The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Netherland Hilversum


Radio Nederland Wereldomroep, Rabu 05 Oktober 2005 14:30 UTC

Bermanfaatkah melarang Jamaah Islamiyah?

Polisi saat ini sedang memburu anggota kelompok Imam Samudra atau kelompok Banten berkaitan dengan serangan bom Sabtu lalu di Bali. Bahkan diberitakan polisi telah menginterogasi anggota mereka yang mendekam di penjara karena kasus Bom Bali Tahun 2002. Tidak jelas kenapa polisi memburu kelompok tersebut dan bukan kelompok Dr. Azahari, sang buron Malaysia yang diduga menjadi otak Bom Bali Kedua. Mungkinkah kelompok Banten berkaitan dengan kelompok Dr. Azahari? Berikut tanggapan direktur International Crisis Group, Sidney Jones.

Sidney Jones [SJ]: Saya nggak tahu atas dasar apa polisi memburu kelompok Banten ini. Tapi bisa saja mereka jadi mitra dari Noordin dan Azahari, dua orang dari Malaysia yang diduga terlibat dalam bom Bali yang terakhir. Karena kelompok Banten ini udah kerjasama dengan JI, bukan saja pada Bom Bali Pertama tapi dengan cara yang lebih menonjol dengan pemboman di depan Kedutaan Australia, tahun yang lalu.

Radio Nederland [RN]: Ibu Sidney, pemerintah Australia juga mendesak pemerintah Indonesia agar melarang Jemaah Islamiyah. Menurut Anda, seberapa besar larangan seperti itu akan bisa berdampak mencegah serangan-serangan teroris?

SJ: Sekarang ini saya kira larangan JI akan lebih bersifat simbolis daripada dampak yang betul-betul praktis. Tapi saya kira mungkin masih lebih baik dilarang daripada dibiarkan saja karena akan kasih tanda baik kepada komunitas internasional mapun kepada masyarakat Indonesia di dalam negeri bahwa pemerintah akan tegas dan tidak akan biarkan saja orang-orang hanya karena mereka pakai nama yang sering dipakai oleh organisasi lain.

Saya kira walaupun begitu, kalau dilarang, tidak akan ada impak yang betul-betul berarti atas kemampuan jaringan ini untuk beroperasi karena antara lain sekarang ini di Indonesia kita nggak bicara tentang satu organisasi saja. Bukan saja bahwa organisasi JI sudah agak pecah tapi juga ada organisasi lain, seperti kelompok Banten yang sama sekali tidak di bawah kontrol JI. Itu lebih dikaitkan pada Darul Islam yang dulu, tapi Darul Islam garis keras. Ada laskar-laskar di Poso, ada laskar di Ambon, ada kelompok lagi di Jawa walupun kecil.

RN: Jadi kelompok Banten, kelompok Imam Samudra, itu berdiri sendiri, terpisah dari kelompoknya Dr Azahari?

SJ: Ya, sama sekali terpisah. Pendiri dari kelompok Banten adalah orang yang namanya Kang Jajah yang dulu sebagian dari Darul Islam namanya KW9. Jadi bagian yang bergerak di daerah Jawa Barat dan Jakarta. Dia mulai pecah dengan struktur Darul Islam sekitar tahun 2001. Dan sekarang terpisah bukan saja dari JI tapi juga dari Darul Islam.

Tapi kelompok itu tersendiri, anggotanya mungkin 200an. Katanya keras sekali. Ada anggotanya yang terlatih di Mindanao. Jadi ada kapasitas yang cukup besar juga. Walaupun ada banyak orang yang ditangkap sesudah bom Kuningan, masih ada orang yang bisa kerjasama dengan siapa saja termasuk JI.

RN: Lalu apa yang menjadi pemersatu mereka, apakah ideologi yang sama untuk membentuk suatu negara Islam di Asia Tenggara?

SJ: Kalau garis keras ini, orang-orang yang mau membikin bom, sebetulnya nggak begitu perhatikan soal mendirikan negara di Indonesia, atau di Asia Tenggara, atau semacam khalifah di dunia. Yang mereka mau adalah untuk melawan AS dan antek-anteknya yang bertanggung jawab atas kematian orang Islam di seluruh dunia.

Bukan saja di Chechnya, Palestina, Irak, dan Afganistan, tapi juga di Indonesia sendiri misalnya di Ambon dan Poso. Tujuan mereka bukan untuk mendirikan sesuatu tapi justru untuk memukul negara-negara Barat melalui orang sipil.

RN: Kalau begitu motif kelompok-kelompok ini juga berlainan?

SJ: Betul. Kalau kita melihat misalnya orang yang direkrut sebagai penganten atau pembom bunuh diri, di Jawa Barat lain daripada orang yang direkrut di Poso. Motivasinya lain.

RN: Apakah juga ada persaingan antara kelompok-kelompok itu sendiri?

SJ: Kadang-kadang ada. Saya masih ingat pemboman Desember 2002 di Makassar, di restoran McDonald. Ada seorang pembom bunuh diri yang dipakai oleh kelompok Laskar Jundullah pada saat itu. Ternyata orang itu sebetulnya dilatih sebagai pembom bunuh diri oleh kelompok lain dan kelompok itu marah sekali bahwa orangnya dipinjam dan dipakai oleh kelompok kedua.

Demikian direktur ICG, Sidney Jones.

© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/haroekoe
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044