KOMPAS, Kamis, 05 Januari 2006
Poso Center Menolak
Koopskam Dinilai Sarat Kepentingan Politis
Palu, Kompas - Peristiwa ledakan bom di Pasar Maesa, Palu, yang ditindaklanjuti
dengan pembentukan Komando Operasi Keamanan Sulawesi Tengah sekaligus
penambahan jumlah personel keamanan di wilayah itu ditolak oleh 22 lembaga
swadaya masyarakat yang tergabung dalam Poso Center.
Koordinator Poso Center, Yusuf Lakaseng, Rabu (4/1), mengatakan, pembentukan
Koopskam Sulteng tidak memiliki dasar yang jelas dan sarat dengan kepentingan
politis TNI. Karena itu, pembentukan koopskam yang bertujuan mengungkap berbagai
peristiwa teror yang selama ini terjadi di Sulteng dinilai tidak akan berjalan efektif.
Berbagai peristiwa kekerasan bersenjata di Sulteng, kata Yusuf, dilakukan secara
tertutup oleh pelaku teror. Karena itu, langkah yang paling tepat untuk
mengungkapnya adalah dengan melaksanakan operasi keamanan secara tertutup
dengan melibatkan aparat keamanan (termasuk intelijen) yang profesional dan
memiliki keahlian tinggi.
"Tidak masuk akal jika gerakan teroris yang sangat rahasia dihadapi dengan operasi
terbuka. Penambahan pasukan juga tidak menjamin keamanan. Lihat saja bagaimana
ketatnya pengamanan di Poso dan Palu, tetapi teroris tetap bisa beraksi," kata
Yusuf.
Selain tidak akan efektif, koopskam juga dinilai akan mengesankan Sulteng sedang
dalam situasi atau berpotensi rusuh. Padahal, berbagai peristiwa teror tidak
mengakibatkan warga terprovokasi.
Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka Arianto Sangaji menilai, pembentukan
koopskam sarat dengan kepentingan politis terkait dengan rencana pemekaran
kembali sejumlah komando daerah militer dan percepatan pelaksanaan komando
teritorial.
"Saya kira koopskam hanya transisi. Jika ada peristiwa teror lagi, Sulteng akan
ditetapkan sebagai wilayah darurat sipil dan kemudian menjadi darurat militer. Situasi
seperti itu akan memuluskan rencana memekarkan kembali kodam," katanya seraya
menunjuk contoh di Aceh dan Ambon.
Tidak perlunya penambahan personel aparat keamanan di Sulteng sebenarnya juga
disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Sulteng Brigjen (Pol) Oegroseno sehari
setelah peristiwa ledakan bom di Maesa. Menurut dia, yang saat ini paling dibutuhkan
di Sulteng bukan banyaknya personel keamanan, tetapi peningkatan profesional
kemampuan aparat.
Desakan agar polisi segera mengungkap kasus bom di Pasar Maesa terus
bermunculan. Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Palu
Rajisman Saragih mengatakan, masyarakat Sulteng sudah bosan dengan janji-janji.
"Mana buktinya, tidak satu pun kasus teror di Sulteng dapat diungkap. Yang terjadi
justru sebaliknya. Teror masih terus terjadi," katanya.
Terkait dengan korban luka-luka dalam peristiwa di Pasar Maesa, GMKI Palu
mendesak Pemerintah Provinsi Sulteng agar menanggung biaya pengobatan sampai
korban benar-benar pulih. Bagi keluarga korban yang tewas, pemprov diminta
memberikan santunan dan membantu keberlangsungan pendidikan anak- anak
mereka. (REI)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|