SINAR HARAPAN, Senin, 26 Desember 2005
Perayaan Natal Aman Tokoh Agama Berharap Situasi Kondusif
Berlanjut
Oleh Wahyu Dramastuti/Norman Meoko
Jakarta – Perayaan Natal 2005 yang berlangsung aman dinilai sebagai landasan
kokoh untuk terus meningkatkan hubungan yang harmonis antarumat beragama.
Kondisi itu juga diharapkan dapat menciptakan sistem keamanan masyarakat
sehingga tidak mudah terprovokasi oleh segala macam teror.
Pendapat itu dilontarkan Wakil Sekretaris Umum PGI, Pdt Weinata Sairin dan
Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Benny Susetyo, Pr.
Keduanya dihubungi SH, Senin (26/12) pagi menanggapi perayaan Natal 2005 yang
berlangsung aman.
Pdt Weinata Sairin mengatakan, pihaknya bersyukur karena perayaan Natal 2005
berlangsung aman. "Kami memberikan apresiasi yang tinggi terhadap aparat
keamanan yang telah bekerja maksimal untuk mengamankan perayaan Natal kali ini,"
katanya.
Apresiasi serupa juga dialamatkan kepada Banser NU dan juga elemen-eleman
masyarakat lainnya yang ikut membantu mengamankan gereja selama perayaan
Natal tersebut. "Kami berharap kondisi yang kondusif itu berlangsung hingga
perayaan Tahun Baru mendatang," katanya.
Dia menambahkan, kondisi yang kondusif tersebut dapat dijadikan landasan untuk
terus meningkatkan hubungan yang harmonis antarumat beragama di negeri ini.
Kondisi ini juga akan sangat besar artinya bagi kemajuan bangsa yang saat ini
menghadapi berbagai persoalan.
Momen Pembaruan
Sedangkan, Benny Susetyo, Pr, menilai bahwa pada Natal tahun ini umat Kristiani
tidak takut akan isu teror bom dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.
"Ini adalah pengalaman pendewasaan iman umat. Mereka yakin Tuhan beserta
mereka maka teror apapun tidak menghalangi mereka untuk pergi ke gereja,"
katanya.
Menurut Romo Benny, pihak gereja juga mengucapkan terimakasih kepada aparat
keamanan yang telah bekerja keras menjalankan tugas pengamanan. Tetapi yang
terpenting adalah peran serta seluruh masyarakat termasuk Banser NU, Satgas PDIP
dan kelompok lintas agama.
"Mereka ikut menjaga perayaan Natal, dan itu contoh baik yang membuat tidak ada
kecurigaan di antara sesama anak bangsa. Dari situlah tercipta sistem keamanan
masyarakat, sehingga masyarakat tidak akan mudah diprovokasi oleh segala macam
teror," ujarnya.
Jadi, harus dibangun persatuan dalam masyarakat sipil, komunikasi yang efektif.
Untuk membangun komunikasi masyarakat ini tugas pemerintah dalam hal ini hanya
sebagai fasilitator, motivator dan katalisator, dan bukan sebagai pelaku.
Dia kembali menegaskan Natal adalah momen pembaruan, dan kali ini semangat
Natal lebih ditekankan pada semangat kandang, bukan pohon natal yang identik
dengan pesta dan kesenangan belaka. Dengan semangat kandang, maka ada
belarasa terhadap para korban yang teraniaya. Selain itu, harus ditekankan bahwa
Pancasila sebagai landasan bangsa harus diimplementasikan dengan sebaik
mungkin.
Sederhana
Perayaan Natal di seluruh gereja di Indonesia pada Sabtu (24/12) dan Minggu (25/12)
berjalan aman, sehingga umat Kristiani dapat menjalankan ibadah dengan khidmat.
Meski demikian, aparat keamanan melakukan penjagaan secara ketat dengan
dibantu masyarakat.
Tahun ini perayaan Natal juga berlangsung sederhana, karena menyadari bahwa
suasana di Indonesia secara keseluruhan masih penuh keprihatinan, dan ini sebagai
wujud solidaritas dengan sesama warga Indonesia. Demikian pantauan SH di Bali,
Jawa Timur, Semarang, Kota Padang, Palembang, dan Kendari.
Secara umum, umat Kristiani merayakan Natal tahun ini dengan kesederhanaan.
Seperti di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Maranatha di Jalan
Walikota Mustajab, kesederhanaan itu tampak sekali dari aksesori Natal, baik di luar
gereja maupun di dalamnya.
Pendeta Pingak yang memimpin Kebaktian Natal di gereja tersebut mengatakan,
tahun ini kebaktian tidak semewah tahun sebelumnya, sebagai ungkapan ikut
memperhatikan rakyat yang kurang mampu. "Kesederhanaan ini sebagai wujud
keprihatinan kita karena masih banyak umat yang kurang mampu," terang Pingak.
Di samping itu, kesederhanaan dilakukan untuk mengurangi kesenjangan sosial
dengan orang lain yang masih membutuhkan. Karena itu, dalam kebaktian tersebut,
Pingak mengimbau kepada ratusan jemaat yang datang untuk lebih meningkatkan
perhatian dan solidaritas kepada sesama. (cmg/nun/eri/sir/gus/yud)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|