Editor No. 44/XXIX/20 Juni 1998

Dan Hidup pun Tak berarti lagi

Luka dalam masih dirasakan oleh satu keluarga yang tinggal dibilangan jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Tak cuma harta benda yang dijarah oleh massa yang dengan beringas masuk kerumahnya. Tapi tiga putrinya yang masih remaja diseret naik ke bak truk yang diparkir tidak jauh dari rumahnya. Dan tiga gadis belia tadi diperkosa secara bergiliran diatas truk semalaman. Kedua orang tuanya tak mampu berbuat apa pun. Menurut para tetangga, keluarga ini kemudian mengungsi ke Australia.

Seorang mahasiswi sebuah universitas swasta di Jakarta Barat, sebut saja mei, pulang kuliah di hari kerusuhan itu. Ia tidak bisa menghindar dari hadangan massa di jalan Dokter Susilo, Grogol. Dengan brutalnya pakaian yang dikenakannya di robek oleh massa tanpa perduli. Meski sampai tak diperkosa, seluruh badanya di gerayangi dan diremas-remas. Untungnya, meski dengan pakaian yang telah tercabik-cabik, Mei berhasil menyelamatkan diri. Sampai kini Mei masih harus berbaring dirumah sakit swasta akibat luka fisik dan luka jiwa yang dialaminya.

Masih dibilangan Jakarta Barat, seorang ibu setengah baya yang kebetulan membawa mobil di setop oleh segerombongan massa. Tanpa “ba-bi-bu” lagi, pakaiannya dilucuti hingga telanjang bulat. Gilanya orang-orang itu tertawa riuh dan meneriakinya “Wah udah peot, udah peot” Ibu yang telah berumur tadi akhirnya dihalau pergi tanpa sehelai benangpun ditubuhnya. Dengan selembar koran, si ibu tadi berusaha menyelamatkan diri sambil menahan malu.

Di kawasan jembatan lima, Jakarta Barat. Seorang bapak satu anak hampir gila. Pasalnya darah daging satu-satunya yang masih berusia 14 tahun terpaksa “diperkosa” oleh dirinya sendiri. Awalnya rumahnya diserbu oleh massa untuk menjarah. Ternyata anak gadisnya pun menjadi sasaran pelecehan. Sang istri mengiba minta kepada para penjarah agar dirinya sajalah yang diperkosa, jangan anak gadisnya yang masih dibawah umur. Kejinya para penjarah tersebut bukannya tersentuh malah justru menyuruh sang ayah untuk memperkosa anaknya sendiri. Akibatnya sang anak syok berat dan sehari kemudian langsung dibawa ke Singapore untuk berobat, setelah sebelumnya dia terus menerus melakukan pengampunan doa di gereja.

Ternyata penjarahan masih terjadi tiga hari setelah 14 Mei. Sebut saja Wijaya warga Muaraangke, bapak dari sebuah keluarga muda, terus menjaga istrinya yang dirawat dirumah sakit sampai pekan lalu. Sang istri mengalami luka serius di wajahnya. Ceritanya tanggal 17 Mei siang rumahnya didatangi beberapa orang laki-laki tak dikenal. Mereka semua menjarah semua harta benda yang ada dirumahnya. Sialnya karena menjerit minta tolong, mukanya dilukai oleh senjata celurit, kejadian itu berlangsung pada siang hari bolong.

Adapun Boen yang tinggal dikawasan Sunter mengaku masih merasa sedih atas nasib tragis yang menimpa kenalanya yang tinggal dikawasan Jakarta Utara juga. Tanggal 14 Mei lalu, istri kenalannya tadi diperkosa di hadapan suami dan anak-anaknya. Tak cuma itu, semua harta dijarah dan rumahnya dibakar habis-habisan. Akibat tak kuat menahan aib, keesokan harinya sang istri bunuh diri. “Jadi tolong jangan paksa orang itu untuk bercerita. Yang pasti sekarang dia sudah pergi, tidak tinggal dirumahnya lagi” Ujar Boen ketika dihubungi D&R, Jumat malam.

Seorang saksi mata bercerita kepada Ita Nadia, anggota Tim relawan yang diwawancarai radio Nedherland. Katanya ia melihat segerombolan massa yang menyetop sebuah bus kota. Lalu mereka memisahkan wanita-wanita Cina, yang kemudian diperintahkan membuka pakaian lalu disuruh turun. Digiring ke lahan kosong di pinggir jalan. Di lahan itu mereka dipilih-pilih lagi, ada cuma disuruh jalan-jalan, ada yang diperkosa ramai-ramai.

Ini cerita lain dari Ita. Sebuah bank di kawasan Jakarta Utara dimasuki sebuah perusuh. Karyawan Cinanya disuruh menari-nari telanjang. Masih dikawasan ini, tiga gadis anak keluarga miskin, berusia 10 dan belasan tahun diperkosa oleh tujuh orang.

Apa sebenarnya yang terjadi ? adakah semacam dendam sejarah, seperti etnis Bosnia dan serbia ? Atau etnis Cina hanya menjadi korban percaturan politik yang tak jelas di jajaran atas pemerintahan ?

Back to Witnesses/News