Home | Refleksi Sinema |
The Mancurian CandidateSang Kandidat dan Cuci Otak
MC adalah remake film berjudul sama arahan sutradara John Frankenheimer. Aku belum nonton film produksi 1962 itu, namun tak apalah karena yang akan dibahas memang bukan perbandingan artistiknya. Film itu disebutkan karena adanya perubahan materi yang cukup signifikan. Dalam versi lama, MC mengacu pada "boneka" yang didalangi komunisme Cina guna mengobok-obok AS, dan Manchurian merujuk pada nama kota. Dalam film arahan Jonathan Demme (The Silence of the Lambs, Beloved) ini, dalang di balik MC adalah perusahaan raksasa multinasional, tentu saja bernama: Manchurian Global Corp. Jadi, dalam jangka waktu empat dekade, telah berlangsung pergeseran mencolok: dulu arena politik adalah medan pertarungan ideologi; kini politik adalah ladang bisnis yang amat menjanjikan. Tak heranlah kalau Manchurian Global menyusun rencana yang begitu berbelit -- ditopang riset intensif -- untuk mencetak seorang kandidat (Liev Schreiber) yang berada di bawah kendalinya dan, melalui cengkeraman sang ibu (diperankan dengan penuh nuansa oleh Meryl Streep) yang termakan ambisi dan nafsu sumbang, disorongkan dalam pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden AS. Implikasinya, negara hendak dijadikan, meminjam istilah I Wibowo, "boneka permainan kelas borjuis/kapitalis".1 Nah, dalam hal ini, bukankah Indonesia jauh "lebih maju"? Alih-alih menyusupkan kandidat "boneka", sang pucuk pimpinan perusahaan sendirilah yang turun sebagai kandidat -- dan sukses besar. Dan beliau tidak sendirian. Pemilik kapital bukan hanya duduk di tampuk eksekutif, namun juga bertebaran di lembaga legislatif.2 Akankah fenomena serupa merebak dalam pemilihan kepala daerah langsung sebentar lagi? Berikutnya, soal cuci otak. Cuci otak adalah langkah awal penyusupan kandidat Manchurian. Dengan teknik pencucian otak yang canggih dan sekaligus brutal, Raymond Shaw dimunculkan sebagai "pahlawan" dari medan Perang Teluk di Kuwait. Muluslah ia lepas landas ke kancah politik sebagai boneka Manchurian karena sekeping alat kontrol telah ditanamkan di batok kepalanya. Saat ia sibuk berkampanye, dua rekannya yang "terselamatkan" dari Kuwait, Ben Marco (Denzel Washington) dan Al Melvin (Jeffrey Wright), dihantui serpihan-serpihan mimpi buruk tentang realitas kejadian yang menimpa mereka di medan tempur. Benarkah yang terjadi di Kuwait sekian tahun lalu itu memang seperti yang selama ini mereka tuturkan dengan, astaga, rangkaian kata yang persis sama? Nah, dalam hal ini, bukankah Indonesia juga jauh "lebih canggih"? Tanpa peralatan teknologi muktahir, pencucian otak telah berlangsung secara tenteram dan damai melalui penataran P4, indoktrinasi, teror SARA, sensor, pembredelan, pencekalan. Konsekuensinya kita jadi bangsa yang ABS dan gampang melupakan sejarah. Kita gamang membedakan mana yang benar-benar terjadi dan mana yang direkayasa terjadi. Kita mengalami ketika pidato mulai dari kepala negara sampai kepala desa berderai-derai dengan "daripada" dan "-ken". Kita (terpaksa) seragam dan kehilangan kreativitas. Kita takut berbeda. Kita dihantui mimpi buruk -- takut kalau-kalau salah ngomong dan diciduk aparat. Sekarang, pada zaman yang kita namakan reformasi ini, hantu masa lalu itu tampaknya masih sulit ditepiskan. Tak perlu pakar, orang-orang awam pun bisa menjadi dewan juri "kemajuan" bangsa ini. Yang perlu diingat, MC memotret bagaimana pemilik kapital berusaha merongrong proses demokrasi di AS yang bisa dibilang sudah stabil. Sebaliknya, di negeri ini pemilik kapital mengobok-obok proses demokratisasi yang baru bertunas dan tentu saja masih labil. MC menampilkan jagoan bernama Ben Marco. Ia rupanya tak sepenuhnya takluk atas pencucian otak tersebut. Ada sel-sel otaknya yang berontak, dan nuraninya pun bertalu, mencium ketidakberesan di balik serpihan mimpi buruk, kata-kata seragam, perempuan misterius (Kimberly Elise, Beloved) yang muncul di kereta dan keping ganjil yang tertanam di pundaknya. Ia mesti berkelit menembus hutan ilusi dan indoktrinasi guna menggenggam realitas yang sesungguhnya, membedakan kebenaran dari dusta. Pertanyaannya: Bagaimana Indonesia mampu melahirkan sosok semacam Ben Marco? *** (01/03/2005) Catatan:
THE MANCHURIAN CANDIDATE. Sutradara: Jonathan Demme. Skenario: Daniel Pyne dan Dean Georgaris, berdasarkan skenario versi 1962 oleh George Alexelrod dan novel Richard Condon. Pemain: Denzel Washington, Liev Schreiber, Meryl Streep, Jon Voight , Kimbery Elise, Vera Farmiga, Jeffrey Wright. Asal/Tahun: AS, 2004. |
Home | Film Favorit | Email |
© 2005 Denmas Marto