Home | Renungan

Seperti Rumah Sakit

Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut.... (Gal. 6:1a)

Selama menunggui anak kami opname di bangsal anak sebuah rumah sakit, saya menemukan suasana lain. Sekat antarkamar terbuat dari kaca, sehingga keadaan seluruh bangsal dapat dilihat dari satu tempat.

Di satu sisi, sungguh memilukan. Tubuh-tubuh mungil itu sudah harus ditusuk jarum infus dan jelas tampak lesu. Namun, di sisi lain, sungguh mengharukan. Seorang ibu menyanyi "Bintang Kecil" bersama puterinya. Ada nenek mengeloni cucunya. Om dan tante datang ramai-ramai menghibur keponakan. Dan para perawat bukan sekadar memberikan obat, namun mesti sambil cerewet mengalihkan perhatian si bocah.

Merenungkan keadaan tersebut, saya tertegun. Gereja, pada titik tertentu, seharusnya tampil seperti ini. Beginilah seharusnya gereja berfungsi dalam memperlakukan anggota-anggotanya yang "sakit".

Memang benar, anggota jemaat perlu dibimbing untuk "hidup sehat." Betapapun, kalau ada anggota yang melakukan pelanggaran dan "jatuh sakit", sangatlah ganjil kalau kita malah menggosipkan atau mengucilkan orang itu. Seperti terhadap anggota keluarga yang sakit, tentu kita akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengupayakan kesembuhan mereka.

Dalam kesempatan saat teduh malam ini, marilah kita merenungkan sikap kita terhadap saudara-saudara di dalam jemaat yang melakukan pelanggaran. Bagaimana dampaknya kalau jemaat berfungsi sebagai suatu keluarga besar terhadap anggotanya yang sedang sakit? Tentunya orang-orang "sakit" itu akan segera sembuh, bukan? *** (Renungan Malam, September 2003)

© 2003 Denmas Marto