Media Indonesia, Minggu, 25 Desember 2005 16:31 WIB
Komunitas Beda Agama Berbaur di Perayaan Natal di Ambon
AMBON--MIOL: Cuaca mendung dan hujan di kota Ambon dan sekitarnya, Provinsi
Maluku, sejak Minggu siang hingga sore, tidak menghambat kegiatan silaturahmi
perayaan Natal, yang berlangsung marak dan tanpa gangguan keamanan.
Kegiatan silaturahmi perayaan Natal 2005 di Ambon sangat semarak dibanding
tahun-tahun sebelumnya karena situasi keamanan semakin kondusif, menyusul
kerusuhan 19 Januari 1999, sehingga memungkinkan interaksi sosial berlangsung
secara alamiah.
Terlihat kegiatan saling mengunjungi, terutama dari saudara-saudara Islam ke
rumah-rumah saudara dan teman beragama Kristen berlangsung, baik secara
perorangan keluarga maupun kelompok sesama pegawai negeri/swasta.
Kegiatan silaturahmi ini pun merupakan "berkah" bagi tukang becak dan tukang ojek
sepeda motor, terutama yang beragama Islam karena adanya kesepakatan, bahwa
saat perayaan Idul Fitri 1426 Hijriah diberikan kesempatan bagi mereka yang
beragama Kristen untuk mencari nafkah.
Suasana marak kegiatan silaturahmi perayaan Natal 2005 ini pun senantiasa dipantau
personil Polisi yang ditempatkan pada pos-pos simpatik melalui "Operasi Lilin Manise
2005". Di Kota Ambon dikerahkan sedikitnya 800-an personil Polisi.
Yang menarik, pengamanan ibadah persiapan perayaan Natal, pawai menyambut
kelahiran Yesus Kristus dan ibadah Natal hingga Minggu pagi(25/12A), baik di
gereja-gereja, katedral dan paroki terlihat OKP berbasis Islam turut mengamankan
pelaksanan kegiatan tersebut.
Wujud kebersamaan yang telah dibangun antarsesama OKP pada beberapa tahun
terakhir ini, sebagaimana pada pawai matal takbiran dan Sholat Ied 1426 Hijriah oleh
OKP berbasis Kristen.
Ketua MUI Maluku, Drs.Idrus Toekan menyatakan keharuannya karena jalinan
keharmonisan antarumat beragama yang merupakan warisan datuk-datuk (leluhur-red)
kembali hidup dan mau dilestarikan generasi muda saat ini.
Ketua Sinode Badan Pekerja Harian (BPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM),
Pdt.DR.John Ruhulesin menilai, kebersamaan antarumat beragama di daerah ini
"mahal harganya" sehingga harus ditumbuhkembangkan sehingga sebelum
kerusuhan menjadi "incaran" warga asing untuk mempelajari keharmonisan antarumat
beragama.
"Identitas orang Maluku yang hidup dalam bingkai "Pela dan Gandong" dengan dijiwai
semangat "Masohi" (bersama-sama) harus ditumbuhkembangkan karena merupakan
perangkat yang tidak bisa terkikis zaman," tandasnya. (Ant/OL-03)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|