Home | Renungan

Pendidikan Bangsa Israel

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul. 6:6-7)

Pada masa Perjanjian Lama, pendidikan bangsa Israel berpusat di keluarga. Pendidikan anak-anak laki-laki dan perempuan merupakan tanggung jawab ibu selama tiga tahun pertama (mungkin sampai disapih). Anak-anak laki-laki diajari hukum Taurat oleh ayah mereka sejak berusia tiga tahun. Para ayah juga bertanggung jawab mengajar anaknya bekerja.

Pendidikan yang diberikan pada dasarnya adalah pendidikan agama. Anak-anak didorong untuk memahami sifat Allah melalui apa yang telah dilakukan-Nya di tengah-tengah bangsa itu dan melalui ketetapan-ketetapan-Nya dalam kitab Taurat. Perkataan shema (pengakuan iman) dalam Ulangan 6: "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu," diajarkan, dibicarakan, digunakan dalam ibadah untuk menyatakan secara simbolis bahwa pikiran dan tindakan mereka dilandasi oleh firman tersebut, serta dijadikan suatu pengingat setiap kali mereka keluar-masuk rumah (Ul. 6:4-9; lihat Mzm. 121:8).

Anak-anak juga digugah untuk mengajukan pertanyaan tentang hari-hari raya dan tata ibadah (Kel. 12:26; Ul. 6:20-25) dengan memperhadapkan mereka pada kegiatan atau benda-benda tertentu (Kel. 13:14-15; Yos. 4:6). Dengan demikian mereka dapat mengenal perbuatan-perbuatan Allah melalui peristiwa-peristiwa keseharian.

Contoh dari bangsa Israel ini dapat kita terapkan dalam kehidupan keluarga dan dalam berjemaat. Pengajaran dan pemuridan seharusnya bukan hanya disampaikan melalui Sekolah Minggu, kelompok Pendalaman Alkitab atau seminar-seminar, namun juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. ***

© 2003 Denmas Marto