KOMPAS, Jumat, 06 Januari 2006
Negara Sudah Rusak
Presiden Akui Penyelenggaraan Negara Belum Baik dan Bersih
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yud! hoyono mengaku hingga saat ini
penyelenggaraan negara belum mencerminkan tata pemerintahan yang baik dan
bersih.
Oleh karena itu, pemerintah dan semua pihak harus bersama- sama memiliki
komitmen untuk melanjutkan pembangunan yang lebih baik, bersih, responsif,
terbuka dan bertanggung jawab, serta memberikan pelayanan yang terbaik.
Pernyataan ini disampaikan Presiden Yudhoyono ketika memberikan sambutan pada
peringatan 40 tahun Tritura, Kamis (5/1) di Jakarta.
Acara itu dirayakan untuk mengenang tuntutan dan perjuangan mahasiswa yang
waktu itu menuntut tiga hal, yakni pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI),
pergantian para menteri kabinet zaman Soekarno, dan penurunan harga-harga
kebutuhan pokok.
Peringatan itu dihadiri sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara yang pernah
menjadi eksponen 1966, antara lain Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung,
Abdul Gafur, dan Jusuf Wanandi.
Sudah rusak
Anwar Nasution yang menjadi penasihat peringatan 40 tahun Tritura itu menyatakan
sependapat dengan apa yang disampaikan Presiden Yudhoyono.
"Betul yang dibilang Presiden Yudhoyono. Penyelenggaraan negara kita ini sudah
rusak, terutama karena antara lain krisis ekonomi tahun 1997 dan korupsi," ujar
Anwar.
Menurut dia, krisis itu terjadi karena sistem hukum kita yang belum bagus. Akuntansi
juga masih sangat lemah, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Nah, sistem itu
yang harus diperbaiki, termasuk juga pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).
Pada bagian lain Presiden mengatakan, upaya untuk terus membangun bangsa dan
memperbaiki penyelenggaraan negara dan pemerintahan dil! akukan sebagai
komitmen terhadap kebenaran dan keadilan.
"Saya berkepentingan untuk mengingatkan semangat dan relevansi dari Tritura.
Sekarang ini kita harus memahami relevansi dan kontekstualitas dari nilai-nilai dan
semangat Tritura untuk perjuangan masa kini dan masa datang," katanya.
Presiden Yudhoyono menyatakan, adapun semangat dan relevansi dari tuntutan
rakyat yang kedua dalam Tritura adalah memelihara komitmen ideologis. (har/mam)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|