18 Oktober 2000

Tarra Mega Store, Mall Taman Anggrek

Aku memang paling dekat dengan kakakku yang perempuan. Dari usia 4 tahun sampai kelas 6 SD, aku tidurnya sama dia. Dulu aku baru punya kamar sendiri setelah dia berangkat ke Jakarta, kamar yang dulu jadi kamar kami berdua.
Dan aku juga tau kalo dia sayang banget sama aku sampai sekarang. Dia yang memberi kabar tentang kuis Anggun di Bintang Indonesia.
Dia juga yang dulu suka bantu’in aku nambahin uangku yang kurang untuk membeli kaset Anggun C. Sasmi.
Dia juga sering beli koran,majalah atau tabloid yang ada artikel Anggun buat aku ketika aku belum punya penghasilan sendiri.
Hari ini, lagi-lagi dia mendampingi aku naik bus selama satu setangah jam menuju Mall Taman Anggrek karena aku dapat informasi kalo sore ini ada acara jumpa fans dengan Anggun di Tarra Mega Store.
Aku memang butuh bantuan kakakku karena ini pertama kalinya aku ke Jakarta, jadi aku tidak tau cara menuju Mall Taman Anggrek.

Begitu sampai dilantai 6, ternyata sudah ada antrian yang cukup panjang. Mulai dari usia remaja, mahasiswa hingga eksekutif muda dan tua ikut antri untuk bertemu dengan Anggun. Begitu panjangnya antrian hingga jumlah barang yang bisa ditandatangani hanya satu saja. Foto bareng Anggun juga hanya boleh satu kali. Padahal aku membawa dua photo’ku bareng Anggun untuk ditandatagani Anggun.
Akhirnya kakakku ikut antri didepanku, agar kedua photo tersebut bisa ditandatangani Anggun.
Duhhhhh, antrian’nya panjang bener. Kayaknya cocok nich antri sambil nyanyi 'ular naga panjang’nya bukan kepalang'.

Ketika tiba giliran kakakku minta tanda tangan Anggun, Anggun sedikit kaget dengan photo yang disodorkan kakakku.
Aku pikir Anggun akan langsung menandatangani photo’nya tanpa memperhatikan gambar photo’nya.
Ternyata Anggun sempat mengamati photo itu untuk beberapa saat.

“Ini Harrys khan?”, tanya Anggun seolah tidak yakin.
“Iya, itu photo Anggun dan Harrys yang waktu ketemu kemaren itu”, jawab kakakku.
“Ini kakak’nya Harrys ya?”, Anggun menyalami kakakku dengan ramah.
“Iya”.
“Aduhhhh, sayang dia udah pulang ke Medan ya. Salam ya buat dia”, ujar Anggun sambil menandatangani photo itu.
“Dia belum pulang ke Medan. Itu orang’nya ada kok”, jawab kakakku sambil menunjuk kearahku yang berdiri 4 meter dari tempat Anggun yang berada dibarisan depan antrian yang masih tersisa.
Surprise, Anggun langsung menoleh kearahku dan melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum khas'nya.

“Hai….apa kabar?. Kamu masih di Jakarta ternyata”
Aku berjalan menghampiri Anggun dengan langkah mantap. Gimana nggak mantap, ternyata Anggun masih ingat aku.
“Kapan pulang ke Medan”, tanya Anggun sambil menandatangani photo yang aku sodorkan.
“Besok, mbak”.
“Selamat jalan ya, salam buat keluarga di Medan. Ma kasih lho…”, kata Anggun setelah aku mendapat kesempatan photo bareng, walaupun hanya dapat jatah satu kali.

Saat akan melangkah kearah pintu keluar, tiba-tiba salah seorang Satpam mencolek punggungku.
Ngapain nich colek-colek? Naksir? Aku sudah hampir pasang kuda-kuda untuk menyerang. Hehehehe….

“Dipanggil Anggun lagi tuh”, katanya.
Spontan aku menoleh lagi ke Anggun. Ada apa ya? Apakah aku diperbolehkan foto bareng tujuh belas kali lagi?
“Jangan kedinginan lagi ya…”, seru Anggun sambil tertawa, manis sekali.
Aku langsung mengarahkan kameraku kearah Anggun, bermaksud memotret Anggun. Tetapi tiba-tiba lensa kameraku ditutupi oleh tangan salah seorang petugas sekuriti.
“Maaf, mas. Sudah tidak boleh motret lagi”.
Karena aku nekad pengen motret Anggun sebanyak-banyak’nya, sempat terjadi aksi dorong-dorongan antara aku dengan dua orang petugas sekuriti yang mulai mengarah ke aksi berantem. Seperti aksi buruh yang sedang demonstrasi saja.
Akhirnya, karena tidak ingin membuat Anggun malu aku mengalah dan berjalan keluar.
Malu dong kalo nanti ada orang bilang "Itu fans Anggun kok kelakuannya kayak suku terasing saja".
Diluar aku bertemu mbak I’in yang berhasil mendapatkan dua buah poster Anggun berukuran besar.
Aku kenalan dengan mbak I’in, kemudian aku dikasih satu poster’nya dan mbak I’in aku kasih foto Anggun waktu bertemu di Hotel Regent kemarin.
Aku dikasih tau mbak I’in kalo dulu dia satu SMP dengan Anggun, tetapi beda kelas. Bareng mbak I’in, aku mencoba menunggu sampai acara jumpa fans selesai. Berharap bisa foto bareng Anggun lagi pas Anggun keluar dari Tarra Mega Store.
Ternyata, setelah acaranya kelar…Anggun tak kunjung melewati pintu keluar. Mungkin Anggun keluar lewat pintu darurat untuk menghindari keramaian Mall.

Setelah berpose sejenak didepan poster promo Anggun di pintu masuk Tarra Mega Store yang dipotret oleh kakakku, seorang pria berwajah setengah bule dan berpenampilan eksekutif menghampiriku. Aku pikir dia tadi Ari Wibowo atau Michael Ballack.
“Teman’nya Anggun, ya Mas?”,tanya’nya dengan wajah bersahabat.
Oh, bisa bahasa Indonesia juga ternyata.
“Oh, bukan. Saya hanya penggemar saja”, jawabku.
“Kok tadi waktu didalam Anggun kayaknya akrab banget sama Mas. Kami jadi iri lho, Mas”.
Beberapa teman’nya pria dan wanita dengan seragam kerja yang sama yang bergerombol dibelakang’nya mengiyakan sambil tertawa. Setelah berkenalan, pria tadi bernama Aston Voila. Dia dan gerombolan’nya bekerja di salah satu maskapai penerbangan Indonesia.
“Nich, biar enggak iri lagi, saya kasih foto-foto saya waktu bareng Anggun”, tawarku sambil membagi-bagikan photo-photo bareng Anggun dua hari yang lalu dan alngsung disambut dengan teriakan senang mereka.
“Tuh khan, udah ketemu Anggun. Udah foto bareng Anggun. Dipeluk-peluk Anggun lagi. Pasti mas teman’nya Anggun”, tuduhnya tanpa tedeng aling.
Aku teman’nya Anggun? I wish! Karena hanya Tuhan yang tau. Hehehehehe….
Besoknya, aku kembali ke Medan naik bus dengan perasaan yang senang, bangga dan merasa diberkati oleh Tuhan.
Terima kasih Tuhan atas berkat ini....