carburator, dan dengan ajaib mobil
di stater dan bisa dihidupkan kembali.
Saya tentu mengucapkan " Mucho Gracias " berkali kali
pada dewa dewa penolong ini, Bahwa rasa anti pati pada
mereka jelas menguap secara manusiawi ketika saya
menyadari bahwa, siapapun dia, bagaimanapun gobloknya
nampak manusia, kita ini sebenarnya saling menggantungkan
diri satu sama lain. Ya people need people. Tidak ada
yang bisa menolong manusia selain manusia. Ketika
di Freeway itu bahkan Tuhanpun sama sekali tidak bisa
menolong memperbaiki mobil saya kecuali melewati
perantara bernama manusia.
Dan kini, telah seminggu lamanya saya selalu mendengarkan
lagu lagu latin dari kaset bekas yang saya beli di Commercial
Street dalam walkman.
Perfidia, judul lagu latin yang mengudara oleh The Mantovani
Orchestra terdengar begitu indah. Berkali kali saya rewind
dan dengarkan dan resapkan lagu ini.
Celito Lindo , juga mengalun dengan saya nikmati dengan damai..
Apalagi Maria Elena dan Begin the Beguine..
Juga Besame Mucho, La Cumparsita dan Granada...
Saya pernah menjadi orang cupet secara tolol dan
menganggap etnis lain rendahan..
Ironisnya, saya sekarang menjadi penganggum
musik dan lagu lagu mereka..
Mungkin sudah saatnya saya berhenti meledek
orang Minang, Betawi da Arab.
Sebab jangan jangan suatu saat nanti saya malah
justru ingin ikut kursus tari piring, masuk anggota
lenong rumpi dan mengkoleksi musik gambus..
Buenos Noches, amigo !
Hasan Basri