Kel 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala
pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka
jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”.
Arti kata ‘kudus’:
·
Terpisah dari / berbeda dengan.
·
Diperuntukkan bagi Allah.
1) Pada hari
Sabat, kita dilarang bekerja.
2) Pada hari Sabat, kita harus berbakti kepada
Tuhan.
D. L. Moody: “Men
seem to think they have a right to change the holy day into a holiday” (= Manusia kelihatannya mengira bahwa
mereka mempunyai hak untuk mengubah hari yang kudus menjadi hari libur).
1) Larangan
bekerja pada hari Sabat.
a) Penambahan peraturan / larangan Sabat oleh orang-orang Yahudi.
1. Banyaknya peraturan orang-orang Yahudi tentang hari Sabat.
Barclay: Dalam Alkitab sendiri kita hanya
diberitahu bahwa kita harus mengingat hari Sabat dan menguduskannya dan bahwa
pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan, apakah oleh seorang
manusia atau oleh pelayan2nya atau binatang2nya. Tidak puas dengan itu, orang2
Yahudi belakangan menghabiskan jam demi jam dan generasi demi generasi untuk
mendefinisikan apakah ‘pekerjaan’ itu dan membuat daftar hal2 yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mishnah merupakan
hukum dari ahli2 Taurat yang telah disusun dalam sebuah buku. Ahli2 Taurat menghabiskan hidup mereka untuk menyusun / menentukan
peraturan2 ini. Dalam Mishnah bagian / bab
tentang hari Sabat mencapai tidak kurang dari 24 pasal. Kitab Talmud merupakan
buku tafsiran yang menjelaskan tentang Mishnah, dan dalam Talmud Yerusalem
bagian / bab yang menjelaskan tentang hari Sabat mencapai 64,5
kolom / artikel; dan dalam Talmud Babilonia itu mencapai 156 halaman
dobel-folio. Dan kita diberi tahu tentang seorang rabi yang menghabiskan 2,5 tahun untuk mempelajari satu dari 24 pasal dari Mishnah.
2. Macam2 larangan dalam kalangan agama Yahudi
berkenaan dengan hari Sabat.
a. Larangan membawa ‘beban’ dan mempersiapkan makanan.
b. Larangan bepergian / melakukan perjalanan jauh.
c. Larangan mengobati / menyembuhkan.
d. Larangan menulis.
e. Larangan menyalakan api / lampu.
f. Larangan membuat simpul.
g. Larangan berperang / membela diri.
Barclay: seorang Yahudi yang ketat bahkan tidak akan mempertahankan dirinya / nyawanya pada hari Sabat.
h. Macam-macam larangan yang lain.
i. C. Rowland: The Essenes melarang buang air
besar pada hari Sabat!
Yesus mengijinkan
hal-hal ini pada hari Sabat:
¨
Pekerjaan / hal darurat yang betul-betul dibutuhkan.
Luk 14:5 - “
Bdk. Yos 6:15 1Raja 20:29 2Raja 3:9.
¨
Menolong orang / berbuat baik.
Mat 12:10-13
- “(10) Di situ ada
seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang
pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11)
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai
seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah
ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih
berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada
hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah
tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah
tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain”.
¨
Melayani Tuhan.
Mat 12:5 - “Atau tidakkah kamu baca dalam kitab
Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam
Bait Allah, namun tidak bersalah?”.
b)
1. Kita tidak boleh melakukan pekerjaan
sehari-hari.
Kel 20:9-10 - “(9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi
hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu”.
a. Perhatikan Kel 20:9 - “enam hari lamanya engkau akan bekerja
dan melakukan segala pekerjaanmu”.
Bdk. Kel
34:21 - “Enam harilah
lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti,
dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari
perhentian juga”.
D. L. Moody: Pada waktu bangsa Israel masuk ke Tanah
Perjanjian, Allah memberitahu mereka untuk membiarkan tanah mereka beristirahat
setiap 7 tahun, dan Ia akan memberikan kepada mereka sama banyaknya dalam 6
tahun seperti dalam 7 tahun. Selama 490 tahun mereka
mengabaikan hukum tersebut. Tetapi perhatikan, Nebukadnezar datang dan
membawa mereka ke Babilonia, dan menaruh mereka 70 tahun dalam pembuangan, dan
tanah itu mendapatkan 70 x istirahat Sabatnya. 7 x 70 = 490. Jadi,
mereka tidak mendapatkan keuntungan dengan melanggar hukum ini. Kamu
bisa memberikan kepada Allah hariNya, atau Ia akan
mengambilnya sendiri.
b. Perhatikan Kel 20:10 - “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu
laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu”.
·
seluruh, bukan sebagian dari, hari ketujuh itu adalah hari
Sabat Tuhan!
·
bukan hanya kita yang tidak boleh bekerja, tetapi juga
pegawai, anak-anak, dan bahkan binatang!
·
mengapa ‘istri’ tidak disebutkan?
Text pertama: Yer 17:21-27 - “(21) Beginilah firman TUHAN: Berawas2lah
demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang2 pada hari Sabat dan membawanya
melalui pintu2 gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang2 dari
rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan,
tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek
moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau
memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau
mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh2
mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang2
melalui pintu2 gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat
dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu2
gerbang kota ini akan berarak masuk raja2 dan pemuka2, yang akan duduk di atas
takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka2 mereka,
orang2 Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan
Text kedua: Neh 13:15-22 - “(15) Pada masa itu kulihat di Yehuda
orang2 mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang2 yang membawa
berkas2 gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah
ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan2
makanan. (16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan
pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang2 Yehuda pada hari
Sabat, bahkan di Yerusalem. (17) Lalu aku menyesali pemuka2 orang Yehuda,
kataku kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar
kekudusan hari Sabat? (18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian,
sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas
2. Kita tidak boleh memasak / mempersiapkan makanan.
a. Kel 16:4-5,22-30
- “(4) Lalu berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti
bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang
perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukumKu
atau tidak. (5) Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa
mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari
apa yang dipungut mereka sehari-hari.’ ... (22) Dan
pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua
gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah
memberitahukannya kepada Musa. (23) Lalu berkatalah Musa kepada mereka: ‘Inilah
yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus
bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa
yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di
tempatnya untuk disimpan sampai pagi.’ (24) Mereka membiarkannya di tempatnya
sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau
busuk dan tidak ada ulat di dalamnya. (25) Selanjutnya kata Musa: ‘Makanlah itu
pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini
tidaklah kamu mendapatnya di
Matthew Henry: Pada hari itu (hari
sebelum hari Sabat)
mereka harus mengambil (manna) cukup untuk dua hari, dan mempersiapkannya, ay 23.
Hukum itu sangat ketat, dan mereka harus membakarnya dan memasak / merebusnya
pada hari sebelumnya, dan bukan pada hari Sabat.
Barnes: ‘Makanlah itu pada hari ini’. Bangsa itu
harus menjauhkan diri dari pekerjaan biasa dari kehidupan sehari-hari: mereka
tidak boleh mengumpulkan makanan, ataupun, seperti terlihat, bahkan
mempersiapkan makanan seperti pada hari-hari yang lain.
b. Kel 35:2-3 - “(2) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi
pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus
bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang
melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati. (3)
Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari
Sabat.’”.
c. Bil 15:32-36 - “(32) Ketika orang
Thomas Watson: Kelihatannya merupakan suatu hal kecil /
remeh untuk mengambil beberapa ranting untuk membuat api;
tetapi Allah tidak menghendaki hari ini dilanggar dalam hal-hal yang paling
kecil.
3. Kita tidak boleh melakukan perjalanan, dan kita
juga tidak boleh melakukan hal-hal demi kesenangan diri kita sendiri, termasuk
rekreasi.
Bdk. Yes 58:13-14 - “(13) Apabila engkau tidak
menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari
kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari
kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak
menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau
berkata omong kosong, (14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan
Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan
kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa
leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya”.
Kata-kata ‘tidak menginjak-injak hukum Sabat’ diterjemahkan ‘membalikkan / memalingkan kakimu dari hari Sabat’ oleh KJV, dan ‘menjaga kakimu dari pelanggaran hari Sabat’ oleh NIV.
Kata-kata ‘urusanmu’ sebetulnya adalah ‘kesenanganmu’ (KJV).
a. Harus menjaga kaki dari pelanggaran Sabat.
Jamieson, Fausset & Brown: ‘Kaki’.
- alat dari gerakkan ... manusia tidak boleh bepergian
semata-mata untuk kesenangan pada hari Sabat.
b. Jangan mencari kesenangan diri sendiri.
Matthew Henry: kita harus memalingkan kaki kita dari
melakukan kesenangan kita pada hari kudus itu, yaitu, dari hidup bebas, dan
bersikap terlalu bebas untuk melakukan apa yang kita senangi pada hari-hari
Sabat, tanpa kontrol dan pengekangan hati nurani, atau dari pemuasan diri kita
sendiri dalam kesenangan-kesenangan perasaan / tubuh, ... Pada
hari Sabat kita tidak boleh berjalan / hidup dalam jalan kita sendiri (yaitu,
tidak mengikuti pekerjaan kita), atau mencari kesenangan kita sendiri (yaitu
tidak mengikuti kesenangan dan rekreasi kita).
Barnes: ‘Dan menyebut hari Sabat suatu
kesenangan’. Ini dengan tepat menyatakan perasaan dari semua
orang yang mempunyai pandangan yang benar tentang hari Sabat. Bagi
mereka, itu bukanlah sesuatu yang menjemukan, dan saat-saatnya bukanlah
merupakan sesuatu yang berat. Mereka mengasihi hari istirahat yang manis dan kudus itu. Mereka menilainya
sebagai suatu hak, bukan sebagai suatu kewajiban, untuk diijinkan sekali
seminggu untuk melepaskan beban pikiran mereka dari kekuatiran, dan kerja
keras, dan keinginan-keinginan dari kehidupan. Itu merupakan suatu
‘kesenangan’ bagi mereka untuk mengingat ingatan tentang penegakan dari hari
Sabat, dimana Allah beristirahat dari pekerjaanNya; untuk mengingat kebangkitan
Tuhan Yesus, pada ingatan mana hari Sabat Kristen diabdikan; untuk diijinkan
untuk membaktikan seluruh hari itu bagi doa dan pujian, bagi ibadah kepada
Allah secara umum dan pribadi, bagi kebaktian-kebaktian yang mengembangkan
intelek dan memurnikan hati. Bagi ayah dari suatu keluarga, merupakan sumber
dari kesenangan yang tidak terkatakan bahwa ia bisa
memimpin anak-anaknya ke rumah Allah, dan bahwa ia bisa mengajar mereka dalam
cara-cara agama. Bagi orang bisnis, petani, dan orang-orang profesional
Kristen, merupakan suatu kesenangan bahwa ia bisa
menunda / menghentikan kekuatirannya, dan bisa berpikiir tentang Allah dan
tentang surga tanpa diganggu. Bagi semua yang mempunyai
pikiran yang benar, hari Sabat merupakan suatu kesenangan, dan kalau mereka
dipaksa untuk tidak melaksanakan istirahatnya yang kudus, maka itu merupakan
suatu bencana yang tidak terkatakan.
Barnes: ‘maka engkau akan bersenang-senang karena
TUHAN’. Yaitu, sebagai akibat dari ketaatan / penghormatan yang benar terhadap
hari Sabat, engkau akan mendapatkan kesenangan dalam
Yahweh. Merupakan suatu kesenangan untuk mendekat kepadaNya, dan engkau tidak akan ditinggalkan pada peraturan-peraturan yang tandus dan
pada doa-doa yang tidak dijawab. Kesenangan yang didapatkan
umat Allah dalam Dia merupakan akibat yang langsung dan yang harus terjadi dari
pengamatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat. Pada hari
itulah, yang Ia pisahkan dengan otoritasNya sendiri, bagi ibadahNya sendiri, Ia
memilih untuk bertemu dengan umatNya, dan untuk berkomunikasi secara akrab
dengan mereka dan memberkati mereka; dan tidak seorangpun yang memelihara hari
Sabat secara benar yang tidak mendapati, sebagai akibatnya, bahwa ia telah
menambah kesenangan dalam keberadaan, karakter, dan pelayanan / ibadah dari
Yahweh. Bandingkan dengan Ayub 22:21-26, dimana prinsip yang dinyatakan di sini
- bahwa pemeliharaan / ketaatan pada hukumm Allah akan
membawa pada kebahagiaan dalam Yang Maha Kuasa - dijelaskan secara indah.
Bdk.
Ayub 22:21-26 - “(21)
Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau
memperoleh keuntungan.
(22) Terimalah apa yang diajarkan mulutNya, dan
taruhlah firmanNya dalam hatimu. (23) Apabila engkau bertobat kepada Yang
Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari
dalam kemahmu, (24) membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah
batu-batu sungai, (25) dan apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu,
dan kekayaan perakmu, (26) maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan
menengadah kepada Allah”.
Westminster Confession of
Faith: Maka hari Sabat ini dipelihara / dijaga
kudus bagi Tuhan, pada waktu manusia, setelah mempersiapkan hati mereka dengan
seharusnya, dan mengatur / mengurus urusan2 biasa mereka sebelumnya, tidak
hanya memelihara suatu istirahat yang kudus, seluruh hari itu, dari pekerjaan,
dari kata2 dan dari pemikiran mereka sendiri tentang pekerjaan2 duniawi mereka,
dan rekreasi2, tetapi juga membaktikan, seluruh waktu, dalam
pelaksanaan ibadahNya secara umum dan pribadi, dan dalam kewajiban2 yang memang
mutlak harus dilakukan dan belas kasihan.
4. Membangun Kemah Sucipun tidak boleh dilakukan
pada hari Sabat.
Kel 31:12-17 - “(12) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
(13) ‘Katakanlah kepada orang
Thomas Watson: pekerjaan yang berhubungan dengan
penggunaan agamawi tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, seperti memotong /
membentuk batu untuk pembangunan tempat kudus. ... Kel 31:15. Bait Allah /
Kemah Suci adalah tempat untuk berbakti kepada Allah, tetapi merupakan suatu
dosa untuk membangun Bait Allah / Kemah Suci pada hari Tuhan.
Matthew Henry: Suatu perintah yang ketat bagi pengudusan
hari Sabat, ayat 13-17. ... Sekarang perintah-perintah telah diberikan bahwa
Kemah Suci harus didirikan dan diperlengkapi untuk ibadah bagi Allah dengan
secepat mungkin; tetapi supaya mereka jangan berpikir bahwa sifat dari
pekerjaan itu, dan ketergesa-gesaan yang dituntut, akan membenarkan mereka
untuk mengerjakannya pada hari-hari Sabat, supaya mereka bisa menyelesaikannya
dengan lebih cepat, peringatan ini dimasukkan tepat pada waktunya,
Sesungguhnya, atau sekalipun demikian, hari-hari SabatKu harus kamu pelihara.
Sekalipun mereka harus cepat-cepat mengerjakannya, tetapi mereka tidak boleh
melakukan ketergesa-gesaan yang lebih dari kecepatan yang benar; mereka tidak
boleh melanggar hukum dari hari Sabat dalam ketergesa-gesaan mereka: bahkan
pekerjaan Kemah Suci harus memberi jalan pada istirahat hari Sabat; demikianlah
hati-hatinya Allah bagi kehormatan dari hari-hari SabatNya.
Jamieson, Fausset & Brown: Alasan
untuk penanaman segar dari hukum keempat pada masa khusus
ini adalah, bahwa semangat dan kesungguhan dengan mana semua golongan
membaktikan diri mereka bagi pembangunan Kemah Suci, membuka diri mereka
terhadap pencobaan pelanggaran pada kekudusan dari hari istirahat yang telah
ditetapkan. Mereka bisa / mungkin menduga bahwa pendirian dari Kemah Suci
merupakan pekerjaan yang kudus, dan bahwa merupakan suatu kebaikan yang tinggi
- suatu upeti / penghormatan yang bisa ditterima - untuk meneruskan usaha itu
tanpa gangguan dari istirahat satu hari; dan karena itu peringatan yang
diberikan di sini, pada permulaan dari usaha itu, merupakan peringatan yang
tepat pada waktunya.
Barnes’ Notes: Sangat memungkinkan bahwa pengumuman /
ketetapan yang berhubungan dengan hukuman, secara khusus diajukan sebagai suatu
peringatan berkenaan dengan pembangunan Kemah Suci, supaya umat / bangsa itu
jangan, dalam semangat mereka untuk melaksanakan pekerjaan itu, dicobai untuk
melanggar hukum ilahi untuk pemeliharaan / penghormatan hari itu.
Keil & Delitzsch: Pengulangan dan pengembangan selanjutnya
dari perintah ini, yang sudah dimasukkan dalam 10 hukum Tuhan, ada pada tempat
yang tepat di sini, karena dengan mudah terjadi pemikiran bahwa merupakan
sesuatu yang diijinkan untuk menghapuskan pemeliharaan hari Sabat, pada waktu
pelaksanaan dari pekerjaan yang begitu besar dalam penghormatan terhadap
Yehovah telah diperintahkan.
2) Kita harus
berbakti kepada Tuhan pada hari Sabat.
Im 23:3
- “Enam hari lamanya
boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat,
hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu
melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat
kediamanmu”.
Im 19:30
- “Kamu harus memelihara
hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN”.
Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk
hari Sabat. (2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan
untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk
memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4)
dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan
pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai”.
Bil 28:9-10 - “(9) ‘Pada hari Sabat: dua ekor domba
berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik
sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya. (10) Itulah korban bakaran Sabat pada tiap-tiap Sabat, di samping
korban bakaran yang tetap dan korban curahannya”.
Yeh 46:1-3 - “(1) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pintu
gerbang pelataran dalam yang menghadap ke sebelah timur haruslah tertutup
selama enam hari kerja, tetapi pada hari Sabat supaya dibuka; pada hari bulan
baru juga supaya dibuka. (2) Raja itu akan masuk dari
luar melalui balai gerbang dan akan berdiri dekat tiang pintu gerbang itu.
Sementara itu imam-imam akan mengolah korban bakaran
dan korban keselamatan raja itu dan ia akan sujud menyembah di ambang pintu
gerbang itu, lalu keluar lagi. Dan pintu gerbang itu tidak
boleh ditutup sampai petang hari. (3) Penduduk negeri
juga harus turut sujud menyembah di hadapan TUHAN di pintu gerbang itu pada
hari Sabat dan hari bulan baru”.
a) Sebenarnya ‘berbakti kepada Tuhan’ merupakan
tujuan dari istirahat pada hari Sabat. Bukan sekedar
istirahatnya semata-mata yang ditekankan, tetapi kita harus beristirahat /
berhenti mengurusi urusan sehari-hari kita, supaya kita bisa menggunakan
hari itu untuk berbakti kepada Tuhan.
John Murray: “The weekly sabbath is based upon the
divine example; the divine mode of procedure in creation determines one of the
basic cycles by which human life here on earth is regulated, namely, the weekly
cycle; this sequence of six days of labour and one of rest have applied to Adam
in the state of innocence ...” (= Sabat mingguan didasarkan pada teladan ilahi; cara /
prosedur ilahi dalam penciptaan menentukan satu dari siklus dasar oleh mana kehidupan
manusia di bumi diatur, yaitu, siklus mingguan; urutan enam hari kerja dan satu
hari istirahat ini telah diterapkan kepada Adam dalam keadaan tidak berdosa) - ‘Principles of Conduct’, hal 34.
John Murray: “Even in innocence man would have
required time for specific worship. ... Unfallen man would need to suspend his
weekly labours in order to refresh himself with the exercises of concentrated
worship”
(= Bahkan dalam ketidak-berdosaan manusia membutuhkan waktu tertentu untuk
ibadah / kebaktian. ... Manusia yang belum jatuh ke
dalam dosa butuh untuk menghentikan pekerjaan-pekerjaan mingguannya untuk
menyegarkan dirinya sendiri dan pelaksanaan dari ibadah yang terkonsentrasi) - ‘Principles of Conduct’, hal 34.
Calvin (tentang Kel 20:8): “Surely
God has no delight in idleness and sloth, and therefore there was no importance
in the simple cessation of the labours of their hands and feet; nay, it would
have been childish superstition to rest with no other view than to occupy their
repose in the service of God. ... they were
only called away from their own works, that, as if dead to themselves and to
the world, they might wholly devote themselves to God. ... we must see what
is the sum of this sanctification, viz., the death of the flesh, when men deny
themselves and renounce their earthly nature, so that they may be ruled and
guided by the Spirit of God”
(= Jelas bahwa Allah tidak menyenangi kemalasan, dan karena itu tidak ada
kepentingan dalam sekedar penghentian dari pekerjaan dari tangan dan kaki
mereka; tidak, merupakan suatu takhyul yang kekanak-kanakan untuk beristirahat
tanpa maksud untuk mengisi istirahat mereka dalam kebaktian / pelayanan Allah.
... mereka hanya dipanggil untuk menjauh dari pekerjaan-pekerjaan mereka
sendiri, supaya, seakan-akan mati bagi diri mereka sendiri dan bagi dunia,
mereka bisa membaktikan diri mereka seluruhnya kepada Allah. ... kita harus
melihat intisari dari pengudusan ini, yaitu mati bagi daging, pada waktu
manusia menyangkal diri mereka sendiri dan meninggalkan sifat duniawi mereka,
sehingga mereka bisa diatur dan dipimpin oleh Roh Allah) - hal 434.
Calvin (tentang Kel 20:8): “the
legitimate use of the Sabbath must be supposed to be self-renunciation, since
he is in fact accounted to cease from his works who is not led by his own will
nor indulges his own wishes, but who suffers himself to be directed by the
Spirit of God”
(= penggunaan yang sah dari Sabat harus dianggap sebagai penyangkalan diri
sendiri, karena ia yang dianggap berhenti dari pekerjaan-pekerjaannya sebetulnya
adalah ia yang tidak dibimbing oleh kehendaknya sendiri maupun menuruti
pemuasan keinginannya sendiri, tetapi ia yang membiarkan dirinya diarahkan oleh
Roh Allah)
- hal 436.
Calvin (tentang Kel 20:8): “There
is indeed no moment which should be allowed to pass in which we are not
attentive to the consideration of the wisdom, power, goodness, and justice of
God in His admirable creation and government of the world; but, since our minds
are fickle, and apt therefore to be forgetful or distracted, God, in his
indulgence providing against our infirmities, separates one day from the rest,
and commands that it should be free from all earthly business and cares, so
that nothing may stand in the way of that holy occupation. On this ground He
did not merely wish that people should rest at home, but that they should meet
in the sanctuary, there to engage themselves in prayer and sacrifices, and
to make progress in religious knowledge through the interpretation of the Law” (= Memang tidak ada saat / waktu yang
boleh dibiarkan berlalu dalam mana kita tidak memberi perhatian pada
pertimbangan / perenungan tentang hikmat, kuasa, kebaikan, dan keadilan dari
Allah dalam penciptaanNya dan pemerintahanNya atas alam semesta yang
mengagumkan; tetapi karena pikiran kita plin-plan, dan karena itu condong untuk
lupa atau disimpangkan, maka Allah, dalam kebaikanNya bersiap-siap untuk
menghadapi kelemahan-kelemahan kita, memisahkan satu hari dari yang lainnya,
dan memerintahkan bahwa hari itu harus bebas dari semua kesibukan dan kekuatiran
duniawi, sehingga tidak ada apapun yang menghalangi pekerjaan / kesibukan kudus
itu. Berdasarkan hal ini Ia tidak semata-mata
menginginkan supaya manusia harus beristirahat di rumah, tetapi supaya mereka
bertemu di tempat kudus, menyibukkan diri mereka sendiri dalam doa dan
korban-korban di
Matthew Henry (tentang Yer 17:19-27): “They
must apply themselves to that which is the proper work and business of the day:
‘Hallow you the sabbath, that is, consecrate it to the
honour of God and spend it in his service and worship.’ It is in order to
this that worldly business must be laid aside, that we may be entire for, and
intent upon, that work, which requires and deserves the whole man” (= Mereka harus menerapkan kepada diri
mereka sendiri pekerjaan dan kesibukan yang benar pada hari itu: ‘Kuduskanlah
hari Sabat, yaitu, kuduskanlah hari itu bagi kehormatan Allah dan habiskanlah /
gunakanlah hari itu untuk pelayanan dan penyembahan / ibadah’. Adalah untuk
tujuan ini maka kesibukan / urusan duniawi harus disingkirkan, supaya kita bisa
sepenuhnya untuk, dan bersungguh-sungguh untuk, pekerjaan itu, yang membutuhkan
/ menuntut dan layak mendapatkan seluruh manusia).
Jamieson,
Fausset & Brown: “the physical rest, though necessarily made prominent in the prohibitory
form of the enactment ... did not certainly comprehend the whole or the chief
object of the institution. Such abstinence from ‘any manner of work’ would not
be equivalent to ‘keeping holy the Sabbath day.’ It is a part - an important,
but not the principal, end of it, which was to afford an opportunity of
worshipping God” [= istirahat fisik, sekalipun perlu
ditonjolkan dalam bentuk larangan dari undang-undang ... jelas tidak meliputi
seluruh hukum ataupun merupakan tujuan utama dari hukum. Tindakan
menjauhkan diri dari ‘setiap bentuk pekerjaan’ seperti itu tidak akan sama
dengan ‘menjaga kekudusan hari Sabat’. Itu merupakan sebagian, suatu
tujuan yang penting tetapi bukan tujuan yang utama darinya, yang adalah
mengadakan suatu kesempatan untuk berbakti kepada Allah].
Jadi,
melakukan hal-hal dalam kebaktian, seperti berdoa, menyanyi, mendengar /
belajar Firman Tuhan, dan bahkan melayani, jelas bukan dosa, tetapi bahkan
merupakan hal-hal yang harus dilakukan pada hari Sabat, dan merupakan tujuan
utama adanya hari Sabat.
Bdk.
Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2)
Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur
bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu
pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan
dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat
aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku
akan bersorak-sorai”.
Catatan: memang ayat 1 (yang saya garis-bawahi), sebetulnya
bukan termasuk dalam Kitab Suci. Kalau saudara menggunakan Kitab Suci bahasa
Inggris maka bagian ini diletakkan di atas sebagai judul, dan ay 2 dalam Kitab
Suci Indonesia merupakan ay 1 dalam Kitab Suci bahasa Inggris. Ay 1 dalam
Kitab Suci
Matthew Henry
(tentang Maz 92): “This psalm was appointed to be sung, at least it usually was sung, in
the house of the sanctuary on the sabbath day” (= Mazmur ini
ditetapkan untuk dinyanyikan, setidaknya itu biasanya dinyanyikan, dalam tempat
kudus pada hari Sabat).
Matthew Henry
(tentang Maz 92): “The sabbath day must be a day, not only of
holy rest, but of holy work, and the rest is in order to the work” (= Hari Sabat
haruslah menjadi suatu hari, bukan hanya dari istirahat yang kudus, tetapi
pekerjaan yang kudus, dan istirahat itu tujuannya untuk pekerjaan itu).
Jamieson, Fausset & Brown
(tentang Maz 92): “this psalm is
for the ‘holy convocation’ on ‘the Sabbath’ (Lev. 23:3). On it the Church is to
‘rest from her own works,’ and to ‘triumph in the Lord’s work’ (Ps. 92:4) in
saving her and destroying her foes”
[= mazmur ini adalah untuk ‘pertemuan kudus’ pada hari Sabat (Im 23:3). Pada hari itu Gereja harus ‘beristirahat dari
pekerjaan-pekerjaannya sendiri’, dan ‘bersukacita dalam pekerjaan Tuhan’ (Maz
92:4) dalam menyelamatkannya dan menghancurkan musuh-musuhnya].
b) Kalau ada orang yang pada hari
Sabat hanya beristirahat tetapi tidak berbakti, maka ada juga yang sebaliknya. Mereka berbakti, tetapi lalu bekerja lagi setelah kebaktian itu
selesai. Atau, mereka bekerja dulu, dan lalu pada sore hari baru
berbakti kepada Tuhan
/ ke gereja. Ini tetap salah, karena seluruh
hari Sabat itu harus untuk Tuhan.
Thomas Watson: “The
Lord forbade manna to be gathered on the Sabbath. ... One might think it would
have been allowed, as manna was the ‘staff of their life;’ and the time when it
fell was between five and six in the morning, so that they might have gathered
it betimes, and all the rest of the Sabbath might have been employed in God’s
worship; and besides, they needed not to have taken any great journey for it,
for it was but stepping out of their doors, and it fell about their tents: and
yet they might not gather it on the Sabbath: and for purposing only to do it,
God was very angry”
(= Tuhan melarang manna dikumpulkan pada hari Sabat. ... Seseorang bisa
berpikir bahwa itu akan diijinkan, karena manna merupakan ‘bahan pokok dari
kehidupan mereka’; dan saat dimana manna itu jatuh adalah di antara pk 5 dan pk
6 pagi, sehingga mereka bisa mengumpulkannya sangat pagi, dan seluruh sisa dari
hari Sabat bisa digunakan dalam ibadah kepada Allah; dan disamping itu, mereka
tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh untuk hal itu, karena mereka hanya
perlu melangkah keluar pintu mereka dan manna itu jatuh di sekitar tenda-tenda
mereka: tetapi toh mereka tidak boleh mengumpulkan manna itu pada hari Sabat:
dan hanya karena adanya maksud seperti itu sudah membuat Allah sangat marah)
- ‘The Ten Commandments’,
hal 99.
c) Sebetulnya, pergi ke gereja pada hari
Sabat / Minggu itu bukan hanya merupakan kewajiban kita, tetapi juga kebutuhan
kita.
Thomas Watson: “The
Sabbath-day is for our interest; it promotes holiness in us. The business of
week-days makes us forgetful of God and our souls: the Sabbath brings him back
to our remembrance”
(= Hari Sabat adalah untuk kepentingan kita; itu memajukan kekudusan dalam diri
kita. Kesibukan dari hari-hari dalam minggu itu membuat kita lupa kepada Allah
dan jiwa kita: hari Sabat membawa Dia kembali pada ingatan kita)
- ‘The Ten Commandments’,
hal 94.
Seseorang mengatakan: “After
looking at the earth for six days we need the Lord’s day to look up”
(= Setelah melihat pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan
untuk melihat ke atas).
d) Kita harus berbakti kepada Tuhan
di gereja (Im 19:30 26:2 Luk 4:16).
Im 19:30
- “Kamu harus
memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN”.
Im 26:2
- “Kamu harus
memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudusKu, Akulah TUHAN”.
Luk 4:16 - “Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari
Dari
2 ayat dalam kitab Imamat di atas bisa terlihat dengan jelas bahwa ‘pemeliharaan hari Sabat’
dihubungkan dengan tindakan ‘menghormati
tempat kudus Allah’. Jadi, jelas bahwa pada
hari Sabat kita memang harus berbakti kepada Tuhan.
Jadi,
berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan
suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak melakukannya, kita berdosa.
1. Kita tidak boleh berbakti di
rumah sendiri (kecuali kalau rumah saudara memang dijadikan gereja).
Tetapi ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:
a. Ul 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN,
Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di
Sebelum
jaman Musa, maka tempat ibadah kepada Tuhan belum ditetapkan, dan karena itu
orang boleh beribadah di mana-mana. Tetapi sejak jaman Musa, Tuhan
menetapkan satu tempat ibadah tertentu. Tetapi penetapan tempatnya juga bisa
berubah.
·
pada jaman
·
pada jaman Eli dan
Samuel, Kemah Suci ada di Silo (1Sam 1:3,9,24 1Sam 2:14
1Sam 3:21 1Sam 4:3).
·
pada jaman Daud,
Kemah Suci dipindahkan ke Yerusalem (2Sam 6).
Tetapi pada jaman Perjanjian Baru,
tidak ada tempat yang ditetapkan.
Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai
perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah
apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan
kebenaran.’”.
Kata-kata ‘menyembah dalam roh’ di sini dikontraskan dengan
kata-kata ‘menyembah
secara lahiriah’.
Contoh penyembahan yang lahiriah adalah penekanan tempat tertentu untuk ibadah,
doa dsb (dalam kontex ini jelas inilah yang dimaksud. Bdk. ay 21). Dari sini jelas bahwa:
¨
Orang kristen tidak punya tempat /
Jadi, Yerusalem, maupun
¨
Orang kristen tidak harus berbakti di gedung
gereja.
Rumah,
restoran, ruang senam, lapangan, atau tempat manapun / apapun, boleh dipakai
sebagai tempat untuk berbakti.
Catatan: kalau pemerintah melarang hal-hal itu, itu lain
urusan. Tetapi Kitab Suci sendiri tidak pernah melarang
kebaktian di tempat-tempat seperti itu.
¨
Orang kristen tidak perlu pergi ke suatu
tempat tertentu (misalnya bukit doa) kalau mau berdoa. Memang kita harus
mencari tempat yang sunyi, tetapi bukan tempat tertentu.
¨
Orang kristen tidak perlu pergi ke tempat
tertentu untuk mendapat berkat tertentu. Bandingkan dengan Gereja Roma Katolik
dengan Lourdes-nya, dan juga orang-orang yang mempercayai Toronto Blessing
dengan Toronto-nya.
b. Im 23:3 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada
hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari
pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat
bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu”.
Kata-kata ‘hari pertemuan kudus’ dalam terjemahan bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
KJV: ‘an holy convocation’ (= suatu
pertemuan kudus).
RSV/NASB: ‘a holy convocation’ (= suatu pertemuan kudus).
NIV: ‘a day of sacred assembly’ (= suatu
hari pertemuan keramat / kudus).
Jadi,
semua terjemahan mengandung kata ‘pertemuan’, dan itu jelas menunjuk
pada ibadah bersama, bukan sendiri-sendiri.
c. Adanya Kemah Suci atau Bait Suci.
Kalau Tuhan memang
menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah
masing-masing, untuk apa didirikan Kemah Suci / Bait
Allah?
d. Adanya hamba-hamba Tuhan.
Kalau memang Tuhan
menghendaki setiap orang percaya berbakti di rumahnya masing-masing, apa gunanya Tuhan menetapkan adanya hamba Tuhan / gembala
(Ef 4:11), penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb?
Ef 4:11
- “Dan Ialah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”.
1Tim 3:1-13 - “(1) Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.’
(2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami
dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan,
cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah,
pendamai, bukan hamba uang, (4) seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya. (5) Jikalau seorang tidak tahu mengepalai
keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus
Jemaat Allah? (6) Janganlah ia seorang yang baru
bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. (7) Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia
digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (8) Demikian juga diaken-diaken
haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur,
jangan serakah, (9) melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati
nurani yang suci. (10) Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan
itu setelah ternyata mereka tak bercacat. (11) Demikian pula isteri-isteri
hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan
dapat dipercayai dalam segala hal. (12) Diaken haruslah suami dari satu isteri
dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (13)
Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga
dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa”.
Kis 14:23
- “Di tiap-tiap jemaat
rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa
dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah
sumber kepercayaan mereka”.
1Tim 5:17
- “Penatua-penatua yang
baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan
jerih payah berkhotbah dan mengajar”.
e. Tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara
seiman, kalau kita berbakti sendiri di rumah masing-masing. Perlu
diingat bahwa Kristen sangat menekankan persekutuan dengan saudara seiman.
Ibr 10:25
- “Janganlah kita menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh
beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
A. T. Robertson: “‘As the custom of some is.’ ... Already
some Christians had formed the habit of not attending public worship, a
perilous habit then and now” (= ‘seperti dibiasakan oleh beberapa orang’. ...
Sudah ada sebagian orang Kristen yang membentuk kebiasaan untuk tidak
menghadiri kebaktian umum, suatu kebiasaan yang membahayakan, dulu maupun
sekarang).
Wycliffe Bible Commentary: “When Christians meet together, they exhort
each other to fruitful service and unbroken fellowship. The danger of apostasy
lurks in the failure of believers to meet together for mutual help” (=
Pada waktu orang-orang kristen berkumpul / bertemu
bersama-sama, mereka saling menasihati bagi pelayanan yang penuh buah dan
persekutuan yang utuh. Bahaya dari kemurtadan mengintip dalam
kegagalan orang-orang percaya untuk bertemu bersama-sama untuk saling menolong).
Barnes’ Notes: “it refers to public worship. ... The command, then, here is, to meet
together for the worship of God, and it is enjoined on Christians as an
important duty to do it. It is implied, also, that there is blame or fault
where this is ‘neglected.’ ... Why those here referred
to neglected public worship, is not specified. It may have been from such
causes as the following. (1) some may have been
deterred by the fear of persecution, as those who were thus assembled would be
more exposed to danger than others. (2) some may have
neglected the duty because they felt no interest in it - as professing
Christians now sometimes do. (3) it is possible that
some may have had doubts about the necessity and propriety of this duty, and on
that account may have neglected it. (4) or it may perhaps have been, though we
can hardly suppose that this reason existed, that some may have neglected it
from a cause which now sometimes operates - from dissatisfaction with a
preacher, or with some member or members of the church, or with some measure in
the church. Whatever were the reasons, the apostle says that they should not be
allowed to operate, but that Christians should regard it as a sacred duty to
meet together for the worship of God. None of the causes above suggested should
deter people from this duty. With all who bear the Christian name, with all who
expect to make advances in piety and religious knowledge, it should be regarded
as a sacred duty to assemble together for public worship. Religion is social;
and our graces are to be strengthened and invigorated by waiting together on
the Lord. There is an obvious propriety that people should assemble together
for the worship of the Most High, and no Christian can hope that his graces
will grow, or that he can perform his duty to his Maker, without uniting thus
with those who love the service of God” [= ini menunjuk pada
kebaktian umum. ... Jadi, di sini diperintahkan untuk bertemu bersama-sama
untuk menyembah Allah / berbakti kepada Allah, dan hal itu diperintahkan kepada
orang-orang kristen sebagai suatu kewajiban yang
penting untuk dilakukan. Secara tak langsung, juga terlihat bahwa ada kesalahan
pada waktu hal itu diabaikan. ... Mengapa mereka yang dibicarakan di sini
mengabaikan kebaktian umum, tidak dinyatakan. Itu bisa
disebabkan oleh penyebab-penyebab sebagai berikut. (1) sebagian mungkin dihalangi oleh rasa takut terhadap
penganiayaan, karena mereka yang berkumpul seperti itu akan lebih terbuka
terhadap bahaya dari pada yang lain. (2) sebagian
mungkin telah mengabaikan kewajiban ini karena mereka tidak merasa ingin
melakukannya - seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh orang-orang yang
mengaku sebagai orang Kristen pada jaman sekarang. (3) adalah
mungkin bahwa sebagian mungkin mempunyai keragu-raguan tentang keharusan dan
kebenaran dari kewajiban ini, dan karena itu telah mengabaikannya. (4) atau itu
mungkin, sekalipun kita hampir tidak bisa menganggap bahwa alasan ini ada pada
saat itu, bahwa sebagian telah mengabaikannya dari suatu penyebab yang pada
jaman sekarang beroperasi - dari ketidak-puasan / ketidak-senangan terhadap
sang pengkhotbah, atau terhadap jemaat tertentu dari gereja, atau terhadap
tindakan-tindakan tertentu dalam gereja. Apapun alasannya,
sang rasul mengatakan bahwa hal-hal itu tidak boleh diijinkan untuk beroperasi,
tetapi bahwa orang-orang kristen harus menganggapnya sebagai suatu kewajiban
yang sakral / kudus untuk bertemu bersama-sama bagi penyembahan terhadap Allah.
Tidak ada dari penyebab-penyebab di atas yang boleh menahan
orang-orang dari kewajiban ini. Bersama-sama dengan semua orang yang
disebut orang Kristen, bersama-sama dengan semua orang yang berharap untuk maju
dalam kesalehan dan pengetahuan agamawi, itu harus dianggap sebagai suatu
kewajiban kudus untuk bertemu bersama-sama untuk
melakukan kebaktian umum. Agama merupakan sesuatu yang
bersifat sosial; dan kasih karunia kita harus dikuatkan dan disegarkan dengan
bersama-sama melayani Tuhan. Ada kebenaran / kepantasan yang jelas bahwa
orang-orang harus berkumpul bersama-sama bagi penyembahan terhadap Yang Maha
Tinggi, dan tidak ada orang Kristen bisa berharap bahwa kasih karunianya akan
bertumbuh, atau bahwa ia bisa melakukan kewajibanya kepada Penciptanya, tanpa
bersatu seperti itu bersama mereka yang mencintai pelayanan / ibadah kepada
Allah].
2. Yang dimaksud ‘gereja’ adalah persekutuan
orang kristen, bukan gedungnya.
Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat Allah di
Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang
dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang
berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu
Tuhan mereka dan Tuhan kita”.
Kata ‘jemaat’ seharusnya adalah ‘gereja’, dan yang disebut dengan ‘gereja’ sebetulnya bukanlah
‘gedung’nya tetapi ‘orang’nya. Bandingkan dengan kata-kata
selanjutnya dalam 1Kor 1:2 - ‘yaitu mereka yang dikuduskan’.
Jadi, sekalipun kebaktian
itu tidak diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran, hotel, rumah, dsb, itu
tidak jadi soal, selama orang-orang yang mengikuti kebaktian itu adalah
orang-orang kristen yang sejati (biarpun tidak
semuanya, karena pasti ada lalang di antara gandum), itu tidak jadi soal.
Sekarang
ada gereja-gereja (biasanya yang sudah mapan) yang mengajar jemaatnya bahwa
kebaktian di ruko, restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak sah. Kebaktian
yang sah hanyalah kebaktian yang diadakan di gedung gereja. Ini adalah
omong kosong yang busuk dan kurang ajar! Ingat bahwa orang kristen
abad pertama juga tidak mempunyai gedung gereja, sehingga mereka berbakti di
rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat berbakti. Kalau itu semua tidak sah,
maka boleh dikatakan semua orang Kristen abad-abad awal, dan juga semua
rasul-rasul, melakukan kebaktian yang tidak sah!
3. Dalam berbakti kepada Tuhan
kita harus memilih gereja yang benar, karena kalau tidak, itu bukan berbakti
kepada Tuhan.
Jadi, kita
harus memilih gereja yang benar, yaitu gereja yang betul-betul percaya, tunduk
dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.
Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat (gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus
Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di
segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita
Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.
Adalah sesuatu
yang aneh bahwa Paulus tetap menyebut gereja Korintus yang bejat ini dengan
sebutan ‘gereja’.
Paulus yakin akan hal itu karena apa yang dialaminya dalam
Kis 18:9-10 - “(9) Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada
Paulus di dalam suatu penglihatan: ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman
dan jangan diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak
ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu
di
Karena itulah ia yakin bahwa di tengah-tengah banyak orang kristen yang
brengsek di gereja ini pasti ada sedikit yang tetap setia, dan dengan demikian
gereja yang penuh dengan cacat cela ini tetap adalah gereja Tuhan.
Jadi, dalam persoalan
menilai suatu gereja itu benar atau sesat, kita harus menghindari 2 pandangan /
sikap extrim yang salah:
a. Pandangan bahwa suatu gereja baru bisa disebut
gereja kalau gereja itu sempurna dan tidak ada cacat celanya. Tidak ada gereja seperti itu di dunia.
Calvin (tentang 1Kor 1:2): “it
is a dangerous temptation to think that there is no Church at all where perfect
purity is not to be seen. For the man that is prepossessed with this notion,
must necessarily in the end withdraw from all others, and look upon himself as
the only saint in the world, or set up a peculiar sect in company with a few
hypocrites”
(= merupakan suatu pencobaan yang berbahaya untuk berpikir bahwa di sana tidak
ada Gereja sama sekali dimana kemurnian yang sempurna tidak terlihat. Karena
orang yang dikuasai oleh pikiran ini, pada akhirnya pasti menarik dari semua
yang lain, dan memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya orang suci di
dunia, atau mendirikan suatu sekte khusus bersama dengan beberapa / sedikit
orang-orang yang munafik) - hal 51.
Ini perlu diingat dan
dicamkan, khususnya oleh orang-orang kristen tertentu,
yang selalu berpindah gereja pada saat melihat adanya ketidak-beresan tertentu
dalam gerejanya / pendetanya.
b. Pandangan bahwa semua gereja adalah gereja.
Ini salah
karena jelas ada gereja-gereja sesat yang bukanlah gereja dalam pandangan Tuhan.
Bahwa tidak semua ‘gereja’
adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari:
·
istilah ‘jemaah Iblis’ dalam Wah 2:9 dan
Wah 3:9.
Wah 2:9
- “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya
orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah
Iblis”.
Wah 3:9
- “Lihatlah, beberapa
orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang
Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan
Kuserahkan kepadamu.
Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan
tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the
synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).
Dalam Bil 16:3 Bil 20:4 Bil 31:16
Mereka ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang
sekalipun mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi
sebetulnya adalah anak-anak setan.
Leon Morris (Tyndale)
(tentang Wah 2:9): “This unusual expression means that their
assembly for worship does not gather God’s people but Satan’s”
(= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan /
persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64.
Thomas Becon: “For
commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just
by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah membangun
sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di
dekatnya) -
‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.
Daniel Defoe, ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:
“Wherever
God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah
mendirikan rumah doa,)
The
Devil always builds a chapel there; (= Setan
selalu membangun tempat ibadah di
And
‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)
The
latter has the largest congregation” (= Yang
terakhir mempunyai jemaat yang terbesar).
·
istilah ‘rumahmu’ (bukan ‘rumahKu’ atau ‘rumah BapaKu’) yang digunakan oleh Yesus
dalam Mat 23:38 untuk menunjuk kepada Bait Allah.
Mat 23:38 - “Lihatlah rumahmu ini akan
ditinggalkan dan menjadi sunyi”.
Perlu diingat bahwa kalau
kita berbakti di gereja yang sesat, maka:
¨
Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.
Bdk. Yeh 23:38-39 - “(38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan
terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudusKu pada hari itu dan melanggar
kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka
menyembelih anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari
itu ke tempat kudusKu dan melanggar kekudusannya. Sungguh,
inilah yang dilakukan mereka di dalam rumahKu”.
Perhatikan bahwa ay 39 mengatakan bahwa mereka datang ke rumah Allah,
tetapi mereka menyembah berhala dan menyembelih anak-anak mereka bagi berhala /
dewa. Jelas mereka sesat, dan karena
itu, sekalipun mereka datang ke rumah Allah, Allah tetap menganggap mereka
menajiskan tempat kudus / rumah Allah dan melanggar kekudusan Sabat (ay 38).
¨
Kita mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.
Kehadiran
kita membuat yang hadir bertambah banyak, dan itu memberi semangat yang cukup
besar kepada mereka. Apalagi kalau pada acara persembahan kita mau memberi persembahan
kepada gereja sesat itu!
Jadi,
kalau saudara sadar bahwa gereja saudara adalah gereja yang sesat, maka saudara
harus meninggalkan gereja itu, dan pindah ke gereja yang benar. Kalau saudara segan untuk
meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu
sesat, apapun alasannya, maka saudara perlu merenungkan pertanyaan ini secara
serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut
gerejaku?’.
Saya akan
memberikan komentar dari beberapa penafsir tentang berbakti di gereja yang
tidak benar. Kedua penafsir di bawah ini memberikan komentar tentang
Luk 4:16 yang berbunyi sebagai berikut: “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut
kebiasaanNya pada hari
Adam
Clarke (tentang Luk 4:16): “Our Lord regularly attended the public worship of God in the
synagogues; for there the Scriptures were read: other parts of the worship were
very corrupt; but it was the best at that time to be found in the land.
To worship God publicly is the duty of every man, and no man can be guiltless
who neglects it. If a person cannot get such public worship as he likes, let
him frequent such as he can get. Better to attend the most indifferent than to
stay at home, especially on the Lord’s day. The
place and the time are set apart for the worship of the true God: if others do
not conduct themselves well in it, that is not your
fault, and need not be any hindrance to you. You come to worship God - do not forget your
errand - and God will supply the lack in the service by the teachings of his
Spirit” (= Tuhan kita secara teratur menghadiri kebaktian
umum Allah di sinagog-sinagog; karena di sana Kitab Suci dibacakan:
bagian-bagian lain dari kebaktian itu sangat buruk / rusak; tetapi itu
adalah yang terbaik pada saat itu yang bisa ditemukan di negara itu.
Menyembah Allah berbakti kepada Allah secara umum merupakan kewajiban dari
setiap orang, dan tidak ada orang bisa tidak bersalah kalau ia
mengabaikannya. Jika seseorang tidak bisa mendapatkan kebaktian seperti yang
ia inginkan, biarlah ia pergi secara tetap ke tempat
yang bisa ia dapatkan. Lebih baik untuk menghadiri kebaktian / gereja yang
paling acuh tak acuh dari pada tinggal di rumah, khususnya pada hari Tuhan.
Tempat dan waktu dipisahkan untuk berbakti kepada Allah yang
benar; jika orang-orang lain tidak bertingkah laku benar di dalamnya, itu bukan
salahmu, dan tidak perlu menjadi penghalang bagimu. Kamu datang untuk
berbakti kepada Allah - jangan melupakan tujuanmu - dan Allah akan menyuplai kekurangan dalam kebaktian itu oleh
pengajaran RohNya).
Barnes’
Notes (tentang Luk 4:16): “From this it appears that the Saviour regularly attended the service of
the synagogue. In that service the Scriptures of the Old Testament were read,
prayers were offered, and the Word of God was explained. ... There was great
corruption in doctrine and practice at that time, but Christ did not on that
account keep away from the place of public worship. From this we may learn:
1. That it is our duty ‘regularly’ to attend public
worship. 2. That it is better to attend a place of worship which is not
entirely pure, or where just such doctrines are not delivered as we would wish,
than not attend at all. ... At the same time, this remark should not be
construed as enjoining it as our duty to attend a place where the ‘true’ God is
not worshipped, or where he is worshipped by pagan rites and pagan prayers.
If, therefore, the Unitarian does not worship the true God, and if the Roman
Catholic worships God in a manner forbidden, and offers homage to the creatures
of God also, thus being guilty of idolatry, it cannot be a duty of a man to
attend on such a place of worship” (= Dari sini kelihatan bahwa
sang Juruselamat secara teratur menghadiri kebaktian di sinagog. Dalam
kebaktian itu Kitab Suci Perjanjian Lama dibacakan, doa
dinaikkan, dan Firman Allah dijelaskan. ... Di sana
ada keburukan / kerusakan yang besar dalam doktrin dan praktek pada jaman itu,
tetapi hal itu tidak menyebabkan Kristus menjauhi tempat ibadah itu. Dari
sini bisa kita pelajari: 1. Bahwa merupakan kewajiban kita untuk secara teratur
menghadiri kebaktian umum. 2. Bahwa lebih baik untuk menghadiri suatu tempat
ibadah / kebaktian yang tidak sepenuhnya murni, atau dimana ajaran-ajaran tidak
diberikan seperti yang kita inginkan, dari pada tidak menghadiri kebaktian sama sekali. ... Pada saat yang sama,
kata-kata ini tidak boleh ditafsirkan sebagai memerintahkan hal itu sebagai
kewajiban kita untuk menghadiri suatu tempat ibadah dimana yang disembah
bukanlah Allah yang benar, atau dimana Ia disembah dengan upacara-upacara kafir
dan doa-doa kafir. Karena itu, jika Unitarian tidak menyembah Allah yang
benar, dan jika Roma Katolik menyembah Allah dengan cara yang dilarang, dan
juga memberikan penghormatan kepada makhluk-makhluk ciptaan dari Allah, dan
dengan demikian bersalah dalam hal pemberhalaan, maka tidak bisa merupakan
kewajiban seseorang untuk menghadiri tempat ibadah seperti itu)
- hal 196.
Catatan: ‘Unitarian’ mempercayai bahwa Allah itu tunggal
secara mutlak, dan dengan demikian menyangkal keilahian Kristus, dan doktrin
Allah Tritunggal.
Jadi, memang lebih baik
berbakti di gereja yang jelek (bukan yang sesat) dari pada tidak
berbakti sama sekali. Tetapi itu
tidak berarti bahwa kita boleh berbakti di gereja yang betul-betul sesat,
seperti Saksi Yehuwa, Mormon, dan menurut Barnes, Gereja Roma Katolik.
e) Satu hal lain yang
perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya
merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang
ajar kepada Tuhan.
Illustrasi:
f) Alasan yang tidak sah dan yang sah untuk tidak berbakti pada hari
Sabat.
1. Alasan yang tidak sah.
Hal-hal di bawah ini
bukanlah alasan yang sah untuk membolos dari kebaktian hari Minggu, dan karena
itu jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan-alasan yang
sangat umum di bawah ini:
·
ada tamu.
·
arisan / pertemuan RT / RW.
·
kerja bakti.
·
bekerja / lembur.
·
belajar.
·
piknik / keluar
·
pergi ke pesta HUT.
·
ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb).
·
saudara merasa sudah mengikuti ‘kebaktian’ Pernikahan.
Ingat
bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah,
tetapi untuk berbakti. Orang kristen seharusnya
tidak menikah pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa
berbakti, tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari
kebaktian.
2. Alasan yang sah.
Alasan
yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun
tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat
(sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti atau berkonsentrasi
dalam kebaktian), atau menular dan membahayakan. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim,
seperti bencana alam, banjir yang hebat, atau kerusuhan massal.
-AMIN-