detikcom, Jumat, 30/12/2005 00:03 WIB
Menko Polhukam Selidiki Kaitan Perampokan & Terorisme
Ahmad Yunus - detikcom
Bandung - Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Kantor Menko Polhukam
sedang menyelidiki meningkatnya kasus perampokan. Sebab beberapa kasus
perampokan ditengarai memiliki keterkaitan untuk mendanai aksi terorisme di
Indonesia.
Kasus perampokan yang diawasi serius ini antara lain kasus perampokan sebuah
toko emas di Jogjakarta dengan nilai Rp 1 milyar, Kasus perampokan di Tanggerang
dan kasus perampokan nasabah bank di Jakarta.
"Aksi teror besar selalu didahului oleh kasus perampokan besar. Bom Bali pertama
juga begitu. Ini harus diwaspadai sebagai persiapan aksi teroris selanjutnya," ungkap
Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Kemenkopolhukam, Ansyaad Mbai
seusai diskusi dengan Ulama se-Jawa Barat di Hotel Lingga, Jalan Soekarno Hatta,
Kamis (29/12/2005) di Bandung.
Menurutnya, kecurigaan adanya keterkaitan kasus-kasus perampokan untuk
mendanai aksi terorisme selanjutnya cukup kuat. Pasalnya saat ini pasokan dana
untuk para teroris di Indonesia semakin menipis dan sulit.
Salah satu buktinya, saat ini pasokan dana operasional jaringan teroris diketahui
diambil dari iuran para anggotanya sendiri. Dan masih berjalan hingga saat ini.
"Kondisi logistik mereka masih cukup. Jadi saya perkirakan terorisme di Indonesia
masih kuat," ungkapnya.
Saat ini, menurutnya, aksi terorisme di Indonesia sendiri diperkirakan tidak hanya
akan diwarnai oleh aksi teror bom saja. Beberapa aksi teror lainnya yang
dimungkinkan adalah penggunaan senjata api, penculikan, penyanderaan dan
pembajakan terhadap alat transportasi umum.
Menurut Ansyaad, dari data tiga tahun terakhir ini Kepolisian telah menangkap
jaringan anggota Jamaah Islamiyah sebanyak 260 orang. Rinciannya, 160 dalam
proses pengadilan, lima orang telah dijatuhi hukuman mati, dua orang telah divonis
hukuman seumur hidup dan sisanya tengah dalam proses pemeriksaan lebih
lanjut.(gtp)
© 2005 detikcom, All Rights Reserved.
|