SUARA PEMBARUAN DAILY, 5 Januari 2006
Bom Palu Ulah "Pemain Lama"
JAKARTA - Kasus bom Palu yang menewaskan tujuh orang merupakan ulah ''pemain
lama'', yakni para koruptor dan konglomerat hitam. Aksi mereka selalu luput dari
antisipasi aparat keamanan, karena diduga sebagian dari mereka, termasuk intelijen,
sudah menjadi antek-antek pemain lama itu.
Hal itu dikemukakan anggota Komisi III DPR, Anhar menjawab Pembaruan di Jakarta,
Rabu (4/1) berkaitan dengan kasus bom Palu. Menurut anggota Fraksi Partai Bintang
Reformasi (FPBR) tersebut, sasarannya bukan untuk menjatuhkan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tetapi targetnya adalah selalu
mengacaukan suasana keamanan sehingga kasus-kasus korupsi besar tidak
tersentuh hukum.
Anhar juga menyangsikan aparat keamanan, baik polisi, TNI maupun intelijen
kecolongan dalam kasus bom Palu maupun kasus-kasus sebelumnya yang beruntun
di Palu, Poso, Sulawesi Tengah. Menurut Anhar, lebih mungkin bahwa aksi mereka
jauh hari sudah tercium aparat keamanan, tetapi di antara mereka adalah antek dari
pemain lama itu sehingga sengaja dibiarkan terjadi.
Berkaitan dengan itu, Anhar menyarankan Kapolri Jenderal Sutanto tidak ragu-ragu
melakukan tindakan tegas, jika terdapat indikasi keterlibatan aparatnya. Sebab, untuk
membersihkan negara ini, perlu sapu yang bersih pula.
Di sisi lain, komitmen Polri untuk memberantas korupsi juga harus diikuti pejabat
penegak hukum lainnya, baik kejaksaan, maupun TNI dan BIN. Diharapkan dengan
adanya komitmen bersama dan kerja, lambat laun dalang kasus Palu dan Poso itu
bisa terungkap.
Di tempat terpisah anggota Komisi III lainnya Yasonna H Laoly dari Fraksi Partai
demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDI-P) mengatakan, kasus bom Palu sungguh
mempermalukan aparat keamanan. Laoly menyatakan keheranannya kenapa
kasus-kasus demi kasus di Sulteng itu tidak juga bisa diungkap aparat keamanan.
Menurut Laoly, apa pun namanya, aparat keamanan telah kecolongan dengan kasus
bom Palu tersebut. (M-15)
Last modified: 5/1/06
|