Bali Post, Kamis Wage, 8 Desember 2005
Teroris Ditempa di Gunung Unggaran
Anif Pernah Jihad di Ambon ---
Denpasar (Bali Post) - Mochammad Cholily (28), Anif Zulchanudin (24), Abdul Azis
(30), dan Wiwid terus menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda Bali. Jaringan teroris
pimpinan Dr. Azahari makin terkuak, menyusul pengakuan empat tersangka kasus
bom Bali II dan keterangan sejumlah saksi kunci. Terungkap, Anif dan tujuh teroris
lain mengikuti latihan militer di Gunung Unggaran, Oktober 2005. Sebelumnya mereka
berkumpul di Tablingan Bojo. Siapakah yang menempa teroris itu?
''Nyanyian'' MS di depan penyidik membuka sepak terjang para tersangka kasus bom
Bali II. Pada Oktober 2005, dia diajak Subur Sugiarto alias Abu Mujahid (masih buron)
ke rumah Anif. Alasannya untuk sekadar silaturahmi. Pada pukul 17.00, MS
mendampingi Subur berkumpul dengan delapan anggota JI di Tablingan Bojo.
Subur mengajak Anif dkk. ke Gunung Unggaran untuk dididik latihan militer. Selain
Anif, yang ikut latihan jihad masing-masing DW, BS, YY, dan ST. Subur sebagai
penanggung jawab latihan militer di Gunung Unggaran mempercayakan MS untuk
melatih Anif dkk. Materi yang diberikan antara lain posisi menembak, berjalan kera,
gerakan harimau, kucing, merangkak, dan berguling. Dana latihan ditanggung
masing-masing peserta, dan ilmu yang diperoleh untuk persiapan jihad jika
diperlukan.
Tersangka Anif termasuk paling kooperatif pada penyidik. Tiap pertanyaan polisi
dijawab tegas, bahkan tetap menunjukkan sikap militan pada perjuangan teroris. Anif
semula mendapat tugas sebagai eksekutor bom bunuh diri di Bali (2005). Pengakuan
yang lebih radikal, tersangka pernah bergabung dengan pasukan jihad di Ambon.
''Kalau rencana serangan tidak diubah, pasti penggalan kepala saya yang berada di
TKP bom Bali II,'' kata Anif saat ditangkap Polri.
Dr. Azahari urung mengutus Anif untuk melakukan serangan bom bunuh diri di Bali
setelah membaca situasi. Salah satu alasannya, diduga Anif masih diperlukan untuk
''mendidik'' anggota teroris baru. Maklum, Anif di lingkungan teroris dikenal sebagai
pendakwah.
Tas Plastik Cholily
Sementara Cholily mengaku tidak kenal dengan Anif. Tersangka hanya kenal dengan
Reno alias Tedi. Pada 9 November 2005, Cholily disuruh Dr. Azahari membawa tas
plastik berisi bom untuk diserahkan pada Noordin M. Top dengan sandi ''mama''. Dia
berangkat dengan naik bus dari Batu, Malang ke Semarang.
Tas plastik titipan Dr. Azahari yang dibawa Cholily akan diserahkan pada Tedi. Begitu
tiba di Genuk, Semarang, Cholily keburu ditangkap polisi sebelum berhasil
mengemban ''misi'' Dr. Azahari itu. Saat Cholily diringkus petugas, datang Tedi
bersama Anif mengendarai sepeda motor. Anif berhasil ditangkap oleh Polri, namun
Tedi lolos dari sergapan pasukan Detasemen 88 Mabes Polri.
Cholily dan Anif ditangkap pada 9 November 2005. Sehari kemudian, giliran Abdul
Azis diringkus polisi. Ketiganya diciduk di wilayah Jateng. Untuk sementara, mereka
dijerat pasal 13 UU XV/2003 tentang teroris dengan ancaman 3 sampai 15 tahun.
(kmb 10)
ANIF semula mendapat tugas sebagai eksekutor bom bunuh diri di Bali (2005).
Namun, rencana itu diubah. Dia juga mengaku pernah berjihad di Ambon. ''Kalau
rencana serangan tidak diubah, pasti penggalan kepala saya yang berada di TKP
bom Bali II,'' kata Anif
Copyright © BALI POST Online
|