Home | Renungan

Sudahkah Anda Tertawa?

"Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya...." (Ul. 28:47)

Kalau Anda pernah mendengar khotbah Ibu Indri Magdalena, rasanya Anda sepakat bahwa khotbah-khotbahnya cenderung keras dan tajam. Namun, suatu ketika ia menceritakan apa saja yang biasa dia lakukan untuk mengisi waktu luang. "Kadang-kadang saya memutar video Donal Bebek, dan tertawa," jawabnya.

Kesaksian semacam itu terasa melegakan. Pelayanan Kristen cenderung dipandang sebagai sesuatu yang serba khidmat, serius, penuh beban, dan bahkan menegangkan. Kita dalam bisnis yang sangat genting dan darurat – menyelamatkan jiwa-jiwa dan meluaskan Kerajaan Allah – sehingga tidak ada ruang lagi untuk beristirahat, tidak ada waktu lagi untuk tertawa.

Yesus sendiri juga kerap dianggap tidak pernah tertawa. Ia bahkan dicurigai menolak humor, mengharamkan canda dan permainan. Benarkah?

Nas malam ini justru menggarisbawahi, penting bagi kita membekali diri dengan kemampuan untuk tertawa. Kemampuan untuk tertawa, terlebih menertawakan diri sendiri, dapat dianggap sebagai salah satu indikator kedewasaan. Di satu sisi, tertawa memperlihatkan penerimaan: bahwa kita ini memang makhluk-makhluk berdosa yang tidak jarang berbuat bodoh. Di sisi lain, tertawa menyiratkan pengakuan: bahwa hanya dengan pertolongan Tuhanlah kita bisa mengatasi kebodohan tersebut. Karena itulah, Tuhan pun enggan dilayani oleh orang-orang yang terlalu kaku dan sulit untuk tersenyum!

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda tertawa hari ini? ***

Dimuat: Renungan Malam, Oktober 2003

© 2003 Denmas Marto