Home | Resensi Film

The Terminal (2004)

Mengisi Waktu Menunggu

Hidup adalah penantian, adalah penundaan. Lalu, bagaimana Anda mengisinya?

Itu, rasanya, pertanyaan yang diajukan Steven Spielberg lewat The Terminal. Dan ia menuturkan kisah seorang pria biasa yang, lewat sebuah pengalaman unik, menjadi sesosok pahlawan.

Pria itu bernama Viktor Navorski (Tom Hanks). Ia tiba di sebuah bandara besar AS persis ketika pemerintah negaranya, Krakozia, jatuh oleh kudeta. Akibatnya, paspor dan visanya tidak berlaku lagi karena negaranya tidak diakui oleh Amerika. Ia tidak bisa melanjutkan perjalanan, namun juga tidak bisa pulang. Pejabat imigrasi setempat, Dixon (Stanley Tucci), mengizinkan dia berada di Ruang Tunggu Kedatangan Internasional, namun melarangnya menginjakkan kaki di wilayah Paman Sam. Nah, bagaimana Viktor menghabiskan waktunya di terminal itu, menunggu konflik di negerinya usai?

The Terminal lalu menjadi kisah menarik tentang kegigihan, kreativitas, kepatuhan terhadap otoritas (hukum) serta kecintaan dan tanggung jawab terhadap keluarga. Semula Viktor hanya berpikir soal bagaimana bertahan hidup, namun ia menemukan bahwa ada yang lebih penting daripada uang dan makanan, yaitu hubungan antarmanusia. Ia diberi kesempatan untuk melanggar hukum, namun memilih memutar otak untuk hidup mengatasi hukum. Alih-alih menunggu secara pasif, ia mengambil alih dan "menguasai" terminal itu. Dan ternyata, yang membuatnya bertahan adalah sebuah janji -- sebuah kecintaan -- pada ayahnya (sayang, motif ini tidak dibukakan lebih awal).

Film ini adalah kerja sama ketiga antara Spielberg dan Hanks, setelah Saving Private Ryan dan Catch Me If You Can. Hanks tetap bermain cemerlang, namun penyutradaraan Spielberg terasa kurang mulus. Sosok Dixon karikaturis (apa pekerjaannya cuma mengawasi Viktor?), dan kisah cinta Viktor dengan Amelia (Catherine Zeta-Jones) terasa tidak tuntas, atau malah tidak perlu. Yang patut diacungi jempol secara khusus adalah penata artistik, Alex McDowell, yang membangun kompleks bandara tiruan secara meyakinkan. Siapa sangka itu bukan bandara betulan? *** (19/04/2005)

-- Dimuat di Bahana.

Home | Film Favorit | Email

© 2005 Denmas Marto