Membangun Katedral"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kol. 3:17) Di situs pembangunan sebuah katedral, seseorang mendekati salah satu pekerja. Roman muka pekerja itu tampak serius dan tegang. Ia bertanya, "Apa yang sedang kaukerjakan?" "Bekerja. Mencari nafkah." Kemudian, ia mendatangi pekerja yang lain lagi. Pekerja ini tampak bekerja dengan riang dan bersemangat. "Apa yang sedang kaulakukan?" tanyanya. "Lihat! Aku sedang membangun katedral!" Tidak jarang kita juga mengalami kesulitan untuk melihat diri kita sedang ikut "membangun katedral", terlibat dalam proses peluasan Kerajaan Allah. Ada kecenderungan membatasi pelayanan sebagai hanya berkaitan dengan mimbar dan penjangkauan jiwa-jiwa, sedangkan pekerjaan sehari-hari adalah – yah, sekadar pekerjaan, mata pencaharian. Kalau Anda mahir memasak, misalnya, bagaimana Anda mengaitkannya dengan pelayanan? Martin Luther pernah mengatakan, "Pelayan yang menyapu lantai dapur sedang melakukan kehendak Tuhan sama seperti biarawan yang sedang berdoa – bukan karena ia mungkin menyanyikan lagu rohani selagi menyapu, namun karena Tuhan senang akan lantai yang bersih." Pelayanan, dengan demikian, sebenarnya mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Penekanannya bukan pada apa yang kita lakukan, melainkan pada mengapa, bagaimana dan untuk siapa kita melakukannya. Selama kita melakukannya sesuai dengan rambu-rambu nas malam ini, kita sedang "membangun katedral." *** Dimuat: Renungan Malam, Oktober 2003 © 2003 Denmas Marto |