 |
|
Majalah resmi milik pelajar Smunsa Pamekasan ini
akan selalu di-up-date seperlunya.
Launching pada 5 Maret 2001 |
|
|
Edisi
15 Gelar On.
Situs Majalah Remaja
yang diterbitkan oleh Smunsa Pamekasan
Kisah Cinta Arin
By .
Wonk, Smunsa II-6
Seperti biasa pagi itu Arin sudah duduk di
bangku kelasnya sebelum warga sekolah yang lain datang.
Sejak masuk di SMU, Arin memamng selalu rajin datang pagi
karena takut terlambat sehingga harus berdiri di depan
ruang guru selama satu jam. Peraturan di sekolah Arin
yang ketat membuat hati Arin kecut kalau harus berurusan
dengan guru karena satu masalah.
" Assalammu'alaikum ", terdengar salam di pintu
kelas disusul senyum di wajah Diah sahabat kental Arin
yang juga teman sebangkunya.
" Wa'alaikumsalam ", Arin menjawab salam dari
sahabatnya yang kemudian duduk di dekatnya. Satu persatu
siswa mulai berdatangan, mengubah suasana kelas menjadi
ramai dan penuh canda. Lima belas menit kemudian bel
masuk berbunyi dan siswa - siswa yang lain duduk di
bangku masing - masing untuk mengikuti pelajaran.
Arin menjadi tidak konsentrasi karena terus
menerus memandang Ardana yang duduk di depannya dan
mengingat masa terakhirnya di SMP.
" Rin, Arin kamu kenapa ?, Diah berbisik sambil
mencubit lengan Arin.
" Aduh, Arin terkejut dan menoleh ke arah Diah yang
saat itu kelihatan cemas.
" Ah kamu bikin aku kaget ", Arin menjawab
pertanyaan Diah sekenanya karena Arin tidak ingin
sahabatnya tahu tentang perasaannya terhadap Ardana yang
sudah menjadi pacar Diah sejak beberapa bulan yang lalu.
Mereka cukup dekat dan senang dengan hubungan mereka saat
ini, dan itulah yang membuat Arin sedih namun dia tidak
ingin sahabatnya tahu kalau Arin masih menyimpan
perasaannya untuk Ardana.
" Rin, kamu kenapa sih dari tadi diam
terus padahal biasanya kamu cerewet ", Diah kembali
mengeutkan Arin dari lamunannya.
" Ah Diah aku nggak papa kok ", jawab Arin.
" Kalo' kamu sakit aku antar ke UKS biar nggak
tambah parah ". Tapi Arin tetap menolak tawaran Diah
karena memang Arin merasa sehat.
" OK deh entar istirahat ikut aku ya ke kantin
seperti biasa " ajak Diah
" Iya dech, lagian istirahat kurang lima menit lagi
". Arin setuju dengan ajakan sahabatnya
" Rin ayo donk cepet nanti kantinnya
keburu penuh ". Diah mulai kesal dan menarik Arin
dari tempat duduknya
" iya-iya. Sabar dikit donk, pasti kebagian kok
", jawab Arin sambil melangkah mengejar Diah yang
sudah melesat keluar kelas.
" Ar, ndak ke kantin bareng Diah ?", sapa Arin
ketika berpapasan dengan Ardana.
" Yoi, duluan dech entar aku nyusul ", jawab
Ardana sambil terus melangkah dengan menoleh ke arah
Arin.
" Iya dech aku duluan ya ", Arin menjawab dan
melambaikan tangan yang dibalas oleh Ardana. Arin dan
Ardana sudah berteman sejak kelas tiga SMP yang kemudian
lebih dekat lagi ketika naik ke kelas satu SMU di mana
Arin mulai bersahabat dengan Diah
" Non, udah belum belanjanya ? ",
tanya Arin waktu bertemu Diah sudah keluar dari kantin
" Udah, kamu sich kelamaan. Oh ya kamu di cari cowok
kamu tuch si Andre di dalem, ada perlu katanya ".
Diah terus nyerocos sambil memasukkan permen ke mulutnya
" Andre ? ", tanya Arin
" Iya si Andre. Emang siapa lagi cowok kamu kalo'
bukan si Andre ?' goda Diah.
" Kamu ikut yuk nemuin dia aku malu nich kalo'
sendirian ", ajak Arin.
" Ogah ah, aku mau bareng Ardana saja di kelas lebih
asyik. Udah cepet gih, masa' pacaran udah lama malu -
malu terus nggak seru tuch " Diah menolak ajakan
Arin dan terus melangkah kembali ke kelas. Terpaksa Arin
menemui Andre di kantin sendirian. Arin kemudian duduk di
samping Andre yang saat itu sendirian ditemani segelas
the hangat
" Ndre sendirian ?' sapa Arin basa-basi
" Eh Arin, nggak kok aku nggak sendirian ",
jawab Andre sambil tersenyum
" Khan sama kamu ", lanjutnya lagi
" Ah, kamu bisa aja ", kata Arin
" Rin tumben kamu nyari-nyari aku pake' Diah yang
ngomong, biasanya juga kamu langsung cari aku di kelas
?" tanya Andre
" Lho kata si Diah kamu yang nyari aku ? Ih Diah
jahat pasti dia ngerjain aku, udah dech aku balik aja
kalo' kamu nggak ada perlu ", Arin pamit ke Andre
sambil berdiri. Tapi belum sempat Arin melangkah Andre
menarik tangannya untuk duduk kembali.
" Duduk donk Rin, aku khan pengen
bareng kamu ", pinta Andre dan terpaksa Arin duduk
lagi menemani Andre sampai bel masuk berbunyi.
" Rin entar pulangnya aku antar kamu kebetulan aku
bawa motor. Aku tunggu kamu di tempat biasa", kata
Andre sebelum berpisah ke kelas masing - masing.
Pulang sekolah Arin menunggu Andre di depan
kelasnya di mana biasanya Arin dan Andre bertemu dan
kemudian pulang bersama. Arin mulai bosan menunggu Andre
selama lima belas menit, akhirnya Arin menyusul Andre ke
kelasnya. Namun waktu Arin masuk ke kelas Andre, Arin
melihat Andre sedang berdua dengan Risa, anak kelas
sebelah yang memang terang - terangan menyukai Andre.
Arin berdiri kaku melihat adegan yang sedang terjadi dan
baru sadar ketika Andre menyadari kalau Arin melihatnya
bersama Risa.
" Arin
", panggil Andre
ketika melihat Arin berlari ke luar kelas sambil
menangis. Andre menyusul Arin tapi Arin tidak mau
mendengar suara Andre yang memanggil namanya. Sampai di
pintu depan, Arin tidak melihat becak yang dapat dia
tumpangi. Sekolah saat itu memang sudah sepi. Dia terus
berlari untuk menghindari Andre. Terdengar suara sebuah
motor sedang menyusul di belakangnya. Arin berpikir pasti
itu Andre. Dia mempercepat langkah kakinya tanpa menoleh
sedikitpun ke belakang
Seminggu sudah Arin selalu menghindar dari
Andre dan Risa. Dia selalu bersama Diah sampai Diah heran
melihat tingkah sahabatnya, ditambah lagi kalau pulang
sekolah Arin selalu terburu - buru tanpa menunggu Andre.
Padahal biasanya sampai malampun Arin akan terus berdiri
di depan pintu kelas kalau Andre tidak mengajaknya pulang
" Rin, kamu ada masalah ya sama Andre ?"
selidik Diah ketika mereka duduk di kantin
" Nggak tuch ", jawab Arin singkat
sambil terus menikmati baksonya
" Rin
" ucap Diah pelan yang segera
dipotong oleh Arin
" Udah dech non, cepat makan baksonya nanti keburu
dingin. Enak lho ! ". Setelah makan bakso, Arin
buru-buru mengajak Diah keluar dari kantin. Kebetulan
saat itu Arin melihat Andre sama Risa sedang duduk berdua
di pojok kantin. Hal itu membuat Arin benar-benar sakit
hati dan sedih. Begitu sampai di kelas, Arin langsung
duduk di bangkunya sementara Diah sudah sibuk dengan
teman-temannya
" Rin kamu sakit ? " tanya Ardana
yang kebetulan saat itu masuk kelas dan duduk di
bangkunya di depan bangku Arin. Arin hanya menggeleng
tanpa menatap ke arah Ardana.
" Rin nanti malam aku ke rumahmu ya ngambil gitar
yang dipinjam Raka ". Kata Ardana melihat Arin tidak
merspon perkataannya
" Iya dech, entar aku bilangin ke Raka " jawab
Arin singkat. Sehari penuh Arin diam sampai bel pulang
berbunyi. Arin segera melesat ke luar dari kelasnya tanpa
pamit ke Diah seperti biasanya sehingga membuat Diah
tambah yakin sahabatnya menyembunyikan sesuatu dari
dirinya
Setengah delapan malam Ardana sudah ada di
rumah Arin. Setelah lima menit Ardana menunggu, Ari
keluar menemuinya.
" Ar, abang nggak ada baru aja pergi ditelpon
pacarnya jadi nggak bisa nemuin kamu. Tapi gitarnya ada
kok entar aku ambilin ", jelas Arin panjang lebar
" Rin, nggak usah dech ", tolak Ardana, Arin
menoleh ke arah Ardana heran
" Lho bukannya kamu mau ngambil gitar ke sini ?',
tanya Arin masih heran
" Rin kamu mau nggak nemenin aku ke
luar jalan-jalan sekalian makan, aku lapar nich ",
pinta Ardana. Arin diam sesaat kemudian dia masuk ke
dalam rumah tanpa menjawab pertanyaan Ardana. Ardana
kecewa karena Arin ternyata menolak ajakannya. Dia duduk
dengan kepala memandang ke pintu pagar. Lima belas menit
kemudian Arin keluar lagi namun lebih cantik dengan baju
pink kesayangannya dipadu dengan rok pendek selutut warna
senada.
" Ok dech, kita jalan-jalan, mama udah
ngijinin kok ", jawab Arin riang.
" Pamit dulu dong, gih panggilin mama kamu "
ujar Ardana
" Ma, Arin pergi dulu bareng Ardana ", Arin
setengah berteriak, kemudian mama Arin keluar menemui
mereka
" Hati-hati ya, pulangnya jangan terlalu malam
", Mama Arin mengingatkan. Mereka segera pergi dan
ketika sampai di sebuah restoran mereka duduk di pojok
ruangan
" Rin sebenarnya ada apa sama kamu dan Andre ?
", Ardana membuka pembicaraan.
" Nggak ada masalah kok, semua baik-baik saja
", jawab Arin
" Rin jangan bohong, aku tahu semua kok masalah kamu
karena aku selalu perhatiin kamu. Kejadian pulang sekolah
dan di kantin aku juga tahu", ujar Ardana. Arin
menatap Ardana heran
" Mungkin kamu nggak tahu aku selalu
perhatiin kamu aku juga tahu perasaanmu padaku, selama
ini kamu selalu
", belum selesai Ardana
bicara dipotong oleh Arin
" Tunggu dulu maksud kamu apa ?", tanya Arin
pura - pura tak mengerti
" Rin mungkin ini salahku mengganggu perasaanmu,
tapi aku tetap cinta kamu seperti dulu waktu pertama kali
aku ungkapkan ke kamu di perjalanan itu. Aku pacaran sama
Diah karena aku ingin melupakanmu dan akupun mulai
menyukainya. Cintanya lebih besar daripada cintaku padamu
". Ardana mengungkap perasaannya pada Arin
" Tapi
" Arin tidak percaya
" Rin kamu nggak usah ngomong dulu
dech, dengerin aku ngejelasin semua, Risa memang menyukai
Andre tapi Andre tidak, dia lebih memilih kamu walaupun
semua orang tahu Risa punya segalanya. Dia cantik, kaya
dan primadona di sekolah. Rin, jangan biarkan Risa
merebutnya darimu. Jangan rusak perasaanmu ke Andre
dengan perasaanmu padaku. Kamu nggak usah bingung, aku
tahu semua perasaanmu dari Raka, abang kamu. .
Yang nelpon dia juga aku supaya aku bisa
bicara denganmu ", jelas Ardana lagi.
" Tapi Ar, aku terus memikirkanmu walaupun aku sadar
aku milik Andre kadang aku cemburu melihatmu bersama
dengan Diah. Tapi aku diam karena Diah sahabatku dan aku
nggak yakin akan cinta kamu ", ucap Arin jujur
" Biarlah cinta yang kita miliki hanya kita yang
tahu dan kita jadikan sebagai tali pengikat kita sebagai
sahabat sejati dan kamu harus janji akan mendengar
penjelasan dari Andre. Oh ya lupakanlah semua kenangan
kita ketika aku mulai merusak kesetiaanmu ke Andre dua
tahun lalu, OK ?" pinta Ardana.
" Aku sayang kamu seperti aku menyayangi adikku
sendiri karena memang aku tidak pernah memilikinya, kamu
mau khan menyayangiku seperti kau menyayangi Raka abangmu
?" tanya Ardana.
" Iya dech kamu akan selalu menjadi
sahabat sejati sekaligus abang buat Arin " jawab
Arin mantap. Dan Arin berjanji dalam hati tidak akan
pernah mengkhianati Andre untuk kedua kalinya dan tidak
akan membiarkan Andre mengkhianati cintanya. Malam itu
hati Arin sejuk sekali karena pengakuan Ardana dan karena
Ardana ternyata memang sahabat yang baik buat Arin.
Buktinya dia sudah menghubungi Andre, Diah dan Raka untuk
makan malam bersama - sama malam itu di restoran Damai
Hati dimana Ardana membawa Arin sekaligus merayakan
rukunnya Andre dengan Arin.© Wonk-II.6
Balik
Rhi-D-sign
|
|
|
|
|