Home | Renungan

Memuja Siapa?

"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus" (Kol. 1:28).

Eric Liddell meraih kemenangan dramatis di Olimpiade 1924. Dalam perjalanan ke Paris, ia baru tahu kalau nomor 100 m akan digelar pada hari Minggu. Ia berkeyakinan, tidak patut bertanding pada hari Sabat. Akhirnya ia menolak untuk berlari dalam pertandingan itu, dan memilih untuk bertanding dalam nomor yang sebenarnya bukan andalannya. Tuhan menghargainya, dan ia pun meraih medali emas dalam nomor 400 m.

Namun, selama menjadi misionaris di Cina, sangat jarang ia mau bercerita tentang pengalaman di Olimpiade itu. Eric lebih sering berbicara berdasarkan 1 Korintus 13 dan Matius 5. Kedua perikop itu secara jelas menunjukkan rahasia kehidupannya yang tidak egois dan rendah hati. Ia lebih senang orang melihat dirinya sebagai hamba Tuhan daripada mantan pelari Olimpiade.

Secara arif Eric Liddell telah mengelakkan perangkap pengidolaan. Kita tidak jarang keliru, tergelincir "memuja" orang yang dipakai atau diberkati Tuhan, bukannya Tuhan yang bekerja di dalam diri dan melalui orang-orang itu. Tentu saja kita dapat berdoa untuk mereka, bekerja bersama dan bersuka cita dengan mereka. Kita juga bisa belajar dari hamba Tuhan lain dengan memperhatikan cara-cara mereka menyelesaikan masalah. Namun, kalau kita berusaha mengikuti perilaku mereka, bukannya Tuan mereka, kita telah menyakiti hati Allah dan sering justru mempermalukan hamba-hamba-Nya.

Pembaca ReMa yang terkasih, bagaimana dengan pelayanan Anda? Kiranya kita pun terhindar dari perangkap serupa.  ***

Dimuat: Renungan Malam, November 2003

© 2003 Denmas Marto