Kehidupan yang Berbau
"Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di
mana-mana." (2 Kor.
2:14) Peristiwa ini
terjadi saat saya masih kuliah dulu. Ketika sedang antre mengurus KRS (Kartu
Rencana Studi), seorang wanita berjilbab, teman seangkatan, menyapa saya. "Ar, dapat
nilai berapa untuk kuliahnya Pak X?" Dia menyebut nama dosen yang
cukup disegani dan mata kuliahnya menjadi momok bagi mahasiswa. "Hanya
C," jawab saya. "Wah, aku
malah D. Tapi aku salut, lho. Aku tahu kau dapat nilai itu atas usahamu
sendiri. Kau tahu 'kan bagaimana 'usaha' mereka yang dapat nilai B atau
A itu?" Peristiwa
semacam ini mengingatkan saya bahwa penginjilan bukanlah suatu pelayanan
khusus. Sebaliknya, seluruh hidup kita merupakan sebentuk penginjilan
yang tak kunjung berhenti. Menurut nas malam ini, kehidupan kita "berbau." Sewaktu kita
mengaku sebagai orang Kristen, orang pun akan mulai memandang kita
secara lain. Orang akan mengawasi hidup dan tingkah laku kita dengan
lebih saksama. Dalam hal ini, kita dapat mengharumkan nama Kristus, atau
malah mencemarkannya. Ada yang
menyebut orang Kristen sebagai Kristus kecil. Setelah Yesus naik ke
surga, kitalah "duta besar"
Kerajaan-Nya di bumi ini. Setiap kata yang kita ucapkan dan setiap
tindakan yang kita lakukan seharusnya mencerminkan perkataan dan
perbuatan Yesus. Trevor Yaxley menulis, "Satu-satunya Kristus yang
dilihat oleh kebanyakan orang tidak lain adalah Kristus yang ada di
dalam diri kita." Jadi, sewaktu kita mengakui Kristus sebagai Tuhan, menjadi anggota keluarga-Nya dan menyandang nama-Nya, kita pun memikul tanggung jawab untuk "menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana." Bau semacam apakah yang kita sebarkan? *** © 2003 Denmas Marto |