SUARA PEMBARUAN DAILY, 05 Oktober 2005
Pelaku Bom Bali II Diduga Dilatih di Filipina Selatan
PBB Ajak Dunia Bantu RI Ungkap Pelaku
RAMAI KEMBALI - Turis mancanegara memperhatikan ketinggian ombak saat akan
berselancar di Pantai Kuta, Bali, Selasa (4/10). Kendati terjadi serangan bom pada
akhir pekan lalu, para turis tetap menikmati Bali dan tidak terpengaruh oleh larangan
kunjungan yang diterapkan oleh sejumlah negara.
PBB - Dewan Keamanan (DK) PBB, Selasa (4/10), mengutuk serangan bom di Bali,
Indonesia, dan mendesak semua negara untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia
guna mengungkap siapa pelaku-pelakunya dan mengadili mereka.
Pernyataan tersebut dibacakan presiden DK PBB saat ini, yakni Duta Besar Rumania
Mihnea Motoc. "DK PBB mengutuk dengan sangat tegas peristiwa ledakan yang
terjadi Sabtu (1/10) lalu, yang menewaskan 19 orang sekaligus tiga pelaku
pengeboman."
Selain itu, PBB juga mendesak semua negara membantu pihak-pihak berwenang di
Indonesia untuk "menyeret para pelaku, para penggerak, penyokong dana dan
pendukung serangkaian tindakan yang tidak bisa ditolerir itu ke pengadilan."
DK PBB menegaskan kembali bahwa terorisme dalam segala bentuknya "merupakan
ancaman serius terbesar bagi perdamaian dan keamanan dunia, dan setiap tindakan
terorisme adalah kriminal dan tidak dapat dibenarkan, apapun motivasi mereka, di
mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja ."
Pelatihan
Sejumlah pejabat intelijen yang menyelidiki Bom Bali II meyakini
pengebom-pengebom bunuh diri pada akhir pekan itu menjalani pelatihan di kamp
kelompok Abu Sayyaf di Pulau Mindanao, Filipina selatan.
Kelompok Jemaah Islamiyah (JI) menggunakan Filipina untuk melatih teroris karena
semakin sulit melakukan pelatihan di Maluku dan Sulawesi.
Menteri Dalam Negeri Filipina Angelo Reyes mengatakan unit-unit intelijen Filipina
sedang bekerja memverifikasi sejumlah laporan yang menyebutkan pelaku-pelaku
Bom Bali II telah dilatih di Filipina selatan.
"Kami menerima laporan bahwa para pelaku mungkin berada di sini sehingga ini
menjadi bahaya yang nyata akan serangan teroris," tambahnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra juga mengindikasikan
kaitan kelompok-kelompok teroris di kawasan."Secara geografis memang tampaknya
jauh terpisah, tetapi Indonesia, Malaysia dan Thailand terhubung oleh jalur laut. Pihak
teroris melakukan perjalanan dan beroperasi di kawasan ini melalui laut," katanya.
Thaksin mengatakan para teroris mempunyai kedekatan hubungan karena keluarga
dan teman-teman mereka tinggal di kawasan Asia Tenggara ini.
Sebuah kajian yang diterbitkan oleh pakar terorisme Zachary Abuza menyingkap
kaitan erat antara kelompok-kelompok teror di kawasan, kelompok JI, Laskar
Jundullah dan kelompok Abu Sayyaf serta Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Menurut Abuza, kemampuan teknis membuat bom di kelompok Abu Sayyaf
meningkat drastis sejak tahun lalu. "Kelompok Abu Sayyaf merupakan ancaman
keamanan yang serius bagi Filipina dan tentu saja keamanan kawasan ini," tukas
Abuza.
Sementara Sidney Jones yang meneliti soal kelompok JI mengatakan pembuat bom
seperti Dulmatin dan Umar Patek dikabarkan berada di Filipina selatan. "Tampaknya
mereka tidak hanya aktif merekrut kader-kader baru tetapi juga membantu
meningkatkan kemampuan teknis kelompok Abu Sayyaf," ujarnya dalam sebuah
konefernsi di Canberra, bulan lalu, seperti dikutip harian The Australian, Rabu (5/9).
Sementara itu, pihak berwenang Indonesia mengungkapkan, pengeboman pada akhir
pekan itu menyiratkan jejak-jejak Al-Qaeda, dan JI.
Sejumlah pejabat mengatakan, serangan bom Bali II ini ada kemiripan dengan
serangan bom Bali sebelumnya di sebuah tempat hiburan malam tahun 2002 yang
menewaskan 202 orang dan orang yang berada di balik aksi serangan bom tersebut
adalah Azahari Husin. Tersangka adalah ahli pembuat bom dari Malaysia dan dikenal
sebagai "Manusia Penghancur" (AP/W-12)
Last modified: 5/10/05
|