SUARA PEMBARUAN DAILY, 22 Desember 2005
Pesan Natal Bersama PGI dan KWI
"Janganlah Takut Sebab Aku Menyertai Engkau..."(Yesaya 41:10a)
KEPADA segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada. Salam sejahtera
dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan hati yang penuh syukur dan suka cita
umat Kristiani Indonesia merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan
dan Juru Selamat Dunia. Di tengah berbagai kondisi yang mewarnai kehidupan, Natal
selalu membawa suka cita dan pengharapan.
Lagu-lagu Natal dan kidung-kidung rohani yang dikumandangkan dalam
perayaan-perayaan Natal, membuat manusia sungguh-sungguh hidup walaupun ada
kegetiran, kepahitan, luka dan duka di dalamnya. Yesus sendiri yang bersabda: "Aku
datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam kelimpahan."
(Yohanes 10:10b). Ia memberi hidup bagi orang-orang miskin, para tawanan,
orang-orang tertindas, orang-orang buta, orang-orang yang tersingkir dan tersungkur,
serta mereka yang terhempas dan terkandas (bdk, Lukas 4:18-19; 7:22).
Umat Kristiani Indonesia merayakan Natal 2005 ini dalam suasana yang khusus.
Berbagai peristiwa memilukan terjadi akhir-akhir ini dan mendera kehidupan bangsa.
Berbagai krisis yang melilit perjalanan bangsa sejak beberapa tahun terakhir belum
kunjung usai, bahkan makin menyengsarakan kehidupan rakyat.
Krisis kepercayaan melahirkan iklim politik yang tidak sehat. Suatu keadaban yang
diwarnai rasa curiga, iri hati, perselisihan dan balas dendam telah mengganggu
hubungan antar warga bangsa. Bencana alam, wabah penyakit dan kelaparan
melanda beberapa wilayah di tanah air.
Kebebasan beragama dan beribadah, menghadapi berbagai halangan karena
melemahnya sikap tenggang rasa. Suasana seperti ini telah membuat kita sebagai
bangsa takut untuk memandang masa depan. Sanggupkah kita keluar dari situasi
sulit yang melilit kehidupan kita? Kapankah semua persoalan ini akan berakhir?
*
SITUASI sulit seperti ini pernah dialami oleh umat Allah di zaman Perjanjian Lama
yang harus menjalani hidup di tanah pembuangan Babilonia (2 Tawarikh 36:11-21).
Kenyataan ini merupakan pengalaman pahit yang mengguncang iman mereka.
Sekian lama mereka tinggal di tanah pembuangan, jauh dari tanah air mereka sendiri.
Dalam suasana merasa ditinggalkan sendirian oleh Allah, mereka tidak melihat
harapan untuk bebas dari pembuangan. Akibatnya, mereka takut berharap dapat
keluar dari kesulitan yang membelenggu mereka dan takut memandang masa depan.
Dalam situasi seperti itu, dengan perantaraan Nabi Yesaya, Allah berjanji untuk
membawa mereka kembali ke tanah air mereka (Yesaya 40:10-11; bdk, 2 Tawarikh
36:22-23; Ezra 1:1-4). Allah berkuasa atas alam semesta (Yesaya 45:11-13) dan
karena itu umat dapat tetap berharap kepada-Nya. Mereka juga diingatkan untuk tidak
takut atau bimbang karena Allah sendiri menyertai mereka dan mempersiapkan masa
depan untuk mereka (Yesaya 41:10).
Allah ada bersama umat-Nya dan turut merasakan pengalaman pahit yang mereka
alami. Allah meneguhkan dan menolong mereka, bekerja bersama mereka
membangun pengharapan baru.
Dengan nama Immanuel, yang berarti "Allah menyertai kita" (Yesaya 7:14; Maleakhi
1:23), diingatkan bahwa Ia terlibat dalam usaha-usaha mengatasi segala persoalan
dan kesulitan yang membelenggu bangsa kita selama ini. Natal mengingatkan kita
bahwa Allah yang menjadi manusia juga merasakan dan mengalami
persoalan-persoalan hidup kita sebagai manusia.
Allah tidak hanya menonton pergumulan kita, atau hanya melihat kita waktu
penderitaan mendera. Ia tidak membiarkan kita bekerja sendirian, tetapi bekerja
bersama kita, menghadapi segala persoalan kita. Dalam keyakinan bahwa Allah telah
datang dan menyertai kita, janganlah kita menjadi takut dan putus asa, tetapi justru
dengan penuh semangat dan pengharapan, bekerja membangun masa depan yang
lebih baik.
*
DENGAN berpegang teguh pada Firman Allah yang menegaskan bahwa Ia senantiasa
menyertai kita, marilah kita bersama seluruh warga bangsa terus menerus berusaha
membangun keadaban baru. Marilah kita wujudkan pengharapan untuk menjadi suatu
bangsa yang bebas dari korupsi; menghargai kemajemukan, antikekerasan,
menjunjung tinggi hukum dan keadilan, menghargai hak asasi manusia, dan
melestarikan keutuhan ciptaan, menuju kehidupan yang lebih baik.
Kami berharap bahwa peristiwa Natal sungguh-sungguh memberikan kekuatan,
inspirasi, pencerahan dan visi baru bagi umat Kristiani Indonesia untuk melaksanakan
tugas kesaksian dengan setia di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. *
MPH Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
Pdt Dr AA Yewangoe (Ketua Umum)
Pdt Dr Richard M Daulay (Sekretaris Umum)
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ (Ketua)
Mgr Ignatius Suharyo (Sekretaris Jenderal)
Last modified: 22/12/05
|