 |
|
Majalah resmi milik pelajar Smunsa Pamekasan ini
akan selalu di-up-date seperlunya.
Launching pada 5 Maret 2001 |
|
|
Edisi
15 Gelar On.
Situs Majalah Remaja
yang diterbitkan oleh Smunsa Pamekasan
Kondisi Moral Pelajar Smunsa ? 
Bagaimana sebenarnya kondisi moral dan
akhlak siswa Smunsa Pamekasan saat ini ?. Benarkah telah
terjadi penurunan kualitas akhlak di Smunsa Pamekasan ?
itu adalah suatu pertanyaan besar, yang sangat sulit
dijawab.
Sebenarnya, kenakalan remaja atau penyimpangan moral pada
usia remaja terjadi disetiap lingkungan. Tidak hanya
terjadi Smunsa Pamekasan, melainkan hampir seluruh
sekolah pasti akan mengalami.
Berbagai pelanggaran terhadap tatib sekolah
bisa dianggap penyimpangan moral. Semisal, tawuran,
merokok, membolos, kabur dengan loncat pagar, mencontek
dan bahkan peredaran Narkoba.
"Apa sih enaknya berbuat nakal ?",
Pertanyaan ini kadang muncul. Padahal jawabannya kadang
dianggap remeh, "enak aja !". Lho ?.
Kadang, karena pada malam hari terlalu banyak
"melek" sehingga pagi harinya langsung lemas,
KO, dan ngantuk disekolah. Alternatif yang bakal diambil
siswa adalah jika ia tidak kabur ke BK untuk tidur (tentu
saja alasan pusing), mungkin bakal kabur. Loncat Pagar !.
Hal inilah yang disayangkan oleh dewan guru, apalagi jika
kejadian itu berlangsung secara terus menerus. Tentu
kegiatan belajar mengajar akan terganggu.
Biasanya banyak hal yang bisa
"dituding" sebagai biang masalah. Kondisi
keluarga yang tidak normal, baik dari segi jumlah anggota
keluarga maupun dari sisi psikologisnya.
Jumlah anggota keluarga ini biasanya mempengaruhi
utamanya pada kondisi keuangan, perhatian dan kesibukan.
Pada keuangan, misalnya. Jumlah kelauarga yang besar
pastilah butuh dana besar untuk dapat memberikan
pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Sedangkan pada
perhatian orang tua biasanya ditujukan untuk
putra/putrinya yang masih kecil. Sibuk ? tentu saja !.
Orang tua akan sangat sibuk untuk mengurusi putra
putrinya sekaligus.
Dari sisi psikologis yaitu kekurangakraban
antara orang tua dengan si-anak sendiri. Remaja kadang
enggan untuk mengungkapkan segala permasalahan yang ia
hadapi kepada orang tua. Alasannya, malu atau takut
dimarahi. Akibatnya permasalahan yang dihadapi remaja
tersebut tidak dapat diselesaikan dengan tepat dan
cermat.
Kawan akrab yang kadang memiliki "Bad Habbit",
membuat ikut terjerumus kedalam dunia nggak bener.
Lingkungan jadi alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi siswa.
Padahal lingkungan adalah hal yang paling dekat dengan
psikologi remaja itu sendiri.
Apalagi kondisi seorang psikologi remaja
saat itu sangat rentan dengan perasaan dimana banyak
timbul keinginan meniru, dan mencontoh tokoh pujannanya.
Ditambah lagi dengan kondisi moral yang tidak stabil.
Dikeluarga, tidak dihiraukan, bahkan dianggap benda atau
makhluk "asing". Sehingga masalah akan
bertumpuk dan bertumpuk. Hingga akhirnya meledak. Kawan
dan lingkungan yang telah memberikan perhatian (yang
justru merusak) dianggap sebagai cara penyelesaian.
Padahal tidak !.
Lingkungan sekolah juga kadang dijadikan sebagai
pelampiasan masalah. Namun, sayangnya pelampiasan masalah
itu tidak pada orang, tempat dan waktu yang tepat. Sebab
jika meminta bantuan guru (BK) misalnya, mereka enggan.
Lha, wong guru itu seperti orang tua kok. Kan sama dengan
yang dirumah.
Jalan yang ditempuh akhirnya, mereka
berusaha menyelesaikan bersama teman-temannya.
Beruntung jika yang mereka pintai pendapat adalah orang
yang tergolong baik. Bagaimana bila sebaliknya ?. Ah
celakalah dia.
Peluapan emosi dilakukan dengan berkelahi, tawuran dan
sebagainya.
Remaja pun banyak mengalami masa-masa kritis selama
hidupnya. Mengapa, sebab ia dihantui oleh pertanyaan
"Dapatkah ia hidup dimasa datang?". Tentu hidup
bahagia yang ia maksud.
Bagaimanapun, remaja sangat butuh perhatian dari segala
pihak. Tidak terkecuali !.
Penyelesaian masalah bisa dilakukan oleh pihak anak dan
orang tua.
Akuilah bahwa kita semua butuh yang namaya
kasih sayang dan perhatian orang tua. sebagai remaja yang
bisa diajak berpikir secara kritis dan tanggap terhadap
seluruh informasi, mari kita pikirkan sejenak, Bagaimana
nasib kita dimasa yang akan datang. Pikirkan mana yang
penting, ikut pelajaran di sekolah atau ngeluyur.
Jika kita lebih suka kabur dari sekolah, mending berhenti
sekolah saja. Toh itu bisa menghemat biaya yang
dikeluarkan orang tua.
Orang tua kan sudah bekerja keras demi biaya pendidikan
kita.
Hargai mereka dengan prestasi kita !.
©Nan-Tha, Kru
Balik
Rhi-D-sign
|
|
|
|
|