Home | Renungan

Bukan Nekad, Tapi Taat

"Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." (Yoh. 1:31)

Penampilan Yohanes Pembaptis sungguh menakjubkan! Ia "memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan" (Mat. 3:4). Sosok ganjil ini berdiri tegak di padang gurun Yudea, menyerukan berita pertobatan yang tajam – setelah sekitar empat ratus tahun tidak muncul nabi di Israel.

Saat ini, kalau ada orang melayani secara kontroversial, nyeleneh dan nekad, kita bisa berkomentar, paling-paling dia lagi mencari popularitas. Namun, bangsa Yahudi saat itu tidak gila selebritis seperti kita sekarang ini. Ditambah lagi, berita keras yang disampaikannya justru memerahkan kuping banyak orang, dan sebagian orang bahkan sampai kebakaran jenggot – hingga nantinya ia dilemparkan ke penjara dan dipenggal kepalanya. Tidak, Yohanes tidak sedang berlagak ketika ia muncul di padang gurun itu.

Kalau begitu, apa yang mendorongnya bertindak seberani itu? Apakah ia mengerti sepenuhnya misi dan visi tindakannya? Ia memang mengerti panggilan Tuhan atas dirinya, namun, seperti diakuinya dalam nas kita malam ini, tampaknya ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang akan dia hadapi.

Bukan nekad, tapi juga tidak sepenuhnya mengerti – jadi? Sederhana saja. Yohanes memahami salah satu prinsip dalam Kerajaan Allah: Ketaatan adalah jalan menuju pengertian. Semakin besar ketaatan kita, semakin besar pula pengertian kita akan kebenaran Firman Tuhan.

Ketaatanlah yang membuatnya berkhotbah dengan penuh keyakinan. Ketaatan pulalah yang membuat ia semakin mengerti panggilan hidupnya. Hingga suatu hari ia pun berdiri sebagai orang pertama yang memproklamasikan kedatangan Mesias, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Suatu kehormatan yang luar biasa! ***

© 2003 Denmas Marto