”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” 1 Yohanes 4:7, 8, 12

Suami istri hendaknya mengizinkan kasih Allah menguasai diri mereka – dan bukanlah sekadar kasih manusia – sebab kasih manusia itu terlalu dangkal sifatnya.

Orang-orang Kristen justru mempunyai kelebihan dari orang-orang lainnya. Mereka bukan saja bisa mengasihi suami atau istri mereka dengan kasih yang ada dalam diri mereka, akan tetapi mereka juga bisa menambahkan kasih ilahi itu, yang tidak pernah mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga selalu mendahulukan kesejahteraan orang lain.

Selama tahun-tahun pernikahan kami, saya dan istri saya telah menempuh hidup dengan kasih Allah ini. Saya tidak pernah menilik apa yang saya sendiri kehendaki; tetapi saya selalu menilik apa yang dikehendaki oleh istri saya. Saya tidak pernah mau mementingkan diri sendiri; saya berusaha mendahulukan kepentingannya. Dan ia pun memasang sikap yang sama. Kami selalu saling mengasihi. Dan betapa besarnya berkat yang kami terima melalui kasih itu! Puji Tuhan! Rumah tangga kami menjadi seperti surga di dunia ini.

Seorang laki-laki yang pernah dilanda kemelut rumah tangga pernah berkunjung ke rumah kami dan berkata, ”Kalau saya berkunjung ke rumah Anda, saya bisa merasakan suasana surga. Kita dapat merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah keluarga ini begitu kita memasuki ruangan dalam rumahnya.” Kita patut menciptakan suasana surga yang penuh kasih itu di tengah keluarga kita.

Pengakuan: Saya akan menempuh hidup ini dengan kasih dari Allah bersama mereka yang saya kasihi. Saya akan membiarkan kasih Allah yang tidak mementingkan diri sendiri itu mengalir kepada mereka, dengan cara menciptakan suasana kasih.