Home | Renungan

Persembahan Terbaik

"... mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Rom. 12:1)

Dalam Perjanjian Lama, sesuai dengan ketetapan hukum Allah, kurban yang dipersembahkan di atas mesbah haruslah hewan yang masih muda, sehat, sedang mencapai puncak kekuatan dan pertumbuhannya. Dagingnya harus segar dan empuk, tanpa cela atau bekas luka, tulangnya tidak ada yang patah, tidak terserang penyakit, dan tentu saja tidak cacat.

Hewan kurban yang masih muda ini melambangkan pelayanan yang sungguh-sungguh terhadap Allah dan membantu semua orang percaya menaikkan penyembahan mereka kepada-Nya. Mereka mengingatkan untuk memberikan hanya yang terbaik kepada-Nya! Hewan-hewan itu melambangkan kesalehan sejati orang yang mempersembahkan kurban tersebut.

Prinsip tersebut tetap relevan pada masa Perjanjian Baru. Dalam Roma 12:1 dinyatakan, kita harus mempersembahkan tubuh kita, seluruh diri kita, sebagai persembahan yang hidup bagi Allah. Ia menghendaki persembahan terbaik dari diri kita – bukan lagi dalam bentuk hewan kurban.

Mengapa persembahan terbaik digambarkan dengan kemudaan? Kemudaan ditandai dengan  "kelunakan", sesuatu yang mudah untuk diolah dan dibentuk oleh tangan Tuhan. Kemudaan, dengan demikian, menunjukkan kerendahan hati dan kesediaan untuk belajar mempercayai Allah, bukannya mengandalkan kekuatan sendiri. Sikap hati semacam ini tak ayal akan membuka jalan ke arah kehidupan pelayanan yang berbuah banyak dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. ***

© 2003 Denmas Marto