Dimuat pada Bulletin Universitas Negeri Padang
No. 04 Th. XXII Desember 1999, ISSN: 0216-0863

Program Pengalaman Lapangan (PPL) Kependidikan di ‘Michigan State University’

 Oleh: Hadiyanto

A. Pendahuluan

Tulisan ini disajikan untuk dapat memberikan gambaran tentang bagaimana Program Pengalaman Lapangan (PPL) dikelola oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (school of education) dalam suatu universitas dan diharapkan dapat memberikan ide atau inspirasi bagi pengelola, dosen, mahasiswa ataupun pihak lain yang terkait dengan PPL tentang bagaimana membenahi PPL di IKIP yang berubah menjadi universitas.

PPL kependidikan merupakan kegiatan pembekalan keterampilan membelajarkan siswa di sekolah latihan yang wajib diikuti mahasiswa calon guru sebagai persiapan untuk menjadi guru atau tenaga kependidikan.  Dari program itu diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman-pengalaman keguruan yang sangat bermanfaat bagi pelaksanaan tugas sebagai guru nantinya. 

Lebih kompleks dari hal itu,  Wang (1992), menyebutkan bahwa PPL di Taiwan dilakukan selama tiga semester, bermanfaat bagi mahasiswa calon guru karena:

1.      merupakan kesempatan untuk menguji prinsip-prinsip dan teori-teori pendidikan yang telah diperoleh mahasiswa selama di bangku kuliah;

2.      untuk mengetahui kekerhasilan dalam mendidik siswa (dalam proses pembelajaran di kelas);

3.      memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merasakan tanggung jawab dan praktek menjadi guru yang sebenarnya di sekolah;

4.      untuk menguji cara-cara dan karakteristik yang ideal yang perlu dipunyai oleh seorang guru di sekolah;

5.      untuk lebih menguasai kompetensi dan pengetahuan yang profesional;

6.      untuk memulai menumbuhkan minat dan keinginan calon guru dalam melakukan studi lebih lanjut di bidang pendidikan;

Lebih rinci dari pendapat di atas, Stones dan Morris (1976) menyebutkan bahwa praktek mengajar bertujuan untuk membuat agar mahasiswa calon guru:

1.      mengetahui tingkat pemahaman siswa di kelas;  untuk mengetahui apakah mereka mampu melakukan kontak dan berkomunikasi dengan siswa dengan baik;

2.      untuk menyesuaikan pikiran mahasiswa calon guru dengan kenyataan praktis di lapangan, dan untuk menghubungkan apa yang telah mereka pelajari di bangku kuliah tentang konsep pengembangan anak agar mereka lebih jelas tentang tujuan pembelajaran yang mereka lakukan di kelas;

3.      untuk belajar menjadi lebih sensitif dengan situasi kelas dan belajar menciptakan situasi itu; serta untuk mengembangkan suasana kelas yang penuh dengan sumber belajar;

4.      untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa calon guru dalam melaksanakan observasi tentang proses pembelajaran;

5.      untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa calon guru dalam berkomunikasi yang baik dengan siswa;

6.      untuk membentuk minat mahasiswa calon guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kemampuan untuk menghubungkannya dengan situasi nyata di kelas;

7.      untuk mendapatkan pemahaman mahasiswa calon guru tentang organisasi sekolah dan persiapan untuk menghadapi segala situasi dan kemampuan untuk melakukan analisisnya;

8.      untuk membentuk kematangan pribadi mahasiswa (misalnya kematangan hubungan sosial dengan siswa dan guru lainnya);

9.      memberi kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk mengevaluasi diri sendiri;

10.  memberi kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk memperoleh kesempatan dalam pembelajaran yang normal, sebagai bagian dari tim mengajar;

11.  memberikan pemahaman kepada mahasiswa calon guru tentang jaringan yang kompleks antara sekolah dengan kelas, lebih khusus adanya kesadaran dalam menerima kenyataan bahwa hubungan kemanusiaan muncul dalam suasana itu;

12.  untuk melakukan diagnosis, karena tahun-tahun pertama praktek mengajar merupakan pengalaman berharga untuk diagnostik yang dilaksanakan sepanjang tahun.

Oleh karena pentingnya kedudukan PPL kependidikan tersebut, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Ditjen Dikti berupaya meningkatkan PPL kependidikan.  Selama ini ada keluhan dari sekolah pemakai lulusan bahwa tamatan IKIP atau STKIP belum siap mengelola proses pembelajaran dengan baik sehingga proses itu tidak mencapai hasil yang diharapkan.

Menyadari kelemahan-kelemahan yang ada, PPL di UNP dengan dukungan dan arahan dari PGSM, sebenarnya telah mulai berbenah diri memperbaiki sistem PPL, misalnya dimulai dengan melakukan penelitian evaluasi PPL, memperbaiki buku pedoman PPL yang diikuti dengan pelatihan dosen pembimbing dan guru pamong, mengubah sistem pembimbingan ‘supervisor’ ke dosen pembimbing sesuai dengan bidang studi, melakukan kerjasama dengan sekolah mitra (school partner), serta melakukan lokakarya penelitian tindakan berbasis di kelas (classroom action research).

Di samping hal-hal di atas, secara nasional Ditjen Dikti Depdikbud melalui proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (PGSM) juga berupaya menimba pengalaman dengan mengirim puluhan wakil-wakil LPTK se Indonesia melakukan study visit ke universitas-universitas terkemuka di luar negeri seperti di Amerika Serikat atau di Australia yang telah berpengalaman melaksanakan pendidikan guru dan PPL.  Namun demikian, seberapa besar manfaat dari program itu belum dapat diketahui atau dirasakan.

Bagian berikut merupakan gambaran PPL di Michigan State University yang penulis amati lebih kurang satu bulan.

B. Persiapan Mahasiswa Sebelum PPL

Mahasiswa calon guru di Michigan State University (di Jurusan Teacher Education, School of Education) yang akan mengikuti praktek mengajar sebenarnya adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kurang lebih 120 satuan kredit semester (SKS) pada masing-masing jurusan di fakultas-fakultas yang berlainan di mana mereka mengambil matakuliah major.  Untuk dapat menjadi mahasiswa calon guru tersebut ada beberapa matakuliah keguruan dan kegiatan persiapan yang berkaitan dengan program keguruan di College of Education yang harus mereka ikuti, yaitu:

a. Pada tingkat junior, pada semester Fall (sesudah mengambil kurang lebih 56 - 67 sks di jurusan dan fakultas masing-masing) mahasiswa diperbolehkan mengambil matakuliah-matakuliah keguruan dari School of Education.

b. Mahasiswa diperbolehkan mendaftarkan diri untuk mengambil pogram ‘Teacher Certification’ pada School of Education setelah minimal menyelesaikan 56 sks dengan indeks prestasi 2.50 atau lebih.  Tingkat junior pada semester Spring, mahasiswa mengambil matakuliah Learners and Learning in Context.  Salah satu kegiatan mahasiswa dalam matakuliah tersebut adalah mengamati anak sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah selama minimal 2 jam per minggu, berlangsung selama satu semester.

d. Pada tingkat senior (setelah mengambil kurang lebih 88 sks), mahasiswa mengambil matakuliah Teaching Subject Matter to Diverse Learners dan Designing and Studying Practice.  Matakuliah ini merupakan matakuliah prasyarat untuk dapat mengikuti program praktek mengajar (Internship in Teaching I dan II).  Diantara kegiatan dalam matakuliah-matakuliah itu adalah, mahasiswa harus melakukan kunjungan ke sekolah rata-rata 4 jam per minggu.  Kunjungan itu diisi dengan kegiatan-kegiatan seperti melakukan interviu dengan guru dan siswa tentang kurikulum, rencana pelajaran dan materi proses pembelajaran.  Dalam kaitan dengan kegiatan ini, selama di sekolah mahasiswa telah dibimbing oleh guru-guru di sekolah.  Guru-guru inilah yang besar kemungkinannya akan menjadi guru pamong bagi mahasiswa yang akan praktek mengajar di sekolah tersebut pada dua semester yang akan datang, meskipun mahasiswa PPL-nya belum tentu mereka yang pernah melakukan observasi di sekolah tersebut.

 

C. Kegiatan Selama PPL

MSU mewajibkan mahasiswa mengikuti PPL di sekolah latihan selama dua semester sebagai dua matakuliah, yaitu Internship in teaching Diverse Leaner I dan II (sebut saja PPL I dan PPL II). PPL I dilaksanakan pada semester Fall dan PPL II dilakukan pada semester Spring.  Dalam satu minggu, mahasiswa melaksanakan praktek mengajar di sekolah selama kurang lebih 25 jam (hari Senin sampai dengan hari Kamis).

Step-step kegiatan yang dilakukan mahasiswa dalam program pengalaman lapangan ini adalah seperti yang tertuang pada tabel berikut.

Tabel 1

Tahap-tahap dan Jadwal Kegiatan Mahasiswa

dalam Program Pengalaman Lapangan

 

No

Step Kegiatan

Waktu

Keterangan Kegiatan

1          

Orientasi di sekolah

11 Sept.

Mahasiswa berkenalan dengan civitas sekolah dan melakukan observasi umum tentang fasilitas sekolah.  Orientasi biasanya dilakukan dengan membuat permainan yang melibatkan mahasiswa dan guru pamong.  Ide utamanya adalah agar guru pamong dan mahasiswa saling mengenal dan cepat akrab

2          

Mulai Co teaching

12 Sept s/d 3 Okt

Mahasiswa bersama-sama guru pamong membuat persiapan belajar mengajar, kadang-kadang mengajar bersama dengan guru pamong

3          

Guided teaching I

6 s/d 17 Okt.

Mengajar dengan bimbingan guru pamong untuk hal-hal tertentu

4          

Melanjutkan Co teaching

20 s/d 31 Okt.

Melakukan kegiatan lanjutan co teaching; mengkaji balikan guided teaching pertama dan merencanakan untuk guided teaching kedua

5          

Guided Teaching II

3 s/d 13 Nov.

Mengajar dengan bimbingan guru pamong untuk hal-hal tertentu

6          

Melanjutkan Co teaching

14 Nov s/d liburan sekolah

Melakukan kegiatan lanjutan co teaching

7          

Liburan sekolah

 

 

8          

Melanjutkan Co Teaching

5 s/d 23 Jan

Melakukan kegiatan lanjutan co teaching dan membuat rencana untuk lead teaching

9          

Lead teaching

10 minggu

26 Jan. s/d 3 April

mahasiwa mengajar di kelas tanpa diamati atau diawasi oleh guru pamong, persiapan mengajar dan pengaturan waktu poses belajar mengajar adalah tanggung jawab mahasiswa sendiri

10       

Membuat laporan (project)

13 April s/d 1 Mei

Laporan dibuat khusus dikaitkan dengan matakuliah TE 803 dan TE 804

 

Di samping melakukan kegiatan praktek mengajar, setiap minggu mahasiswa yang berada di beberapa distrik yang saling berdekatan diwajibkan mengikuti seminar, yang merupakan bahagian dari kegiatan PPL.  Seminar ini dibimbing  oleh dosen pembimbing (field instructor) dan dilaksanakan di sekolah yang disepakati sebelumnya.  Dalam seminar ini dibicarakan problema-problema yang dihadapi mahasiswa selama praktek mengajar dan input-input pemecahan masalah baik dari mahasiswa maupun dari dosen pembimbing.

Bersamaan dengan melakukan praktek mengajar, pada semester Fall (semester pertama mahasiswa praktek mengajar) mahasiswa masih mengambil matakuliah Professional Roles and Teaching Practice I dan Reflection and Inquiry in Teaching Practice I.  Sedangkan pada semester Spring mereka mengambil matakuliah lanjutan dari matakuliah di atas, yaitu matakuliah Professional Roles and Teaching Practice II dan Reflection and Inquiry in Teaching Practice II.  Kegiatan perkuliahan dilaksanakan pada hari Jum’at pagi dan sore, sehingga tidak mengganggu jadwal praktek mengajar mereka di sekolah.  Materi pokok yang dibicarakan pada matakuliah-matakuliah tersebut adalah berkenaan dengan masalah-masalah proses pembelajaran dan masalah-masalah umum di sekolah tempat mahasiswa melakukan praktek mengajar.

D. Kurikulum pada Jurusan Pendidikan Guru

Mahasiswa calon guru di MSU adalah mahasiswa Jurusan Teacher Education pada School of Education.  Setelah semua matakuliah mayor dan minor di jurusan masing-masing selesai, mereka baru mendaftar program sertifikasi guru (teacher certification program) dan mulai saat itu mereka menekuni semua matakuliah yang ditawarkan jurusan Teacher Education.

Gambaran umum keseluruhan matakuliah yang diambil mahasiswa dalam rangka program keguruan di Jurusan Teacher Education, School of Education adalah seperti yang tertuang pada tabel berikut.

Tabel 2

Deskripsi Matakuliah yang Diambil Mahasiswa Calon Guru pada Jurusan Teacher Education, School of Education, Michigan State University

 

Tahun/ Semester

Kode

SKS

Nama Matakuliah

Deskripsi Matakuliah

Junior, Fall

TE 150

3

Reflection on Learning

Membicarakan pengalaman-pengalaman mahasiswa sebagai peserta didik dalam kaitannya dengan teori-teori psikologi, sosiologi dan antropologi serta asumsi-asumsi tentang proses pembelajaran di dalam dan di luar sekolah 

Junior, Fall

TE 250

 

 

atau

TE 240

3

 

 

 

3

Human Diversity, Power and Opportunity in Social Institutions

 Diverse Learners in Multicultural Perspective

Studi komparasi antara sekolah dengan institusi-institusi sosial lainnya.  Membicarakan tentang pembangunan dan perbaikan dari keberagaman dan ketidaksamarataan. 

 Konsekuensi-konsekuensi politik, sosial dan ekonomi bagi individu dan kelompok

Mendaftar Program Sertifikasi Guru

Junior, Spring

TE 301

4

Leaners and Learning in Context: Thinking like a teacher

Membicarakan tentang peranan konteks sosial dan latar belakang sosial dalam pembelajaran.  Perbedaan-perbedaan alami dan tidak alami diantara peserta didik.  Hubungan antara pengetahuan yang spesifik, belajar dan pembelajaran dan konteks lembaga dan masyarakat

Senior, Fall

TE 401

5

Teaching Subject Matter to Diverse Learners

Melakukan pengujian bahwa pembelajaran mampu membuat peserta didik menyelidiki dan membangun pengertian suatu mata pelajaran.  Mengadaptasi mata pelajaran pada peserta didik yang beragam.  Mengusahakan bermacam cara agar peserta didik yang beragam dapat memahami kurikulum

Senior, Spring

TE 402

6

Designing and Studying Practice

Mengumpulkan data dari peserta didik untuk menentukan materi pengajaran.  Memutuskan apa yang harus diajarkan untuk disiplin ilmu tertentu.  Peranan guru yang bermacam-macam, tanggung jawab profesional, intelektual, sosiopolitik dan tanggung jawab kemasyarakatan

Tahun V, Fall

TE 501

 

 

 

TE 801

 

 

 

 

TE 802

6

 

 

 

3

 

 

 

3

Internship in Teaching Diverse Learners I

 

 

Professional Roles and Teaching Practice I

 

 

Reflection and Inquiry in Teaching Practice, I

Praktek mengajar yang dilakukan secara terarah dan dievaluasi pada berbagai kelas.  Mengajar peserta didik dengan berbagai kebutuhan pembelajaran.  Eksplorasi berbasis pada teori dan kenyataan di lapangan tentang dilema-dilema umum dalam mengajar

Membicarakan tentang tanggung jawab etis dan profesional guru.  Keterkaitan antara sekolah dengan lembaga-lembaga sosial lainnya.  Hubungan antara sesama guru, keluarga, lembaga layanan masyarakat dan pimpinan masyarakat.  Peranan dalam penyelenggaraan sekolah (school governance)

Membicarakan tentang metodologi ponelitian kualitatif dan kuantitatif dalam belajar dan mengajar.  Kriteria untuk menguji validitas dan aplikabilitas riset berbasis pada pengetahuan. 

Mengelompokkan (framing) problem-problem pendidikan dalam rangka penelitian.  Merancang dan mengevaluasi studi tentang praktek mengajar

Tahun V, Spring

TE 502

 

 

 

 

 

TE 803

 

 

 

  

TE 804

6

 

 

 

 

 

3

 

 

 

3

Internship in Teaching Diverse Learners II

 

 

 

Professional Roles and Teaching Practice II

 

 

 

Reflection and Inquiry in Teaching Practice II

Melanjutkan praktek mengajar di berbagai kelas di sekolah yang sudah ditentukan oleh universitas.  Meningkatkan penekanan pada mengajar mandiri.  Memperbaiki lingkungan kelas yang meyakinkan ‘equitable access’ untuk pengetahuan dan keterampilan yang terpenting.  Mengevaluasi hasil akademik dan sosial

Membicarakan tentang aliansi antara sekolah dengan masyarakat untuk mempertahankan proses belajar anak.  Strategi-strategi untuk bekerjasama dengan keluarga dan kelompok masyarakat untuk meningkatkan kepekaan kurikulum sekolah terhadap kebutuhan anak.  Advokasi anak di sekolah dan masyarakat

Mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data tentang mengajar, belajar dan kebijaksanaan pendidikan.  Dilema-dilema yang muncul di sekitar penelitian tentang praktek mengajar.  Menilai dan melaporkan hasil penelitian

 

E. Pelaksana PPL di Michigan State University

Dalam pelaksanaan PPL, Michigan State University melibatkan beberapa personil yang tersusun dalam suatu organisasi pelaksana PPL. Organisasi pelaksana tersebut terdiri dari Tim 1, Tim 2, dan Tim 3, dosen pembimbing bidang studi, guru pamong, mahasiswa PPL, dan liaison.

1. Koordinator Tim

Program Pengalaman Lapangan merupakan bahagian dari keseluruhan Program Sertifikasi Guru pada Jurusan Pendidikan Guru (Teacher Education). Pengelola Program ini dibagi ke dalam 3 tim, semacam 3 kelompok area/distrik, yang personalianya terdiri dari unsur-unsur universitas dan sekolah. Setiap tim mengelola kurang lebih 150 orang mahasiswa calon guru setiap tahun, yang terdiri dari 50 orang untuk sekolah menengah dan 100 orang untuk sekolah dasar. Di samping itu masing-masing tim juga menempatkan mahasiswa dalam rangka persiapan PPL mereka (mahasiswa tingkat 3 dan 4 /yunior dan senior students) di sekolah yang tergabung dalam tim. Masing-masing tim bertugas mengkoordinir pelaksanaan PPL di area masing-masing.

Setiap tim mengembangkan hubungan jangka panjang dengan sekelompok sekolah.  Secara umum tim memiliki kerangka kerja yang sama yang dikeluarkan oleh MSU, namun dalam praktek masing-masing tim dapat mengembangkan programnya sendiri dengan tidak terlepas dari kerangka umum PPL di MSU.

Ketiga tim itu berada di bawah Academic Program and Policy Committe, yang merupakan bagian di bawah Ketua Jurusan (Department Chair). Dalam pengelolaan, setiap tim dipimpin oleh seorang Leader dan seorang Team Coordinator. Leader bertugas memimpin tim, sementara Team Coordinator bertugas membina hubungan dengan semua sekolah.

Secara umum, tim-tim itu mempunyai dua kegiatan; kegiatan pertama urusan ke dalam (universitas) dan ke dua, urusan ke luar (ke sekolah). Tugas utama dari masing-masing tim adalah mengkoordinir pelaksanaan PPL pada beberapa kelompok distrik tertentu.  Koordinasi ini dimulai dari penentuan sekolah untuk mahasiswa pra-PPL, penempatan mahasiswa PPL pada suatu sekolah, pemilihan dosen pembimbing, guru pamong dan liaison.  Pada pelaksanaan PPL itu sendiri, tiap-tiap tim memonitor pelaksanaan PPL di sekolah dan pembimbingan mata kuliah yang diambil mahasiswa bersamaan dengan PPL.

 

2. Dosen Pembimbing (Field Instructor)

Field instructor di MSU pada umumnya adalah mahasiswa program doctoral pada jurusan Pendidikan Guru yang ditugaskan oleh Michigan State University sesuai dengan spesialisasi bidang studinya.  Tugas utama dosen pembimbing adalah mengadakan komunikasi dengan mahasiswa, mendukung proses pembelajaran mahasiswa, mencatat perkembangan belajar mahasiswa, mengadakan pertemuan, dan melakukan observasi ke sekolah-sekolah latihan.

Dalam melaksanakan komunikasi, dosen pembimbing membantu terciptanya komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat  dalam program pengalaman lapangan, seperti mahasiswa, guru pamong, dosen mata kuliah TE 802 dan TE 804, dan penghubung antara universitas dengan sekolah (MSU school liaison).  Dosen pembimbing di MSU bertanggung jawab melaksanakan minimal lima kali pertemuan bersama dengan guru pamong, mahasiswa, dan jika mungkin dengan team liaison dari MSU.  Selain pertemuan itu, dosen pembimbing “wajib” mengunjungi masing-masing (3-6) mahasiswa paling sedikit 10 kali selama program pengalaman lapangan dalam 1 semester.

Dalam rangka evaluasi kegiatan, dosen pembimbing bertanggung jawab membuat minimal 5 kali laporan tertulis dari semua mahasiswa. Evaluasi kegiatan dilakukan pada pertengahan semester, awal lead-teaching, di akhir semester fall, pertengahan semester kedua lead teaching dan di akhir program pengalaman lapangan.

 

3. Guru Pamong (Collaborating Teacher)

Selain collaborating teacher, guru pamong di MSU juga disebut dengan cooperating teacher, mentor teacher dan supervising teacher.  Untuk menjadi guru pamong, beberapa syarat yang harus dipenuhi adalah:

1)            Berpengalaman mengajar bidang studi, minimal 3 - 4 tahun;

2)            Diusulkan oleh kepala sekolah;

3)            Tertarik menjadi guru pamong;

4)            Mau menerima pembaharuan / inovasi.

 Untuk dapat menjalankan tugas dengan baik, maka guru pamong harus:

1)            Memahami konsep dasar yang diinginkan dari program pengalaman lapangan

2)            Bersedia meluangkan waktu dalam membimbing mahasiswa.

3)            Memahami konsep proses pembelajaran yang baik.

4)            Bersedia memberi kesempatan kepada mahasiswa PPL untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di perguruan tinggi (MSU, 1997).

Berbeda dengan PPL di Indonesia, tidak jarang guru pamong di sekolah-sekolah latihan mengharapkan memperoleh mahasiswa PPL untuk tahun-tahun yang akan datang.  Hal ini terjadi karena sambil membimbing mahasiswa PPL, mereka merasa memdapatkan pembaharuan dari mahasiswa.

Berbeda dengan guru, atau guru pamong di Indonesia pada umumnya, mereka mempunyai satu ruang khusus yang mereka gunakan sebagai ruang kerja dan sekaligus kelas untuk belajar siswa yang datang secara bergantian.  Dengan demikian, mahasiswa PPL dapat memperoleh bimbingan dari guru pamongnya sepanjang hari di ruang atau kelas tersebut.

4. Mahasiswa PPL (Interns)

Waktu PPL adalah masa transisi mahasiswa menjadi calon guru.  Untuk mencapai kondisi ini seorang mahasiswa PPL harus: (1)  mengetahui dan memahami materi bidang studi dan cara mengajarkannya; (2)  mampu bekerja sama dengan siswa; (3)  mampu menciptakan lingkungan belajar yang baik; (4)  bekerja dan belajar tentang sekolah dan profesi guru.

Tabel 3

Beban Mata Kuliah Major, Minor, TE, dan Mata Kuliah Umum

Mahasiswa Calon Guru di MSU

 

No.

Jenis Mata Kuliah

Jumlah Sks

Keterangan

1.        

Mata Kuliah Major

36 Sks

Diambil di jurusan/fakultas non keguruan

2.        

Mata Kuliah Minor

24 Sks

Diambil di jurusan/fakultas non keguruan 

3.        

Mata Kuliah Umum

40 Sks

Diambil di jurusan/fakultas non keguruan

4.        

Mata Kuliah TE

21 Sks

Diambil di jurusan/fakultas keguruan

 

Jumlah

121 sks

 

5.        

Mata Kuliah TE 501 dan TE 502

12 Sks

Mata kuliah ini adalah Program Pengalaman Lapangan

6.        

Mata Kuliah TE 801, TE 802, TE 803, dan TE 804

12 Sks

Mata kuliah ini diambil bersamaan dengan TE 501 dan TE 502 (Semester Fall dan Spring)

 

Jumlah

24 sks

 

 

Jumlah keseluruhan

145 sks

 

 

Mahasiswa yang diperkenankan mengikuti PPL adalah mereka yang telah lulus program Bachelor Degree.  Setelah menyelesaikan program bachelor (biasanya selama 4 tahun), mereka mengambil internship program (PPL) selama satu tahun. Dalam program bachelor ini, mahasiswa calon guru ini telah menyelesaikan mata kuliah major, mata kuliah minor, dan mata kuliah teacher education (TE) serta mata kuliah umum.  Bersamaan dengan masa PPL (matakuliah TE 501 dan TE 502) mereka masih mengambil matakuliah TE 801, TE 802, TE 803 dan TE 804.  Tabel di atas menggambarkan beban kredit semester mata kuliah mayor, minor, TE, dan mata kuliah umum yang harus dimiliki mahasiswa untuk bisa menjadi calon guru.

 

5. MSU Liaison

Berbeda dengan sistem PPL di UNP, atau juga di perguruan tinggi keguruan lainnya di Indonesia, PPL di MSU mempunyai penghubung (liaison).  Liaison tidak masuk ke dalam kelas seperti dosen pembimbing, tetapi bertemu dan memberi bimbingan kepada mahasiswa yang mempunyai kesulitan.

Secara umum tugas-tugas liaison adalah:

1)      Merencanakan dan memimpin seminar bimbingan praktek mengajar.

2)      Bekerja sama dengan guru pamong dan dosen pembimbing membimbing mahasiswa yang bermasalah.

3)      Berpartisipasi dalam penilaian perkembangan mahasiswa.

4)      Membantu mahasiswa membentuk masyarakat belajar yang profesional.

5)      Jika dibutuhkan, mengobservasi mahasiswa tertentu dalam kelas, dan memberikan bimbingan kepada mereka.

6)      Menghadiri pertemuan liaison, menyampaikan informasi baru tentang program pendidikan guru.

7)      Membantu merencanakan pertemuan periodik dengan guru pamong.

8)      Membicarakan dengan guru pamong tanggung jawab mahasiswa dan harapan serta tujuan PPL, meminta balikan dari guru pamong tentang hal tersebut.

9)      Membicarakan dengan dosen pembina mata kuliah (course instructors) tentang materi dan tugas lapangan.

10)  Membicarakan dengan dosen pembimbing dan guru pamong kesulitan-kesulitan yang ditemui mahasiswa di sekolah latihan.

11)  Membicarakan dengan kepala sekolah tentang praktek mengajar dan masalah-masalah yang berhubungan dengan perhatian kepala sekolah terhadap PPL (MSU, 1997).

Mengingat tugas liaison tidak ringan, maka dalam kasus-kasus tertentu, liaison kadang-kadang dirangkap oleh dosen pembimbing dari MSU.

E. Pelaksanaan PPL di Sekolah

Dalam satu periode pelaksanaan PPL, MSU mendistribusikan mahasiswa yang akan melaksanakan praktek mengajar ke beberapa sekolah yang tersebar di Michigan State.  Lokasi atau jarak sekolah-sekolah itu sangat bervariasi, mulai dari sekolah di dalam kota East Lansing, di mana MSU berada, yang dapat ditempuh dengan kendaraan kurang dari 10 menit sampai dengan sekolah-sekolah yang jauh lokasinya, ditempuh dengan kendaraan kurang lebih tiga setengah jam (lebih kurang 300 km). Untuk memberikan gambaran yang utuh tentang pelaksanaan PPL di sekolah, berikut ini akan disajikan gambaran pelaksanaan PPL mahasiswa Michigan State University di Haslet Middle School.

Haslet Middle School adalah sekolah menengah pertama yang mempunyai kurang lebih 700 siswa kelas 6, 7 dan 8 (sejajar dengan kelas 6 sekolah dasar, kelas 1 dan 2 sekolah menengah pertama), dan 30 orang guru.  Sekolah ini terletak di pinggiran kota East Lansing, lebih kurang 25 menit berkendaraan dari Michigan State University. Fasilitas sekolah itu sangat memadai.  Masing-masing guru mempunyai 1 ruang khusus yang digunakan oleh siswa untuk belajar, dilengkapi dengan minimal satu set OHP, Video/TV dan buku-buku pada rak-rak yang digunakan untuk proses pembelajaran di kelas.  Sebagian kelas dilengkapi dengan alat-alat peraga, dan kadang-kadang benda aslinya seperti, burung perkutut, landak, dan tikus putih, yang digunakan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.  Ada juga guru-guru yang memperoleh fasilitas komputer dengan jaringan internetnya.

Adapun fasilitas umum pembelajaran yang dapat digunakan oleh semua civitas untuk keperluan proses pembelajaran di Haslet Middle School diantaranya adalah :

a)      Perpustakaan sekolah yang cukup besar, dilengkapi buku-buku sumber yang lengkap untuk kepentingan proses pembelajaran dan pelajaran tambahan;

b)      Laboratorium komputer, yang digunakan untuk praktek siswa dalam matapelajaran pilihan komputer;

c)      Dua buah sport hall, yang dapat digunakan oleh para siswa untuk bermain dan berolah raga dalam gedung, seperti badminton, volley ball dan basket ball;

d)      Peralatan orkestra, yang dapat digunakan oleh para siswa untuk belajar seni musik atau keperluan group musik Haslet Middle School;

e)      Cafetaria yang dilengkapi dengan lounge yang sangat luas, sehingga mampu menampung kebutuhan siswa pada waktu makan siang;

f)        Lapangan bola, yang digunakan siswa untuk olah raga di luar gedung seperti sepak bola, soccer  dan rugby;

g)      Satu set mesin fotocopy, yang dapat digunakan oleh guru atau karyawan di sekolah dalam rangka mempercepat proses penggandaan bahan yang digunakan untuk proses pembelajaran atau proses administrasi sekolah;

h)      Sistem komputerisasi dalam melaksanakan tugas administrasi sehari-hari, dilengkapi dengan internet yang dapat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan instansi-instansi yang terkait dengan sekolah atau untuk mengakses ke sumber lain, misalnya perpustakaan, dalam rangka keperluan proses pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan praktek mengajar, mahasiswa Michigan State University sangat terbantu oleh kelengkapan fasilitas yang ada di Haslet Middle School tersebut.

1.      Pelaksana PPL di Haslet Middle School

Di Haslet Middle School terdapat dua orang mahasiswa PPL, sebut saja Keri Ing Wingking dan Gely Sanget.  Kedua mahasiswa tersebut mengambil matakuliah major Science.  Guru pamong Keri, sebut saja Mrs. Tandy Stone, sedangkan guru pamong Gely adalah Mrs. Helen Robecca (bukan nama sebenarnya).  Di samping di bawah bimbingan guru pamong, mahasiswa juga dibimbing oleh ‘dosen’ pembimbing (field instructor) yang berasal dari sekolah tersebut, yaitu Mr. Ben Lungo (juga bukan nama sebenarnya).  Ben adalah satu-satunya ‘field instructor’ yang berasal dari guru sekolah, bukan dari MSU.  Kedudukan Ben sebagai dosen pembimbing adalah di luar kebiasaan yang ada.  Sebab dosen pembimbing biasanya mahasiswa program doctoral MSU yang dipekerjakan oleh MSU.  Sedangkan Ben adalah guru IPS di Haslet Middle School.

Di samping sebagai dosen pembimbing,  Ben juga merangkap sebagai liaison dari Michigan State University dan sekolah untuk Haslet Middle School.  Kedudukan yang rangkap ini merupakan kedudukan yang satu-satunya diberikan kepada Ben.

Pada saat penulis berkunjung ke sekolah ini, para mahasiswa PPL sedang melaksanakan praktek mengajar bulan pertama, dalam tahap co-teaching, artinya para mahasiswa praktek mengajar dalam bimbingan guru pamong dalam membuat rencana pengajaran, mengajar dalam pengawasan guru pamong dan kadang-kadang guru pamong melengkapi apa yang sedang diajarkan mahasiswa di kelas.

Mahasiswa PPL wajib datang ke sekolah mulai hari Senin sampai dengan Kamis.  Hampir setiap hari mereka datang lebih awal dari waktu belajar, waktu itu mereka gunakan untuk mematangkan persiapan mengajarnya.  Dalam satu hari mahasiswa mengajar tiga sampai dengan empat kelas, kadang-kadang materi yang paralel, tetapi kadang-kadang materinya berlainan.  Mereka tetap tinggal di sekolah sampai jam sekolah berakhir dan semua siswa pulang.  Waktu yang tersisa itu mereka manfaatkan untuk membuat atau mematangkan persiapan mengajar hari-hari berikutnya.

2.      Bimbingan terhadap Mahasiswa PPL

Karena setiap guru pamong mempunyai satu ruang khusus (kelas) yang digunakan untuk proses belajar mengajar, selama PPL mahasiswa memanfaatkan ruangan itu dengan optimal.  Dengan demikian, pertemuan antara guru pamong dengan mahasiswa praktek mengajar pun bisa berlangsung optimal.  Hal itu juga didukung oleh segala fasilitas dan media yang digunakan untuk pembelajaran telah tersedia di kelas, sehingga pembimbingan kepada mahasiswa PPL mulai dari membuat rencana pengajaran sampai dengan melakukan evaluasi pengajaran pun dapat dilakukan.

Dalam waktu kurang lebih satu bulan praktek mengajar, mahasiswa telah mendapat dua kali balikan tertulis dari guru pamong.  Sambil memberikan balikan tertulis itu, guru pamong juga memberikan komentar dan penjelasan atas balikannya.  Bila dipandang perlu oleh guru pamong, balikan juga diberikan begitu mahasiswa selesai mengajar di kelas.  Namun demikian, guru pamong juga memberikan tambahan atau masukan baru tentang materi yang sedang diajarkan (sebagai pasangan mengajar) kepada siswa pada saat mahasiswa mengajar di kelas.  Ini mereka pandang sebagai langkah yang lebih baik daripada guru pamong itu sendiri yang menambah jam pertemuan di akhir semester untuk penyempurnaan materi ajar yang telah diajarkan oleh mahasiswa PPL.

Balikan yang lain juga didapatkan oleh mahasiswa saat mengikuti seminar TE 501, di mana mahasiswa PPL di distrik Haslet (dua orang di Haslet Middle School dan 2 orang di Haslet High School) bertemu dalam suatu kelas untuk saling memberi dan menerima masukan.  Seminar itu dibimbing oleh dosen pembimbing Mr. Ben Lungo dalam kedudukannya sebagai field instructor.

 

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap dua hal,  yaitu evaluasi program pengalaman lapangan dan evaluasi untuk mahasiswa yang telah melakukan praktek mengajar di sekolah.

1.   Evaluasi Program

Evaluasi program PPL di Michigan State University dilakukan dengan empat cara.  Pertama, dengan melakukan survey terhadap tamatan jurusan Pendidikan Guru.  Survei dilakukan setelah satu tahun alumni tamat dari MSU dengan mengirim angket ke alamat tetap para alumni.  Angket ini menanyakan pendapat alumni tentang program pengalaman lapangan yang telah mereka lakukan serta status pekerjaan mereka saat itu.

Kedua, Michigan State University melakukan survei terhadap para pengelola PPL  tentang pengetahuan dan sikap mereka tentang pelaksanaan PPL.  Survei ini dilakukan terhadap pengelola dari ketiga kelompok pimpinan tim, (Tim 1, Tim 2 dan Tim 3), yang ada di College of Education Michigan State University.

Ketiga, pihak MSU menginterviu kepala-kepala sekolah yang menerima mahasiswa PPL di sekolahnya.  Pada mulanya banyak sekolah yang menolak kehadiran mahasiswa PPL, namun sekarang malah sebaliknya, banyak sekolah yang meminta supaya MSU memakai sekolah mereka untuk PPL.  Ini bisa dipahami karena mahasiswa PPL memang mampu mengajar sehingga kalau ada guru yang tidak bisa hadir, mahasiswa PPL bisa menggantikan sehingga sekolah tidak repot mencari guru pengganti (subtitute teacher).  Untuk itu, mahasiswa PPL memperoleh imbalan US $ 70 sehari.  Di samping itu, intervieu juga dilakukan terhadap kepala-kepala sekolah yang mempekerjakan tamatan MSU yang mengajar di sekolah mereka, terutama yang baru mengajar.

Keempat, MSU melakukan survei terhadap kelompok yang bertugas melakukan evaluasi dan revisi terhadap program PPL yang sedang dilaksanakan mahasiswa.

2.   Evaluasi Mahasiswa PPL

Nilai akhir mahasiswa PPL dibuat oleh dosen pembimbing (field instructor) dengan menerima masukan-masukan dari guru pamong (collaborating teacher).  Masukan untuk nilai akhir dikumpulkan dari observasi yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru pamong selama mahasiswa melaksanakan PPL ditambah dengan pertemuan tengah semester dan akhir semester.  Nilai yang diberikan untuk PPL ini tidak berupa nilai angka atau huruf, melainkan berupa Lulus atau Tidak Lulus, atau Lulus dengan syarat.

G. Penutup

Semoga tulisan oleh-oleh dari Michigan State University ini dapat memunculkan ide semua pihak yang berkait dengan penyelenggaraan PPL UNP, mulai dari kelompok pembina, pengelola, dosen pembimbing, guru pamong maupun mahasiswa UNP.  Tulisan ini semoga juga menjadi masukan dalam rangka pembenahan PPL UNP, atau paling tidak dapat bermanfaat dalam pemikiran PPL Universitas Negeri (baru) Padang.  Tulisan ini juga merupakan ucapan terima kasih kepada pimpinan UNP dan PGSM Depdikbud, yang telah merekomendasikan penulis, beserta tim lainnya, untuk berkunjung ke Michigan State University, USA.

Sumber

Lansing Eastern High School, 1997.  Lansing Eastern High School student handbook, 1997-1998. Lansing Eastern High School, East Lansing, Michigan

Michigan State University, 1997.  Descriptions of courses 1997-1999.  University Publications Office, East Lansing, Michigan

Michigan State University, 1997.  Michigan State University academic programs 1977-1999.  University Publications Office, East Lansing, Michigan

Michigan State University, 1997.  Team one secondary collaborating teacher handbook, 1977-1998.  Team One, College of Education, East Lansing, Michigan

Michigan State University, 1997.  Team two secondary collaborating teacher handbook, 1977-1998.  Team Two, College of Education, East Lansing, Michigan

Stones, E., Morris, S., 1972.  Teaching practice: problems and perspectives. Methuen & Co., London.

Templin, B., 1997.  Holt High School visitor protocol, Holt High School, Holt Michigan.

Wang, L.W., 1992.  Learning to teach the elementary field experience course at a Teachers’ Junior College in Taiwan, National Center for Research on Teacher Learning, East Lansing.

Zul Amri, dkk. 1997.  Laporan study visit tim IKIP Padang ke Michigan State University, USA. IKIP Padang, Padang.

 



Kembali ke [ Menu Publikasi Ilmiah ]