Dasar Pemikiran
Kekerasan yang terjadi di Indonesia belakangan ini secara terbuka dinyatakan sebagai kekerasan atas nama sentimen antaragama dan antaretnik. Terlepas dari sejauh mana agama dijadikan kambing hitam untuk aksi kekerasan namun ada dua faktor yang dapat mendukung berlangsungnya kekerasan yang mengatasnamakan agama yakni pemahaman agama yang eksklusif dan realitas masyarakat yang plural. Namun kondisi objektif masyarakat Indonesia yang membenarkan warisan sejarah agama – agama yang eksklusif dan realitas kemajemukan masyarakat justru menjadi pendorong yang kuat untuk mengembangkan gagasan keberagamaan yang inklusif dan terbuka serta mengabdi bagi kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan kemanusiaan sejati.
Kekerasan yang mengatasnamakan perbedaan etnik dan budaya juga telah menjadi trend akhir – akhir ini: Pengusiran etnik tertentu dari suatu daerah tertentu; fanatisme keetnikan kalau bukan kesukuan yang berlebih – lebihan yang bermuara pada aksi – aksi tidak manusiawi terhadap sesama manusia "hanya" karena perbedaan etnik; menghidupkan kembali praktek budaya perang dan sejumlah warna lainnya yang telah dan sedang terjadi. Terlepas dari sejumlah pemicu yang dapat latarbelakangi tindakan kekerasan dewasa ini di Tanah Air namun budaya dan perbedaan etnik telah menjadi salah satu pemicu yang melahirkan kebencian dan kekerasan sesama manusia yang berbeda.
Di sisi lain agama dan budaya hadir demi kemaslahatan manusia seluruhnya. Itu berarti agama dan budaya mengandung nilai – nilai yang dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pemulihan dan proses pendamaian dengan kata lain agama dan budaya dapat memberikan perubahan yang berarti yang mengarah kepada perdamaian dan kemaslahatan manusia.
Yang menjadi pokok permasalahan
yang hendak diangkat dalam kuliah terbuka ini adalah
Atas dasar inilah maka
FORLOG Antarkita Sulawesi Selatan akan melaksanakan kuliah terbuka dengan
tema:
Transformasi Agama dan Budaya di Tengah – Tengah Kekerasan
Sosial. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari kulaih terbuka ini
adalah mensosialisasikan nilai – nilai pluralitas agama dan budaya yang
mencintai persaudaraan dan kemanusiaan yang sejati dan yang kedua adalah
menambah semangat dan rasa percaya diri bagi kelompok – kelompok dan pribadi
– pribadi yang mengupayakan perdamaian. Sasaran kuliah terbuka ini adalah
masyarakat intelektual muda.