Saudara-saudara kita | Kamis, February 15, 2007

”Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” 1 Yohanes 3:14, 15

Seorang istri pendeta datang kepada saya dengan keresahan. ”Saudara Hagin,” katanya, ”saya tidak mungkin bisa masuk surga. Saya sangat membenci ibu mertua saya!”

Setelah membiarkan dia agak tenang, barulah saya menolongnya. Saya minta dia menatap saya dan berbicara secara jujur dan berkata, ”Saya benci ibu mertua saya.” Lalu saya memintanya untuk menyelidiki apa yang terjadi di dalam dirinya – di dalam hatinya – pada saat dia mengucapkan kata-kata itu. Dia berkata ”Saya membenci ibu mertua saya.” Lalu dia menjelaskan. ”Ada sesuatu seperti ’menggelitik’ hati nurani saya!”

”Ya,” saya katakan kepadanya, ”itulah kasih Allah yang ada di dalam hati Anda, yang telah lahir di dalam roh Anda yang mengasihi setiap orang. Sebenarnya Anda tidak membenci ibu mertua Anda. Akan tetapi Anda membiarkan manusia lahiriah Anda itu menguasai diri Anda.”

”Anda benar,” jawabnya. ”Sebenarnya saya tidak membenci ibu mertua saya.” Ia mulai membiarkan sifat kasih yang ada di dalam dirinya, di mana kasih itu ada; menguasai manusia lahiriahnya.

Pengakuan: Saya menyadari bahwa saya telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup karena saya mengasihi saudara-saudara saya. Dan saya membiarkan kasih itu menguasai seluruh keberadaan saya. Saya bertingkah laku dengan kasih dalam pergaulan saya dengan setiap orang!